19

2.9K 192 11
                                    

"Siapa Mike?"

Tiba-tiba saja pria itu sudah berdiri tinggi menjulang di hadapan Cassandra dan Jessica. Ada raut wajah tak suka di wajah Javier saat mengucapkan tanya itu di depan keduanya.

Cassandra tak tahu mengapa pria itu begitu emosional saat berhadapan dengannya. Rahang pria itu tegas dan juga tegang setiap kali ia menangkap ada raut tidak menyenangkan di wajahnya. Dengan senyuman hangat, ia pun memilih untuk membiarkan pria itu mengetahui statusnya.

"Dia tunanganku. Maaf jika nanti dia terbangun."

Tak ada respon dari Javier. Priaitu hanya diam sambil terus memandanginya. Merasa kalau Javier berusaha mengintimidasinya, Cassandra pun berdeham kencang sampai membuat Jessica ikut menyadarinya. Wanita yang berdiri di sampingnya itu berusaha mengalihkan perhatian kakaknya.

"Ayo masuk. Segelas coklat panas sangat menyenangkan malam ini."

Cassandra pun menggangguki meskipun ia merutuki mengapa temannya itu seperti lupa untuk membantunya lepas dari Javier.

"Seharusnya kau katakan itu dari tadi, Jess." Rutuknya.

Ketiganya pun berjalan masuk ke dalam. Hanya Jessica dan Cassandra yang mengobrol saat memasuki rumah megah itu, sedangkan Javier di belakang keduanya mengekori tanpa melepaskan pandangannya dari Cassandra. Hal itu pun diketahuinya dengan baik, tapi wanita itu lebih memilih untuk bungkam dan membiarkan saja Javier terus memandangi punggungnya dengan intens.

"Aku akan ke dapur mengambilkan kalian berdua coklat panas."

Baik, Javier dan Jessica hanya mengangguk dan duduk sambil menunggu di ruang tamu rumah itu. Javier mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kesan yang mewah tergambar jelas di rumah ini. interior yang di dominasi oleh warna emas membuat bangunan rumah ini tampak seperti sebuah kerajaan. Ia memang bukan lulusan desain interior, tapi penggambaran yang diberikan dari semua atribut yang ada di hadapannya tampak seperti buku terbuka.

Tergambar jelas bahwa Cassandra bukan berasal dari kalangan biasa. Wanita itu pasti berasal dari kalangan atas. Namun, kenyataan itu tak juga menghapus kemarahan di hatinya yang memanas saat wanita itu mengatakan ada pria lain di rumah ini. Javier tak tahu apakah mereka berdua tidur bersama atau tidak. Ia membayangkan wanita itu tidur bersama pria lain saja sudah membuat darahnya mendidih. Beruntung pria itu belum muncul di hadapannya saat ini.

Dan lagi, hanya satu pertanyaan baginya. Mengapa Jessica tidak pernah bercerita tentang temannya yang bernama Cassandra. Sebelumnya ia tak pernah menduga bahwa sosok yang mirip dengan mendiang Aliandra itu adalah sahabat adiknya sendiri. Kalau dilhat dari statusnya, wajar jika orang suruhannya sulit melacak wanita bernama Cassandra ini. Pasti dengan kekuatan uang yang dimilikinya, wanita itu berhasil menyamarkan dirinya.

"Aku tidak tahu kau memiliki teman sepertinya." Ucapnya pelan tepat di samping telinga adiknya.

Jessica tampak tersentak mendengar hal itu dari kakaknya. Ia seharusnya tidak terkejut lagi jika Javier akan bertanya hal demikian. Namun, melihat betapa tertariknya sang kakak, ia tahu Javier pasti akan membombardirnya dengan seribu macam pertanyaan tentang Cassandra.

"Kau ingin aku berkata apa? Apakah kau ingin mendengar 'Kak, aku punya sahabat bernama Cassandra yang wajahnya mirip sekali dengan kakak ipar.' Begitu?"

Jessica setengah mati untuk meredam getaran dalam suaranya. Ia tak ingin Javier menangkap ketakutannya dengan mudah. Kali ini ia takkan mengulangi kesalahan dan membiarkan kakaknya masuk jauh lebih dalam dengan hubungannya. Apalagi ia tak mau Cassandra sampai jatuh ke tangan kakaknya.

Javier mendengus kasar mendengar jawaban adiknya. Meski benar, ia merasa jengkel. Ya, seharusnya Jessica berkata seperti itu kepadanya. Ia harus tahu siapa wanita itu. ketika berhadapan dengannya Javier tidak bisa memungkiri bahwa ia masih melihat sosok Aliandra dalam diri wanita itu. Bukan hanya wajahnya, tapi semua yang ada padanya.

Don't Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang