9

6.2K 459 22
                                    


Perjalanan menuju ke kediamannya memang memakan waktu sekitar satu setengah jam lamanya. Jalanan ibukota senin siang ini seolah tak memberikan jarak bagi siapa saja yang memiliki kebutuhan mendesak. Namun, ketiga orang dalam mobil SUV hitam itu sepertinya tak terpengaruh sama sekali akan kepadatan kendaraan di ibukota Indonesia itu. Ketiganya seolah larut dalam obrolan masing-masing, apalagi wanita yang baru saja kembali ke Indonesia itu begitu antusias menceritakan kesannya saat berada di Amerika.

"Senangnya bisa kembali. Betapa aku merindukan kemacetan ini."
Casssandra merentangkan tangannya tinggi-tinggi hingga menyentuh langit-langit mobil. Rasanya seperti kembali ke rumah saat berada di Jakarta. Banyak yang telah ia lewatkan dari kota tempat ia dibesarkan ini.

Mike melihat tunangannya itu sambil meringis. Jika wanita itu merindukan kepadatan kota ini, maka ia cukup muak. Sudah sering ia melewati hari-hari di tengah jalan, apalagi terkadang emosinya naik pitam akibat waktunya tang sedikit terbuang di jalanan.

"Hanya kau saja yang merindukannya. Bukan begitu, Jess?"

Jessica yang duduk di belakang keduanya mengangguk pasti. Cassandra hanya merindukan kota ini, karena tidak ada Mike di sampingnya. Ada sesuatu yang pastinya membuat wanita itu rela meninggalkan karirnya yang sukses di Amerika.

"Kalau bukan karena Mike, kau mungkin takkan mengatakan rinduk pulang, Sandra. Bahkan merindukanku saja mungkin tidak." Cibirnya di akhir.

Perkataan itu sukses membuat Cassandra menoleh ke belakang dan merentangkan tangannya guna memeluk sahabatnya itu.

"Kemari! Peluklah sahabat tercintamu ini."

Jesicca mengibaskan tangan di depan wajahnya melihat tingkah konyol wanita itu. Bukan Cassandra namanya jika tak mampu menghidupkan suasana.
Ya, memang seperti itulah seharusnya wanita itu bersikap.

Beberapa tahun yang dilaluinya tanpa melihat sosok Cassandra memang terasa membosankan. Apalagi ketika ia sudah harus menginjakkan kakinya kembali di rumah dan bertemu dengan ibu dan juga kakaknya, rasanya seperti kembali ke tempat perasingan. Dengan kepulangan Cassandra sekarang, Jessica bisa memiliki alasan untuk tidak menginap di rumah ibunya. Ia lebih suka menghabiskan waktu bersama kedua pasangan ini dari pada keluarganya. Jessica bisa menjadi dirinya sendiri.

"Kau tahu, aku begitu terkejut mengetahui artis terkenal juga menghadiri peragaan busanaku. Aku hampir pingsan saat melihat banyaknya orang terkemuka di kursi paling depan. Astaga, rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin saat itu."

Bibir Cassandra tak hentinya menceritakan betapa ia sangat menikmati waktunya di California. Banyak hal yang selama ini tidak ia kembangkan dari kemampuannya.

Lima tahun lalu, Cassandra memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Ia sangat menyukai kegiatan merancang pakaian. Sewaktu SMA pun Cassandra pernah di dapuk menjadi perancang kostum untuk pentas seni di sekolahnya.

Meski Cassandra tak mampu mengingat semua itu, tapi ia cukup bangga pada masa lalunya yang terbilang sukses. Ia takkan menyia-nyiakan waktu yang ia punya sekarang. Ia akan sukses dan menikah dengan Mike dengan status wanita karir yang sangat sukses.

"Tapi, kau harus memperhatikan kesehatanmu juga, Sandra. Banyak sekali kegiatan yang harus kau kurangi mulai sekarang."

Suara Jessica yang duduk di kursi penumpang belakang berhasil merontokkan imajinasi liarnya untuk desain pakaiannya nanti. Matanya mengerling malas melihat Jessica yang tampak biasa saja setelah menghancurkan bayangan indahnya.

"Baiklah, Bu Dokter. Aku akan mengikuti semua saranmu. Yang penting ..."

Cassandra memeluk sebelah lengan Mike yang tidak mengendalikan kemudi mobil dengan mesra.

Don't Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang