Aku Rindu

3.1K 160 5
                                    

Tujuh hari yang lalu kak Arya benar-benar berangkat pelatihan ke Bogor. Aku sebenarnya sedih, karena ia hanya menghubungiku sekali. Itupun saat berpamitan ke aku.
Hari ini seperti biasa aku berangkat sendiri dengan mobil kesayangan ku. Sebenarnya Hari ini aku malas untuk berangkat sendiri. Tapi karena ajudan Papa harus ikut kunjungan, jadilah aku berangkat sendiri.

Di jalan tampak ramai, ada beberapa mobil dan motor yang di hentikan. Aku sempat biasa saja, mungkin ada kemacetan. Tapi kenapa banyak polisi, dan mobilku juga di berhentikan.
Lalu seorang polwan mendekatiku, dan memintaku untuk membuka kaca mobilku. Aku segera menuruti apa kata polwan tersebut. Setelah itu ia meminta kelengkapan surat-suratku. Aku segera mengambil tas ku yang ada di sampingku. Tapi saat membuka tas aku hanya menemukan laptop dan dompetku.

"Bagaimana? Apa saya bisa melihat kelengkapan surat-suratnya?" Tanya polwan yang berpangkat Bripda.

"Aduh saya gak bawa gimana dong, atau saya bilang ke kakak saya untuk ngambil surat-suratnya, dekat kok rumah saya," ucap ku. Sebenarnya aku agak takut karena ini pertama kalinya aku tidak membawa surat-suratku.

"Maaf tidak bisa mbak---"

"Tapi bentar deh saya ambil ponsel saya dulu saya mau telephone kakak saya,"
Aku langsung menelphone kak Raka, untuk mengambil surat-surat ku. Aku sempat deg-degan karena 2 Kali ku telephone kak Raka gak menjawab panggilan ku. Akhirnya sekarang di jawab. Dia segera menuju posisi ku. Aku sedang sibuk melihat ponselku.

"Bagaimana mbak apa saya bisa melihat kelengkapan surat-suratnya,"

Aku terkejut karena berganti suara laki-laki yang bertanya. Saat mendongak aku melihat seorang polisi dengan pangkat inspektur dua, aku sepertinya pernah mengenali lelaki ini.

"Loh, Keyla! Ternyata kamu," siapa sih cowok ini. Bentar deh bukannya Revan ya?. Kok jadi keren begini, dulukan dia agak cupu gitu.

"Revan ya?" Dia langsung tersenyum saat aku menyebutkan namanya.

"Iya, masih ingat aja kamu, padahal aku cupu loh dulu waktu SMA," aku hanya menanggapinya dengan cengengesan kecil.

"Iya, tapi kok bisa sekeren ini sih. Jadi polisi lagi," ucap ku.

Lalu terdengar suara deheman seseorang. Ternyata itu kak Raka. Jadilah surat-suratnya diberikan kepadaku. Tapi aku tetap kena tilang sih, karena pada dasarnya aku tidak membawa surat-suratku. Kak Raka langsung pergi mengurus semua penilangan ini katanya sekalian dia mau ke kantor polisi.

"Oh iya boleh tukeran nomor wa nggak?" Tanya Revan. Wow aku terkejut, secara dia juga cowok pemalu. Tapi sekarang, dia benar-benar seperti transformer.

Aku langsung memberikan no wa ku. Lalu pergi ke kampus untuk sidang skripsi. Sejenak percakapan ku dan Revan dapat mengalihkan kekacauan ku tentang kak Arya. Tapi aku tidak bisa memungkiri kalau aku benar-benar rindu, apalagi dia tidak mengabari selain waktu itu.

Sesampainya di kampus bertepatan dengan waktu aku yang masuk ke ruang sidang jadilah aku segera mempersiapkan semuanya. Di ruang sidang memang menakutkan bagi mereka yang tidak siap. Tapi aku benar-benar ingin segera koas. Akhirnya sidang ku selesai, aku dinyatakan lulus. Kabar itu membuatku gembira. Sahabat ku juga datang menemuiku untuk mengucapkan selamat.

Tiba-tiba ponsel ku berbunyi. Aku segera mengangkatnya.

"Halo siapa ya?"

"Masa sih lupa calon nyonya Arya,"

"Kak Arya! Ini beneran kak Arya? Kengen tahu, apalagi kakak cuma ngabarin sejam sebelum berangkat,sebel," keluh ku pada kak Arya.

"Iya ini aku, mau siapa lagi?. Mantan mu yang 6 Hari lalu nikah? Kamu lagi cemberut pasti, oh iya selamat ya udah lulus, semoga jadi calon ibu dokter yang baik,"

"Iya makasih kak. Bulan depan aku Wisuda, kakak pokoknya harus datang gak boleh enggak. Oh iya. Kakak kapan pulang dari pelatihan?" Aku benar-benar bersyukur karena Hari ini kak Arya menelphone ku.

"Maaf ya dek mungkin aku gak bisa, aku pulang minggu depan, tapi pasti langsung dapat tugas lagi," uh kenapa jawabannya membuatku malas untuk pergi ke kampus, walau hanya nongkrong sih.

"Terserah deh, oh iya aku lagi di jalan udah dulu ya,"

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung mematikan sambungannya. Tiba-tiba ada pesan WA masuk ke ponsel ku.

Key gak jadi ke kampus, Andre masuk rumah sakit jadi sorry ya, please maafin gue ya,,ya,,ya.

-Naya

Menyebalkan, aku langsung putar balik ke rumah. Saat di perjalanan, ada WA masuk. Aku segera membuka ponsel ku.

Key,ini saya Revan. Bisa nggak ketemuan di kafe Amarta? Saya tunggu jam 10 ya.

Aku langsung pergi ke kafe Amarta. Di meja nomor 12 Revan sudah menunggu ku. Aku segera menghampirinya.

"Hallo, lama ya Rev? Sorry gue kena macet tadi," ucapku pada Revan.

"Enggak apa-apa kok. Oh iya mau pesan apa?"

Aku berpikir sebentar lalu memesan 1 piring nasi goreng dan jus wortel. Aku memang suka semua makanan. Tapi aku tidak gendut sampai sekarang.

"Oh iya, maaf saya tilang kamu tadi, ngomong-ngomong kamu udah lulus skripsi ya?" Tahu darimana dia aku sudah lulus skripsi.

"Iya, tapi kok kamu tahu ya? Bukannya pada lost kontak dan aku nggak pernah aktif sosmed,"
Dia terlihat gelagapan, aku tertawa melihat ia kebingungan.

"Saya tahu dari adek saya, namanya Maura. Maura Rarasti,"

Oh Maura, jadi Maura adik dari Revan. Tapi bukannya Maura itu anaknya most wanted dan cantik ya waktu SMA?.

"Oh iya kenapa ngajak ketemuan di cafe, gak mungkinkan cuma mau minta maaf aja sampai ke cafe seperti ini," ucapku Revan gelagapan lagi.

"Saya sebenarnya mau bilang sesuatu sama kamu, tapi saya takut kamu nanti menjauh dari saya. Bahkan sebelum Candra nembak kamu saya mau bilang itu, tapi saya malu,"

Revan ngomongin apa sih? Kok pakai bawa-bawa mantan segala. Jangan-jangan dia mau bilang--

"Saya suka sama kamu, bahkan selama 9 tahun ini saya sudah menyimpan rasa cinta itu dengan rapi, untuk menunggu saat yang tepat,"

Duar!

rasanya kepalaku di tembak oleh sebuah peluru. Revan mengungkapkan perasaannya padaku. Ini salah, aku sudah pengajuan nikah. Aku harus menjelaskannya pada Revan.

"Rev, maaf ya bukannya aku gak suka sama kamu, tapi lebih baik kita berteman saja ya. Aku sudah mau menikah, maaf sekali. Aku juga berterimakasih karena kamu sudah dengan baik menjaga perasaan cinta untukku. Tapi maaf aku akan menjadi Persit orang lain Rev, kamu bisa mencari calon Bayangkari mu sendiri yang pasti bukan aku. Aku juga tidak menolakmu karena pangkat, tapi karena aku sudah menemukan kebahagiaan ku," jelasku pada Revan.

"Bukannya kamu sudah putus dengan Candra dan bukannya Candra sudah menikah dengan senior mu?" Tanya Revan dengan tidak percaya.

"Aku memang bukan lagi pasangan kak Candra, tapi aku pasangan Lettu Arya. Kami saling mengenal beberapa bulan yang lalu setelah aku dan kak Candra putus. Aku mohon mengertilah, jika kamu datang lebih dulu aku pasti memilih mu, tapi kamu datang di saat yang tidak tepat. Apalagi Abang ku sudah menyukai kak Arya sebagai calon adik iparnya, aku juga mencintainya Rev, maaf sekali," aku segera meninggalkan Revan begitu saja tanpa memakan hidangan yang ku pesan. Aku melajukan mobilku menuju ke rumah.

Rasanya aku takut sekali ketika Revan mengungkapkan perasaannya padaku. Entah itu karena aku sudah mencintai kak Arya atau aku gengsi dengan Revan yang dulu seseorang yang cupu.

***
Sorry author lama gak update karena author lagi banyak tugas dan lagi mentok. Untungnya author masih sempat sedikit-sedikit menulis naskahnya.

Glowing❤

Be Sweet [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang