10. Perang Saudara

23 6 0
                                    

Lala berjalan menuju kelasnya tanpa beban sama sekali. Maksudnya beban hidup bukan beban kayak tas wokai.

Lala melihat ada Pandu di depan kelasnya. Ngapain tu anak. Palingan cuma duduk ato nanyain hal yang nggak penting! Jadi angin aja dah...

Lala hanya melewati Pandu, namun Pandu menahan tangannya dan refleks gadis itu berhenti.

"Lo kok tega sih la? " nada itu tak pernah didengar lala, nada yang seperti penghayatan super.

"Apa! " lala bingung dengan apa yang dikatakan cowok yang memasang wajah datar di depannya itu.

"Lo kok tega sih la! Lo bilang lo mau nerima gue dulu! Tapi kenapa lo malah udah punya cowok lain? Kenapa? "

"Siapa? "

"Cowok yang kemarin ngaterin lo sekolah. Kata bocah bocah kelas gue. Lo nyium tangan tu cowok. "

"Itu.. Gue bisa jelasin! "

"Nggak ada yang bisa dijelasin la! Semua udah jelas kalo lu itu sama aja sama cewek lain! Cabe! Tebar pesona! Setan! Cuma liat luar doang! Pelacur! Anjing gila! " entah kenapa kata kata pandu itu menusuk hati lala, sakit sangat sangat sakit. Lala meneteskan air matanya, sebelumnya saat seperti ini selalu ada tasya yang membela di depannya. Tapi sekarang, ia sendirian, ia kesepian, ia terluput kesedihan yang dalam. Kenapa bisa-bisanya ia meninggalkan sahabat yang selalu membelanya, Setia kepadanya, hanya dengan percaya dengan omong kosong safira and friends. Lala menutup matanya mencoba menyembunyikan air mata yang akan deras sebentar lagi. Tapi lala membuka matanya lagi, melihat fandi sudah berada diantaranya dan Pandu.

"Udah cukup bang! Abang udah kelewatan sama cewek! "

"Nggak usah ikut-ikut lo!! "

"Kenapa enggak! Bang! Kita jadi cowok itu harusnya ngelindungin cewek bukannya malah nyakitin hatinya. Hati cewek itu kuat bang! Liat lala! Lala cuma diem sambil nangis karena hatinya hancur gara-gara abang! Gue tau bang kalo lala itu udah mulai suka sama abang! Terus gaar-gara cowok lain, abang segitunya sama cewek?! Mikir bang! Mamih itu juga cewek tanpa cewek kita nggak bisa ada di dunia ini! Sekarang fandi disini cuma mau mbelain hati cewek yang nggak bersalah! Lala nggak salah apa-apa bang! Sebelumnya pertimbangin dulu apa yang abang ucapin! Karena apa yang abang tanam maka itu yang bakalan abang tuai! Sekarang abang udah nanem benih kebencian di hati lala! Dan fandi bakal nyabut benih itu dengan nyawa fandi sendiri! Tonjok fandi bang! Tonjok! Fandi ingin membela harga diri seorang cewek yang diinjak-injak!" fandi berkata panjang lebar sampai sebuah bogeman mentah mendarat di wajahnya.

"Lo tuh bocah! Nggak usah ikut campur! "

Terjadi perang saudara disini. Lala semakin menangis tanpa henti mencoba melerai kakak beradik itu.

"Hentikan!! " lala mencoba menggoyahkan pertahanan mereka berdua yang sudah babak belur tapi malah tak sengaja tangan mereka menghantam wajah lala. Mengakibatkan gadis tak berdosa itu tersungkur dilantai meninggalkan memar biru pada pipinya hingga sudut bibirnya berdarah dan tentu saja hidungnya mimisan. Lala digerumbuli banyak orang.

"LALA!! " dua lelaki itu menghentikan pertarungan sengitnya dan berlari ke arah lala namun lala malah menjauh.

"Orang kemaren itu abang gue puas!lo bedua mundur!" bentak lala yang penuh darah dan air mata.

Saat itu tasya kembali dari pelariannya dan melihat lala terluka.

"Lala! Lo kenapa! Darah ini! " tasya mengeluarkan tatapan membunuh pada dua lelaki di hadapannya.

"Ka-kalian! Telah membuat kesalahan besar! " tasya berdiri dan berlari kearah dua laki-laki yang terpaku disana dan memberikan seledingan paling menyakitkan yang pernah ia lakukan. Membuat Pandu dan fandi pingsan di tempat setelah terhuyung 3 meter.

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang