Manda menarik koper menuju pintu keluar bandara. Puluhan orang berdesakan, mengangkat sebuah banner setinggi mungkin agar orang yang di jemputnya melihat. Berbagai macam tulisan dari biasa saja sampai luar biasa.
Manda tersenyum kecil, melihat seorang lelaki yang membawa banner bertuliskan "Wellcome back baby, miss you so much. Love you." kemudian sang perempuan datang lalu keduanya berpelukan melepas rindu.
Membuang nafasnya pelan melanjutkan perjalanan. Manda tidak berharap Migel datang membawa banner dengan tulisan romantis ataupun bunga untuk menyambut kedatangannya. Migel bukan orang yang akan melakukan hal konyol seperti itu.
Yang Manda butuhkan hanya sebuah rentangan tangan, mendekapnya dan berkata "Kamu milik aku."
Seandainya Manda memberitahu jika ia pulang, Migel pasti melakukannya. Migel sulit dihubungi setelah pengakuan seorang perempuan tempo hari. Ia hanya mengupload foto melalui media sosial berharap Migel melihatnya.
"Wellcome back, Allamanda,"
"Kansa?!" Manda melepas kacamata, ia memastikan sekali lagi jika perempuan yang tiba-tiba muncul di hadapannya ini adalah Kansa, adiknya. "Kansa ini kamu?!"
"Iya, Kak. Ini aku," Kansa tertawa, memeluk Manda erat melepas rindu. Keduanya menangis haru. "Kangen tau,"
"Sama,"
"Kamu kok berubah gini?" Manda melepaskan pelukan. Memperhatikan penampilan Kansa yang lebih modis.
"Penampilan boleh berubah, tapi aku masih Kansa," Ujarnya menyakinkan.
"Apaan, rok kamu pendek banget Kansa," Manda mencubit pinggang Kansa. "Dua tahun di Kota udah berubah banyak ya,"
"Harus dong," Kansa tertawa kecil. Mengambil alih barang Manda. "Ayo kita pergi,"
Manda menghadang sebuah taxi. Memasukan barang bawaan ke bagasi mobil. Selama perjalanan, keduanya bercerita banyak. Sejenak, Manda lupa semua tentang Migel.
"Aman kan?" Manda melepas jaket Denim, menyisahkan tangtop putih. Meneliti kosan Kansa. "Kuliah kamu gimana?"
Kansa meletakkan dua koper di sudut kamar. "Aman Kak. Btw, Kak Migel nggak jemput?"
"Nggak, Kakak nggak bilang. Kamu sendiri kok tau kalau Kakak pulang?"
"Tau dong, Kansa," Ujarnya bangga. Manda tertawa kecil. "Udah makan?"
"Belum,"
"Ya udah aku beli dulu ya,"
"Eh! Nggak, Kakak aja yang beli, sekalian mau jalan-jalan,"
"Nggak capek?" Manda menggeleng, menggunakan jaketnya kembali. "Kakak mau beli dimana? Aku mau pergi sebentar soalnya,"
Manda dan Kansa berpisah di pertigaan. Manda memilih berjalan untuk menikmati sore hari, membeli cilok untuk menemaninya. Kemacetan akan selalu terlihat, tidak berubah terlalu banyak.
Langkah kakinya menuju sebuah kafe yang banyak menciptakan sejarah. Horison. Pelayan sudah banyak berganti, interior yang berubah menjadi lebih klasik. Manda suka dengan perubahan itu. Romeo pasti sudah menjalankan bisnisnya dengan begitu baik, terbukti pengunjung Horison tetap unggul dari kafe lainnya.
Manda memesan es segar dan kentang goreng. Membawanya ke lantai atas. Ada yang menarik perhatian Manda ketika melewati anak tangga.
Dinding yang mengantarkan semua orang ke lantai dua dihiasi belasan foto yang terpajang. Manda tersenyum, menyandarkan tubuhnya dipegangan tangga. Meneliti foto tersebut. Semuanya dihias dengan foto Romeo, Migel dan Brayn berwarna hitam putih, dari ketiganya masih menggunakan pakaian putih abu-abu sampai sekarang dengan profesi masing-masing. Kegilaan konyol mereka terpajang dengan epic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang tersayang Allamanda [SUDAH ADA VER. E-BOOK]
Romance[SEQUEL DONT TOUCH HER] #93 in Romace [9 September 2018] #63 in Romance [11 September 2018] "Kenapa cobaan terus datang di hubungan kita? Aku bingung mempertahankan kamu harus gimana lagi, Migel." "Kalau bisa. Aku mau skip dan langsung bahagia sama...