2 | Stevano Aldebaran Aldric

1.4K 100 140
                                    

London city, England

Stevano Aldebaran Aldric, siapa yang tidak mengenalnya? Tampan, pintar, kaya, sang penakluk hati para kaum hawa. Bahkan membuat banyak iri kaum adam karena apapun yang berada dalam dirinya itu sempurna. Stevan, itulah panggilannya. Ia juga memiliki kasta yang lumayan tinggi karena papanya memiliki berbagai bisnis yang berada di berbagai negara khususnya kota London. Iya, Martin Aldric, papanya yang selalu melindunginya dan membesarkannya selama ini. Stevan juga memiliki adik perempuan - Steffi Alicia Aldric umurnya selisih 3 tahun dengan nya.

Pasti kalian bertanya dimana mamanya? Ya, dua belas tahun yang lalu mamanya mengalami kecelakaan pesawat saat ingin menjemput Stevan ke Indonesia. Tapi Stevan tidak merasa begitu kehilangan, karena papanya yang selalu menjalankan tugas sebagai papa dan mama baginya.

Karena keluarga mereka dikaruniani harta yang melimpah, maka apapun yang Stevan inginkan akan terkabul.

Stevan melangkah menuju ke ruang tamu, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil nya.

"Kakakk!!" panggil seseorang dengan suara melengking.

Stevan tau pemilik suara itu, tanpa menoleh pun ia sangat hafal suara yang menggelar nyaring di rumah besarnya ini.

Iya, siapa lagi jika bukan adiknya yang cerewet, Steffi.

Stevan menoleh.

"Hmm, ada apa manggil?" ucapnya datar.

"Ihhhhh, kakak kalau ngomong datar banget sih! Nggak ada senyum-senyum nya dikit." protesnya.

"Iya iya adikku tersayang, ada apa?" jawab Stevan sambil tersenyum manis ke arah adiknya.

"Nah gitu dong, kan kalau gitu baru kakakku yang ganteng. Itu dipanggil papa, katanya suruh ke kamar papa, ada yang mau diomongin katanya." jelasnya.

"Oke, kalau gitu kakak pergi dulu."

"Cepetan!! nanti papa nunggu lama loh!" perintah nya.

"Iya iya bawel!" ucapnya karena gemas ia memegang hidung mancung adiknya.

*****
Tok tok tok

"Masuk aja, pintu nya nggak dikunci." jawab papa nya.

Stevan membuka pintu kamar papa nya dan melangkah masuk ke dalam, tak lupa menutupnya lagi. Iya papa nya ini sering sekali tidak mengunci pintunya.

"Mau ngomongin apa pa?" tanyanya.

"Papa ada urusan bisnis penting di Indonesia, emm kurang lebih satu tahun. Kamu mau kan pindah sekolah di Indonesia?" papar papa nya.

"Hah? Indonesia? Stevan juga harus tinggal disana?" ucap nya dengan nada terkejut.

"Iya lah, emang kamu mau tinggal bersama adikmu disini di London, enggak kan?"

"Tapi pa?" protes nya karena papa nya tidak memberitahu nya baru sekarang.

Papa nya memang sengaja memberitahu nya sekarang, jika tidak, maka anaknya akan selalu protes dan menolaknya terus.

"Tidak ada penolakan Van, sekarang kamu kemasi pakaian karena besok pagi kita bertiga akan pergi ke Indonesia." ucap papanya.

"Apaa! besok?? Cepet banget sih pa?" protes nya lagi.

"Iya besok pagi, masak mau tahun depan kan nggak mungkin." gurau papa nya.

Setelah mengatakan itu, Stevan masih menatap ke arah papanya dengan tatapan dengan arti mau bilang papa garing banget si, dan akhirnya Stevan bersuara.

"Papa garing banget." celetuknya.

"Garing apanya?" tanya papanya.

"Lupain aja pa, nggak begitu penting."

My Best ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang