[ENAM] Pengemudi Cantik

9.4K 1K 249
                                    

Lama tidak bertemu. Banyak bahasan yang membuat Manda dan Arles terus berbincang selama perjalanan. Kemacetan seperti tidak menjadi masalah.

Hari semakin gelap. Keduanya tiba di perumahan mewah, selain acara tujuh bulanan Laica, ada acara perayaan rumah baru.

Sudah banyak mobil yang parkir di jalanan, pihak keluarga yang berdatangan dari luar kota, sengaja menginap. Sepertinya acara dibuat semeriah mungkin.

Manda dan Arles melewatkan acara tujuh bulanan karena macet. Manda beruntung pergi bersama Arles, karena Manda sama sekali tidak mengenal keluarga Brayn, bahkan istirnya yang bernama Laica. Ini pertama kalinya.

"Telat terus si bos," Laica meninju dada Arles sebelum memeluk lelaki itu sekilas.

"Maaf Ca, kerjaan numpuk."

"Numpuk terus, kapan selesainya. Cari istri, bisnis terus di pikirin. Kasih Mami cucu, masa iya gue duluan,"

"Nggak papa, kakak itu selalu mendahulukan adik," Ujar Arles tulus, menepuk kepala Laica dua kali. "Iya nggak, bray?"

"Hoy," Brayn yang baru saja turun dari lantai atas menyahut. "Kapan lo sampai bro?" Keduanya berpelukan singkat.

"Baru aja, langsung kena marah sama bini lo, takut gue sama ibu hamil. Galak,"

Brayn tertawa geli, merangkul Laica. "Sama siapa? bawa calon atau sendiri?"

"Sama aku," Manda yang membungkuk dibelakang Arles menampakkan dirinya. "Hai Kak,"

"Manda," Brayn terlihat bahagia. "Tunggu, kalian kok bisa datang berdua? kenal?"

"Kenal, karyawan gue di perusahaan," Jawab Arles. Brayn mengangguk. "Eh, Man. Saya tinggal dulu ya, mau salaman sama keluarga bentar."

Manda mengangguk. Membiarkan Arles menemui keluarganya, terlihat sekali betapa harmonisnya keluarga besar Brayn dan Laica. Semuanya berkumpul seperti rumah sendiri.

"Oh ya, yang. Ini Manda yang sering aku ceritain sama kamu. Dan Manda, ini istri gue, aslinya cantik, berhubung badannya agak melar-akh, sakit yang," Brayn mengusap pinggangnnya. "Maksud aku berhubung badan kamu melar malah keliatan sexy, gitu."

"Alasan lo," Laica mendumel, lalu memberikan senyuman hangat pada Manda, mengulurkan tangannya. "Laica,"

Manda menyambutnya ramah. "Manda,"

"Waktu kita nikah dia masih kuliah di luar negri, jadi nggak bisa hadir." Laica mengangguk. "Lo nggak sama Migel?"

Manda mengerjap, memutar bola matanya mencari alasan. Gagal, ia tidak pandai berbohong. "Kita berantem,"

"Udah keliatan. Yang, aku mau antar Om Heri ke Bandara, ajak ngobrol Manda, ya,"

"Loh Om Heri nggak jadi bermalam disini?"

"Baru aja terima telpon, katanya penting jadi harus pulang sekarang."

"Ya udah hati-hati, jangan ngebut bawa mobilnya." Brayn mencium kening Laica sekilas dan mengusap perut buncit istrinya.

"Man, gue tinggal sama Ica ya."

"Iya nggak papa,"

"Ica nggak gigit, cakar doang,"

Manda suka interaksi sepasang suami istri dihadapannya. Romantis, Manda bersyukur Brayn bisa menemukan perempuan yang tepat. Berubah menjadi manusia yang pada dasarnya harus berinteraksi. Di kelilingi keluarga yang baik, istri dan pekerjaan yang mapan. Brayn menjadi suami idaman untuk para wanita.

Kepribadian Laica yang begitu ramah membuat keduanya langsung akrab. Laica mengenalkan dengan semua keluarga termasuk kedua orang tua Brayn. Menjelajah rumah mewah dua lantai, sungguh rumah yang indah.

Yang tersayang Allamanda [SUDAH ADA VER. E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang