28. Rencana Tuhan

5 3 0
                                    

Tengah malam pada hari senin, Papa Cinta tiba-tiba kejang. Tubuhnya menggigil hebat. Cinta dan Mamanya bingung. Cinta segera menghubungi dokter pribadinya.

Cinta tak mengira hal ini akan terjadi. Padahal hari-hari sebelumnya, Papanya itu kelihatan sehat-sehat saja. Tidak menunjukkan bahwa penyakit jantungnya akan kambuh. Bahkan tadi pagi, mereka masih sempat liburan bersama ke Villa mereka di puncak.

Keluarganya sudah utuh kembali. Tak ada pertengkarang yang terjadi antara Papa dan Mamanya. Semua kembali seperti semula. Cinta sangat bersyukur kepada Tuhan dengan semua itu.

Namun, rencana Tuhan memang misterius. Tepat sebelum dokter pribadinya tiba, Papanya menghembuskan napas terakhirnya. Jeritan Bu Brahmana menggema keseluruh sudut kamar luas itu. Tangis Cinta yang sudah sedari tadi, kini semakin menjadi-jadi. Dia tak percaya bahwa Papanya telah tiada.

Kata-kata terakhir Papanya terngiang-ngiang dalam ingatannya sebelum beranjak tidur beberapa jam yang lalu:

"Papa bukanlah Papa yang baik. Selama ini, Papa hanya bisa membuatmu sedih. Selalu membuat Mama tersakiti. Tapi Tuhan sangat mengasihi Papa. Tuhan memberikan kesempatan kepada Papa untuk memperbaiki kesalahan Papa. Kini, Papa merasa lebih tenang. Papa sudah siap menghadap-Nya."

***

"Saya minta maaf, karena tidak bisa tinggal bersama Bapak dan Ibu disini. Saya tidak tega meninggalkan Papa dan Mama disana sendirian. Saya minta maaf." Ujar Dafa lirih.

Bu Ningsih mengusap lembut kepala putranya itu. "Tidak apa-apa, Nak. Ibu mengerti. Kamu mau menganggap kami orangtua saja sudah cukup bagi kami. Sering-seringlah datang kemari. Ibu titipkan Tresno padamu. Semoga dia betah tinggal di kota." Air mata perempuan paruh baya itu menetes pelan.

Melepaskan Dafa pergi saja sudah berat baginya. Apalagi merelakan Tresno. Tapi dia harus tegar. Ini untuk masa depan anaknya. Dia harus bisa merelakannya. Dia sudah membuat keputusan. Dia tidak akan menjilat ludah yang sudah keluar.

"Tres, baik-baik ya, disana. Belajar yang benar. Buat kami bangga. Ingatlah selalu, walaupun ini berat buat Ibumu, tapi Ibumu masih merelakannya. Jangan kecewakan Ibu dan Bapakmu ini." Kata Pak Ridwan pelan.

Tak urung Tresno meneteskan air matanya. Diciumnya tangan Bapak dan Ibunya itu lama. Lama sekali. Maisaroh yang tak tahan melihat kepergian kedua kakaknya itu masuk ke dalam rumah. dia menangis sejadinya di dalam kamarnya. Dia akan sendirian. Tanpa Tresno dan Dafa. Perpisahan memang selalu menyakitkan.

"Jangan nangis dong, Tante. Kan masih ada Alfan sama Alfin." Seru Alfan berusaha menghibur Maisaroh.

"Nanti, kita main-main ke tempat Om Tres sama Om Dafa. Jangan sedih lagi, ya..." Alfin menambahkan.

Maisaroh mencubit pelan pipi kedua keponakannya itu. Mereka benar. Mungkin Alfan dan Alfin bisa menjadi pengganti Cak Tresno dan Cak Dafa. Batinnya menguatkan. Lagi pula, mereka bukan pergi untuk selamanya. Hanya untuk sementara waktu. Aku pasti kuat. Aku kan sudah besar. Lanjut hatinya.

Dan dua saudara kembar itu pun berangkat meninggalkan desa Sumber Anyar diiringi oleh tangisan Bu Ningsih dan Maisaroh.

"Kalau ada apa-apa, hubungi Kakak ya." Kata Herman kepada mereka berdua.

Juhairiah berlari mengejar mereka. Napasnya turun naik tak beraturan. Dia menyerahkan sebuah amplop putih kepada Tresno dan Dafa. Setelah itu, dia langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tresno dan Dafa saling pandang tak mengerti.

***

Orang-orang berpakaian serba hitam mengelilingi tempat peristirahatan Pak Brahmana. Bu Brahmana menangis tersedu-sedan. Cinta hanya menatap jasad Papanya yang dibalut kain kafan itu diturunkan ke liang lahat. Air matanya menetes pelan. Namun, dia sama sekali tak bersuara.

Sahabat-sahabat setianya juga ikut menangisi kepergian Ayah Cinta. Mereka memeluk cinta sambil terisak. Tatapan mata Cinta kosong. Matanya tak beralih kemanapun. Dia fokus pada prosesi pemakaman Papanya.

Sebuah suara berhasil mengalihkan pandangan mata Cinta. Dia menoleh ke asal suara. Tresno sudah berdiri tepat di depannya.

"Kamu sabar, ya. Aku akan selalu ada untukmu..." kata Tresno lirih.

Cinta terisak. Tangisannya sangat menyayat hati. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Tresno. Pemuda itu membelai rambutnya pelan.

***

You vs MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang