3

7.7K 558 2
                                    

Javier tidak masuk ke dalam kamar itu sejak pagi. Aliandra merasakan perubahan suaminya yang berbanding terbalik. Aliandra tak bisa berharap banyak pada suaminya. Kemarahan Javier yang brutal perlahan ia maklumi. Suaminya berhak untuk murka padanya.

Sepanjang semalam setelah kejadian itu, Aliandra mulai mencoba menggerakkan tubuhnya meski terasa sangat menyakitkan. Pelan, ia membersihkan dirinya dan mengobati luka ditubuhnya dengan obat seadanya. Ia cukup tahu diri untuk tidak meminta bantuan siapapun. Semua yang terjadi kepadanya adalah buah dari kesalahannya. Aliandra merasa harus bertanggung jawab atas tindakannya.

Tak lupa Aliandra pun mengambil pakaiannya yang entah bagaimana sudah berada di dalam tas. Ia bahkan tak sadar jika tas itu sudah berada disamping tempat tidurnya. Ketika ia membuka tas itu, isinya adalah pakaian lama yang delapan tahun ia bawa ke rumah ini. Aliandra tak merasa curiga atau pun tersinggung. Hatinya terlampau sakit menerima ini semua. Kepingan terakhir hatinya telah hancur.

Perlahan, wanita itu berjalan keluar kamar sambil membawa tasnya. Dengan adanya barang-barang lamanya, sudah membuktikan Javier telah menunjukkan sampai dimana batasannya sebagai seorang istri. Beruntung pria itu tidak menendangnya keluar dari rumah. Jika sampai itu terjadi, Aliandra tak tahu harus pergi kemana lagi.

Dengan langkah lemas, Aliandra berjalan pelan meninggalkan kamar itu. Kamar yang sudah delapan tahun ia tempati bersama suaminya.

Begitu banyak kenangan indah disana dan ia harus merelakan semua itu pergi. Sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu, Aliandra pun menoleh kembali ke sana. Lantai kayu, kasur besar, lemari itu semuanya memiliki kenangan indah baginya.

"Selamat tinggal."

Aliandra berjalan ke arah dapur dengan langkah terseok sambil menggendong tasnya. Bibir tak lagi memancarkan merahnya dan memutih karena kurangnya cairan yang masuk ke dalam tubuhnya. Sesekali ia meringis ketika langkah yang diambilnya berhasil membuat luka yang ada ditubuhnya terasa nyeri. Ia kesakitan, itu yang pasti. Namun, ini masih menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang istri untuk melayani suaminya dalam keadaan apapun.

"Nyonya ..."

Aliandra menoleh ke belakang. Ia melihat Mbok Nah yang berdiri di belakangnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Wanita tua itu tampak mengernyit ketika melihat ke arah kaki Aliandra yang terdapat banyak bekas dan luka. Ingin rasanya ia menolong majikan yang sudah ia layani sejak pasangan itu menikah. Namun, apa jadinya jika Javier sampai mengetahuinya. Pria itu pasti akan semakin murka.

"Mbok." Sapa Aliandra untuk mengalihkan pandangan pelayan itu. Ia bukannya tak tahu apa yang ada didalam pikiran wanita yang telah bersamanya sejak ia menikah dengan Javier. Terbesit rasa malu ketika menerima pandangan seperti itu. Saat ini Aliandra merasa ia terlihat seperti wanita murahan yang baru saja melayani majikannya, tapi memang itulah kenyataannya. Javier memang benar-benar memperlakukannya seperti wanita murahan.

"Nyonya, apakah kau baik-baik saja?" tanya Mbok Nah sambil berjalan ke arah Aliandra. Ia membawa sebuah nampan yang berisi dua buah gelas yang terlihat sudah kosong itu. Namun, refleks Aliandra langsung mundur menghindari sentuhan Mbok Nah. Ia merasa dirinya tak pantas menerima perlakuan baik wanita itu.

Alih-alih menjawab pertanyaan Mbok Nah, Aliandra justru mengalihkan fokusnya pada gelas yang sedang dibawa oleh Mbok Nah.

"Itu minuman siapa?" tanya Aliandra heran.

"Oh ini. Nona Mona sedang berkunjung. Sekarang Nyonya Ratu sedang menemaninya berbincang di teras belakang." Jelasnya.

Tidak bisa dipungkiri ia meringis melihat Keadaan Aliandra saat ini. Ia sempat berpikir bagaimana wanita itu kuat menghadapi semua ini. Jika ia berada di posisi Aliandra, mungkin ia sudah memilih melarikan diri dari rumah ini.

Don't Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang