1. Cinta Benci Cinta

60 9 8
                                    

CINTA PoV

Namaku Cinta. Kashanti Cinta Brahmana. 20 tahun sudah aku hidup disatu-satunya planet dalam sistem tata surya yang mempunyai kehidupan ini. Aku hidup bersama kedua orangtuaku di Jakarta. Aku hanyalah gadis tak penting yang ingin berbagi kisah kepadamu. Bukan kisahku, tapi kisah orang-orang yang ada disekitarku.

Baiklah, aku akan mulai berkisah. Bagaimana kalau kita mulai dari yang paling dekat denganku?

Ada lima sahabat. Mereka sama sepertiku, sedang menempuh S1 di sebuah Perguruan Tinggi di Jakarta. Semuanya girls. Yang pertama namanya Clara. Dia orangnya simple. Wajahnya jarang dihiasi dengan kosmetik-kosmetik kecantikan. Rambutnya dibiarkan acak-acakan begitu saja. Tapi tetap saja dia kelihatan cantik. Celana jeans panjang dengan kemeja kotak-kotak berwarna gelap selalu menjadi favoritnya. Jarang sekali aku melihatnya mengenakan rok atau kaos. Baik di kampus, ataupun di tempat nongkrong.

Sahabatku yang kedua adalah Ratu. Gadis satu ini memang pas dengan namanya. Dialah ratu di kampusku. Tajir bukan main. Dan yang paling penting dari semuanya, dia baik tak terperikan. She is really queen. Sangat kontras dengan Arin.

Arin adalah jagoanku. Lebih tepatnya, jagoan kami berenam. Suka karate, makan sate dan kadang-kadang bikin bete. Itulah Arin.

Taat beragama, selalu menjadi 'penyejuk' kami berenam kalau sedang dirundung kesusahan dengan 'petuah-petuah' jitunya dan paling pantang dengan yang namanya nyontek adalah sifat Sabrina. Sahabatku yang satu ini selalu menjadi 'Ibu' bagi kami berlima.

Dan yang selalu membuat kami tertawa sampai mengeluarkan air mata adalah Bunga. Walaupun IQ-nya yang paling lemah diantara kami berenam (bahkan sekelas), tapi kesetiakawanannya jangan ditanya. Apapun masalahnya, siapapun yang bermasalah dengan salah satu dari kami, kami berada di pihak yang benar ataupun salah, dia tidak peduli. Dia akan tetap pro pada kami.

Sempurna sudah hidupku bersama sahabat-sahabatku. Tapi tidak dengan keluargaku!

Alright, let's talk about my parent. Mereka berdua super sibuk. Papa yang bekerja di bidang ekspor-impor, membuatnya selalu keluar-masuk Indonesia. Sulit sekali bertemu Papaku itu. Paling banyak, sebulan dua kali aku bertemu dengannya. Itupun saat makan malam saja.

Mamaku seorang politikus. Dia terobsesi menjadi Gubernur Jakarta. Maka jadilah setiap hari dia jarang kelihatan di rumah mewahku ini. Pagi-pagi sekali, Mama sudah tidak ada di rumah. Pulangnya hampir selalu diatas jam sebelas malam.

Aku haus kasih sayang mereka berdua. Segalanya sudah aku miliki. Materi yang berlimpah, sahabat-sahabat yang menyayangiku, kecantikan, dan kecerdasan. Tapi aku tidak memiliki cinta Papa dan Mama.

Kadang aku berpikir, bagaimana mereka bisa mempertahankan pernikahan mereka tanpa saling bertemu dalam waktu yang cukup lama? Bagaimana dengan hubungan intim mereka? Bukankah pasangan suami istri pasti akan melakukan hubungan seks? Ternyata, jawaban dari pertanyaanku yang terakhir itu adalah TIDAK! Tidak semua pasangan suami istri itu melakukan hubungan seks. Lihat saja Papa dan Mamaku. Mereka jarang bertemu. Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hubungan suami istri itu? Pantas saja aku masih sendirian. Tanpa ada seorang adik yang menemani.

Aha, ada kejadian yang membuatku tahu semuanya!

Jam besar di ruang utama 'istanaku' ini berdentang keras dua belas kali. Sudah tengah malam. Tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Mama. Kalau Papa, nggak usah ditanya. Aku tidak mau merasa kecewa karena mengharap Papa pulang.

Entah kenapa, aku tidak selera untuk hang out bersama kelima sahabatku itu. Padahal, malam minggu begini, kami biasanya jalan-jalan sampai larut malam. Nonton (kegemaranku, Ratu dan Bunga nih!), ngobrol di cafe (kami berenam love it!), ke perpustakaan Nasional (kalau yang ini saran dari Sabrina dan Ratu), ikut latihan karate (Ratu paling ogah kalau yang satu ini), berdiam diri di rumah salah satu dari kami (saran favorit Clara), atau latihan menyanyi dan menari di rumah tantenya Bunga (nah, ini yang paling buat Bunga jingkrak-jingkrak kesenangan). Satu tempat yang paling forbidden bagi kami: Diskotik!

By the way, tante Bunga adalah seorang entertainer kondang di Indonesia. Tahu kan sama Amanda Sharain? Itu loh, penyanyi sekaligus penari jebolan Indonesia Mencari Bakat? Masa nggak tahu sih? Ya sudahlah, tidak perlu dibuat pusing.

Suara orang tertawa terdengar keras dari dalam rumahku. Siapa sih?

"Ssshhh... jangan kencang-kencang! Nanti Cinta bangun. Nggak enak..."

Itu suara Mama! Ngomong sama siapa tuh? Aku bangkit tempat tidurku. Mengintip ke bawah.

"Sorry... terbawa suasana. Ayo, lekas... sudah tidak tahan!"

Pria berbadan kekar yang bersama Mama langsung masuk ke kamar Mama sambil memeluk Mama mesra. Siapa dia?

Pantas saja Mama tidak pernah merasa rindu kepada Papa. Sudah ada pria itu.

At the another time... giliran Papa yang membawa seorang wanita muda. Wanita itu cantik. Mungkin masih berumur dua puluh tahunan.

Papa dan Mama sama saja! Sama-sama selingkuh... Yang lebih parah, pasangan selingkuh mereka ternyata berubah-ubah. Ih, jijik banget aku memikirkannya.

Berkat contoh hidup di depan hidungku itu, perselingkuhan yang dilakukan Papa dan Mamaku itu, sukses membuatku tidak percaya cinta. Aku paling benci kalau sudah membahas tentang cinta.

Satu kata yang terdiri dari lima huruf itu, menurutku omong kosong belaka. Tidak ada. Hanya bisa-bisanya penulis novel, pembuat film, atau orang tolol. Karena kebencianku kepada rasa sialan itu, kelima sahabatku sepakat untuk tidak membicarakan masalah cinta kepadaku.

Atas dasar solidaritas, mereka tidak ada yang berpacaran. Apalagi 'Ustadzah' Sabrina sering mengingatkan kami, bahwa tidak ada pacaran dalam Islam, agama kami tercinta. Yang ada hanyalah Ta'aruf.

Sebenarnya, cukup banyak lelaki yang mengejar-ngejar cintaku. Tapi, semuanya aku tolak mentah-mentah. Sedikit saja mereka mengindikasikan mau menjadikanku pacarnya, bersiap-siap saja aku tendang. Jadilah, predikat CBC dianugerahkan lima sahabatku itu kepadaku. Cinta Benci Cinta.

***

Aku bukannya membenci laki-laki. Tidak. Tidak sama sekali! Buktinya, banyak lelaki yang dekat denganku. Tentunya sebagai seorang teman. Tidak lebih. Salah satunya, Jemie.

Jemie merupakan teman lelakiku yang paling dekat denganku. Hanya dia satu-satunya lelaki yang berusaha menjadikanku pacarnya, tapi tidak aku 'tendang'. Do you wanna to know? Karena dia berbeda dengan lelaki lainnya. Dia tidak seperti lelaki yang mengejar-ngejar cintaku dengan berbagai cara norak. Cara Jemie menarik perhatianku adalah dengan mengajariku banyak hal. Mulai dari masalah pelajaran, sampai cara memasak! Pokoknya, dia beda banget deh!

Tapi cinta tidak pernah dan (kayaknya) tidak akan pernah menyapaku. Aku sama sekali tidak mempunyai rencana untuk mencintai. Biarlah para lelaki itu mencintaiku. Tapi mereka tidak akan bisa dicintai oleh Cinta.

Suatu hari pada musim hujan...

Hatiku yang sekeras batu terhadap rasa cinta ini, entah karena apa, tiba-tiba mulai melemas. Dengan perhatian-perhatian Jemie, dorongan dari lima sahabatku itu, dan juga 'contoh hidup' pasangan lainnya, akhirnya aku mulai belajar untuk membuka hatiku.

Malam itu, aku berniat untuk menerima cinta Jemie. Kelima sahabatku itu sudah sangat bersemangat dengan perubahanku ini. Bahkan Sabrina pun ikut-ikutan senang. Walaupun tetap saja dia wanti-wanti agar jangan sampai melakukan sesuatu yang lebih 'parah' dengan lawan jenis.

"Kita tunggu dirumah Ratu aja, Ta." Kata Arin.

"Setuju!" Ujar Ratu manis.

"Ya iya lah, Rin. Masa kita mau rame-rame. Kan ini kencannya Cinta. Gimana sih?" Timpal Bunga.

"Maksud gue, biar Cinta bisa langsung ke rumah Ratu kalau udah selesai, Bunga."

"Oh, gitu..."

"Ingat, Ta! Jangan sampai saling bersentuhan. Nggak boleh. Haram!" Kata Sabrina mengingatkan.

"Aduh, 'Ustadzah' Sabrina, kalau nggak pegang-pegangan, mana romantis ntar?" Bunga protes lagi.

"Romantis nggak harus pakai pegang-pegangan kan, Bunga?" Balas Sabrina tak mau kalah. Aku jadi bingung. Jadi berangkat nggak nih akunya?

"He'em..." Clara mendehem. Semua diam. "Bagaimana kalau kita sudahi dulu debatnya ini? Kita lanjutkan kapan-kapan. Soalnya, Cintanya udah kelamaan nunggunya..."

***

You vs MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang