22

2.6K 150 7
                                    

Sosok wanita itu tengah berdiri di depan sebuah halte bus, mengabaikan teriknya matahari siang itu. Semilir angin yang berhembus tak kenal bulu membuat semua orang tergidik, termasuk wanita itu. Ia merapatkan jaketnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Beberapa kali ia sendiri mampu melihat bayangan dirinya yang tajam seiring dengan teriknya sinar matahari siang itu. jujur saja, ia sangat tidak suka. Menaiki transportasi umum adalah keinginannya sejak kembali dari Amerika.

Dulu, Padahal Mike pernah bercerita kalau dirinya lahir disaat pergantian musim panas, tapi anehnya ia sama sekali tidak menyukai itu. Ia selalu merasa pergantian musim panas seperti mencoba untuk melelehkannya.

Mata hitam bulat miliknya terus memandang lurus ke depan sambil sesekali menyembunyikan tangannya agar tidak terbakar oleh sinar matahari.

Hari ini adalah sebulan  sejak pertemuannya dengan laki-laki bernama Javier itu. Ya, setiap kali Cassandra terdiam, ia pasti akan teringat akan sosok itu. Penuh ancaman dan mengintimidasi namun terasa hangat. Kedua mata tajamnya mampu membuat Cassandra seperti akan terhisap ke dalamnya. Pria itu, tanpa ia sadari kini telah memiliki ruang tersendiri dihatinya. Tak dipungkiri lagi setiap Cassandra mengingatnya, dadanya selalu berdetak kencang. Meski ia sendiri tahu kenyataannya kalau ia adalah Tunangan dari Mikhael.

Terakhir bertemu pria itu, Cassandra mendadak dikejutkan dengan kebusuan pria itu setelah ia mengantarkannya ke toilet rumahnya. Betapa konyolnya ia, saat berpikir Javier menemukan hal menjijikkan di toilet rumahnya. Tapi, Jessica mengatakan jika Javier pulang terburu-buru pasti karena ibu mereka sudah memintanya untuk pulang. Hal itu pulalah yang membuat Cassandra takjub. Jarang sekali pria dewasa begitu tunduk pada ibunya. Ya, Javier sepertinya adalah salah satu contoh anak yang berbakti kepada ibunya.

Sejujurnya, Cassandra akui dirinya adalah sosok yang mudah menyukai pada apapun yang baru ditemuinya, sama seperti wanita bodoh lainnya. Ia mudah terpesona pada pria tampan, lebih tepatnya. Namun Berbeda dengan yang dirasakannya pada sosok Javier. Setiap kali Cassandra mencoba untuk menutup mata bayangan pertama kali yang muncul adalah wajah pria itu. Dan sekarang pun ketika Cassandra menutup matanya sosok itulah yang terbayang nyata dibenaknya. Andaikan saja ia lebih dulu bertemu degan Javier, mungkin saat ini ialah yang akan menjadi kekasih hatinya, bukan Mikhael.

"Kau tahu, wanita tidak boleh menutup mata disaat sendirian seperti ini. Kau mau dirampok, cantik?"

Suara bass itu langsung membuat Cassandra membuka matanya. Seluruh aliran darahnya terasa terhenti sejenak ketika mendengar suara yang ia kenal itu. Ia pun menoleh ke arah samping kanannya. Cassandra tak mampu berkata melihat siapa sosok yang tengah memandanginya itu. Baru saja ia memikirkannya, sosok itu kini terduduk di sampingnya sambil tersenyum tampan.

"J-Javier.." lirih Cassandra. Ia masih tak busa menghilangkan kegugupannya.

Javier yang melihat wajah terkejut wanita itu. ia pun terkekeh saat beberapa saat menemukan Cassandra tampak tercengang dengan kehadirannya. Menurutnya sangat lucu melihat wajah Cantik itu dalam keadaan terkejut dan mengangakan mulutnya seperti melihat hantu. Wajah itu memang selalu mampu membuatnya tertawa, sama seperti wanita yang dulu pernah ada di hidupnya.

"Kau terkejut?" Tanya Javier sambil berusaha menahan tawanya yang hampir meledak. Tanpa sadar Cassandra mengangguk pelan. Namun, sedetik kemudian ia pun menggelengkan kepalanya cepat.

"K-Kau.. sedang apa kau di sini?" Tanya Cassandra yang reflek menunjuk Javier dengan telunjuknya. Mungkin jika itu orang lain Javier akan langsung memakinya kasar, tapi siapa yang berani memarahi atau sekedar menegur tingkah wanita cantik di sampingnya ini. Wajahnya yang terlihat cantik dan polos itu membuat siapapun akan terpesona melihat tingkahnya.

"Aku? Aku sedang duduk. Kau tidak lihat?" jawab Javier yang langsung menyilangkan kedua kakinya layaknya sosok model. Javier merapikan anak rambutnya ke belakang dengan jari tengahnya.

Don't Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang