Happy Reading!
"Tunggu!" teriak seseorang.
Yang dipanggil sontak menoleh. Ia sempat terkejut, namun melihat sosok di belakangnya, ia langsung mengerutkan dahi.
"Gue?" tunjuk dirinya sendiri yang bertanya apakah cewek itu benar memanggilnya atau tidak.
"Iya, lo." Lalu cewek itu menghampirinya dengan langkah terburu-buru.
Becca membalas tatapan cewek itu dengan senang hati dan lama kelamaan sedikit tidak enak karena terus-terusan ditatap.
Ni cewek ngapa natap gue gitu banget. Batin Becca.
"Lo bener yang namanya Rebecca?" tanyanya. "Lo juga anak pemilik sekolah ini?" lanjutnya.
Apakah cewek itu murid baru sampai tidak mengenali siapa Rebecca Emely Austin? Becca juga seperti asing dengan wajah cewek itu.
"Lo siapa? Anak baru disini?" Becca tidak menjawab pertanyaan melainkan melempar pertanyaan.
"Iya. Gue anak baru. Baru dua minggu gue sekolah disini." sahutnya.
Pantas saja Becca tidak pernah melihat keberadaannya.
"Gue Rebecca. Senang berteman dengan lo." jawab Becca ramah sambil menjabat tangan cewek itu.
"Lo nggak perlu kenalan, gue juga udah tau nama lo. Kenalin Gue Pricil Cintya Permata. Lo bisa panggil gue Pricil, Peri Cantik, Pricita."
Mereka berdua diam. Tak ada yang bersuara.
Seolah paham dengan ekspresi bingung Becca, cewek itu yang mengaku namanya Pricil menjelaskan maksud dari nama panggilannya yang terbilang cukup aneh.
"Iya Pricita. Itu singkatan dari nama panjang gue." cengirnya.
Aneh ni cewek. Batin Becca geleng-geleng kepala. Ia lebih memilih tersenyum saja daripada harus berkomentar panjang lebar.
***
"Stevan!"
Stevan membalikkan badannya. Wajahnya tetap sama datar dan datar tak ada senyum sama sekali. Walaupun begitu, tetap saja pesona seorang Stevan tidak akan pernah pudar sedikitpun.
"Apa?"
"Pulang sekolah nanti lo ada acara ngga? Gue pengen ajak lo jalan."
Stevan terdiam. Apa ia tidak salah dengar. Ngajak jalan?
"Haii.. kok bengong? Bisa ngga?"
"Gue ngga bisa Bel, maaf. Gue nanti ada bimbingan Olimpiade." sahut Stevan dengan ekspresi masih datar.
"Gitu ya. Lain kali aja deh ngga papa." Wajahnya langsung tertunduk lesu karena rencananya pergi dengan Stevan gagal. Sedetik kemudian ia kembali tersenyum lebar. "Kalau makan bareng ke kantin bisa kan?" lanjutnya yang langsung menarik lengan Stevan menuju kantin.
***
"Mohon perhatiannya sebentar semuanya!"
Seluruh penghuni kantin langsung tersentak kaget. Begitu pula Becca, dan kedua sahabatnya. Perhatian mereka semua kini teralihkan sejak kehadiran suara cempreng itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Choice
Novela JuvenilIni bukan kisah seorang cowok badboy bertemu dengan cewek good girl, tapi ini kisah si cold boy yang bertemu dengan cold girl. Stevano Aldebaran Aldric, cowok dengan sejuta pesonanya yang mampu menarik hati para kaum hawa, tetapi satu kata yang dapa...