13. Pembalasan

30 6 0
                                    

"Tujuan kita kumpul disini adalah untuk..... "Tasya memotong ucapannya.

"Untuk apa? " tanya joseph. "Kita bakal ngadain konser di sekolahnya lala, syabel, raja saat diesnatalis disana. "Ucap Chandra datar.

"Gkpp lah, gratis pun boleh. sekolah adek lo kan? "Satya mulai bicara. "Lo nggak tau rasanya dipeluk guru alay... Menakutkan... Ngeri gue! "Ucap Chandra sambil mengelus lehernya. "Bener tuh guru cium pipi gue sampek ada bekas lipstik merah gelap di pipi sampek susah hilang. "Indra membenarkan ucapan Chandra.

"Lala mohon.... Abang abang semuanya. Ini demi harga diri gue dan tasya yang di skorsing dari sekolah. "Melas lala membuat semua yang disana tidak tega. Tapi jika tasya yang memelas itu malah dianggap mengancam. "Kalo abang semua nggak mau! Hehe... Tasya bakal pastiin lu semua bakal ngerasain mati sebelum waktunya! Bwahahaha.... "Tasya menampakkan tawa iblisnya yang menakutkan.

"Oke²"

"Alhamdulillah. Jadi gini bang, lala sama tasya tuh dikerjain ama orang. Orang itu pengen buat kita bedua musuhan terus bisa seenaknya nyelakain kita bedua saat kita nggak saling melindungi. "Jelas lala membuat semua yang disana paham.

.

.

.

.

.

.

Sang Surya menampakkan sinarnya. Pagi ini angin sepoi-sepoi dan dinginnya sampai menusuk ke tulang.

Lala memakai jaket bulu putihnya dan beranjak sekolah. Pandangannya tertuju pada jalanan yang kering di dalam mobil. Entah kenapa cuaca menurun drastis hari ini.

"Matiin aja lah ac nya. Dingin banget. Ya allah ini angin ato udara sih... Eh angin sama udara kan sama ya?! Duh lama-lama gue bisa bego. " lala menepuk jidatnya. Tak lama kemudian sampailah ia disebuah parkiran. Ia memarkirkan mobilnya di tempat kosong dan langsung menuju kelasnya.

Di depan kelas, lala telah disambut safira. Lala hanya melewatinya, tapi langkahnya terhenti sampai sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

Plak.....

"Apaan sih lo njirr.... Lo kira nggak sakit apa?! Gue tonjok baru tau lo! "Kernyih lala melihat safira yang menatapnya tajam. "Tonjok aja! "Tangan lala seperti mendengar perintah safira dan yaps... Sebuah tonjokan juga mendarat di pipi safira.

"Beraninya lo nonjok gue! "Teriak safira memecah keadaan. "Gue nggak nonjok kok! Yang nonjok itu tangan gue! Lo itu minus apa udah buta sih.."lala nampak lebih berani kali ini. "ANJING.... LO BERANI NGATAIN GUE! DASAR BRENGSEK! BANGSAT! MURAHAN! TAIK BABI! "safira teriak-teriak tidak jelas sedangkan lala hanya berjalan santai menuju mejanya.

"Lu nyuekin dia?" tanya pevita. "It's okay! Entar juga capek sendiri tuh anak. "Masih dengan datarnya, lala mengobrol dengan pevita.

*****

Sementara di rumah tasya.

Tasya sedang memandangi layar komputer, menyiapkan seluruh rencana kemarin. Mulai dari cctv, kamera pengintai, dan lain-lain bersama Indra dan Chandra.

"Oke kita mau pasang semua ini dimana entar malem. "Tanya Chandra. "Lapangan, kelas, kantin, koridor, gazebo, rooftop. "Jawab tasya. "Rooftop? "Bingung Indra.

"Iya bang, abang ini baru 1 tahun keluar sma udah bego. Abang lupa rooftop itu biasa buat tempat pelampiasan! "Jelas tasya kesal dengan nada bicaranya menyerupai pelatih sepak bola, galak.

"Iya ya, kok gue bisa lupa! "Indra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Makanya pelihara itu ayam ato kucing! Bego kok dipelihara! "Chandra menjitak kepala Indra. "Sakit njir... "Indra mengusap kepalanya.

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang