1

18.4K 821 8
                                    

Javier memarkirkan mobilnya asal-asalan di basetment hotel. Suara decitan rem menggema di keheningan ruang gelap itu. Ia sudah tak peduli jika petugas keamanan akan mengangkapnya karena membuat keributan larut malam seperti ini.

Dengan langkah besar, Javier berjalan memasuki pintu masuk hotel itu. Ia pun melewati meja resepsionis begitu saja. Matanya nampak tajam dan menusuk, mengiringi amarah yang membalut tubuhnya saat ini.

Aliandra.

Wanita itu pasti berada di salah satu kamar di hotel ini. Javier sudah mengetahui dimana kamar itu. Ia hanya memastikan apakah ucapan orang itu benar adanya. Ia tak bisa membayangkan jika untaian kata yang baru saja masuk ke ponselnya menjadi kenyataan. Hatinya bahkan sudah mulai terasa perih begitu menyadari bahwa ia mulai kalut. Ia takut itu semua menjadi kenyataan.

Ruang 303.

Javier berdiri tepat didepan kamar bernomor itu. ia menarik napasnya dalam-dalam. Ia berdoa semoga apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Dengan gerakan pelan, Javier menarik knop pintu. Napasnya nyaris terangkat begitu melihat pemandangan pertama kali yang ia lihat. Javier mencoba untuk mengedipkan matanya beberapa kali, tapi hasilnya akan sama. Bisa dilihatnya sosok Wanita yang tertidur dibalik selimut Seorang diri. Tentu ia bukan orang bodoh yang menganggap bahwa wanita itu hanya tertidur biasa. Apalagi pundak telanjang yang hanya terbalut selimut berhasil membuktikan keresahannya.

Tangan Javier terkepal kuat. Hatinya seakan remuk dan hancur. Nyeri di dadanya tanpa sadar sudah membuatnya hilang akal. Dengan kasar ia menendang pintu itu hingga terbanting kencang.

BRAK!

Mata milik Javier nampak memerah dengan napas yang terengah-engah dan wajah murka memandang nyalang ke arah wanita itu.

Tak lama sosok yang ia nantikan untuk membuka mata mulai membuat pergerakan. Aliandra terlihat tak sadar akan kondisinya saat ini. ketika mata wanita itu mengarah pada Javier, Aliandra memberikan senyuman manis yang biasa ia layangkan untuk suaminya.

"Javi.." Gumamnya memanggil suaminya itu sambil mengumpulkan kesadarannya. Dalam posisi terduduknya, wanita itu masih tak sadar jika selimut yang tadi menyelimuti tubuhnya kini sudah melorot hingga menampakkan tubuh telanjangnya.

Bukannya menjawab, Javier malah menghampiri sosok itu dan berdiri dihadapannya dengan tatapan sengit.

"Ada apa? Bukankah kau seharusnya masih berada di kantor?" tanya Aliandra ketika melihat suaminya itu berdiri didepannya dengan wajah garang.

"Sudah puas bermainnya, Aliandra?" ujarnya penuh penekanan. Tak ada lagi panggilan sayang untuk istri yang telah mematahkan hatinya.

Kentara sekali ada aura seram yang menyelimutinya. Rahangnya menegang melihat istrinya dengan keadaan telanjang baru saja bergumul panas dengan seorang laki-laki yang entah siapa itu.

"Bermain? Maksudmu?" tanya Aliandra sambil mengucek-ucek matanya. Wanita itu seolah belum menyadari sepenuhnya jika kini suaminya itu tengah mengepalkan tangan kuat-kuat menahan emosi.

GREP

"Auuuw! Sakit" rintihnya kesakitan begitu tangan Javier menjambak surai rambut hitam pendeknya dengan keras. Tubuhnya langsung terangkat begitu saja hingga kini ia berdiri dihadapan suaminya, saking kerasnya jambakkan itu. Aliandra itu bahkan merasa jika mungkin rambutnya akan rontok beberapa helai.

Javier menempatkan tangannya pada leher Aliandra. Lelaki itu meremasnya kuat dengan penuh amarah. Tak dipedulikannya lagi sang istri yang sudah sesak napas itu. "Ternyata.. Jalang tetaplah jalang. Seseorang yang berasal dari sampah, maka akan kembali bersikap seperti sampah." Desisnya.

Don't Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang