Liburan singkat berakhir. Migel merapikan barang miliknya dan juga milik Manda. Membawanya ke luar villa lalu memberikannya pada Brayn yang sedang menyusun barang di mobil.
Setelah menyerahkan tas, Migel kembali ke dalam. Menemui Pak Sutomo dan beberapa orang yang merapikan kamar utama. Mengganti kaca jendela yang baru.
"Den, Bapak temuin ini tadi pagi." Pak Sutomo menunjukkan sebuah tulisan bagian belakang pada lembar foto. "Di depan gerbang villa. Tadinya Bapak mengira itu hanyalah orang iseng, waktu bapak teliti lagi, orang dalam foto itu pacarnya Aden."
Migel merima lembar foto yang diberikan Pak Sutomo. Menggerakkan kepalanya menunduk, membaca tulisan di belakang foto tersebut.
Do you miss me?
Membalik lembar kertas, foto Manda yang di coret habis-habisan menggunakan tinta merah. Jantung Migel berdetak. Ia terdiam memandangi foto tersebut. Foto yang di ambil tadi pagi, Migel ingat pakaian yang Manda gunakan.
"Gel?" Migel terserak. Menoleh ke sumber suara menyembunyikan fotonya. "Makan dulu,"
Migel mengangguk. Berpamitan pada Pak Sutomo dan mengikuti Laica. Menghempaskan tubuhnya di sofa sebelah Brayn. Migel bungkam dengan pandangan kosong jika Laica tidak menepuk pundaknya sambil menyerahkan sepiring omelet.
"Manda mana?"
"Mandi," Jawab Migel seadanya ketika Brayn bertanya. "Ca, bisa minta tolong panggil Manda?"
Brayn mengerutkan keningnya. Merasa ada yang aneh dari Migel. Sepertinya hanya Brayn yang sadar akan hal itu. Laica langsung berdiri menghampiri Manda.
"Berapa ronde tadi pa-" Tawa kecil Brayn menghilang, rencana ingin menggoda Migel habis-habisan terhenti ketika Migel menyerahkan selembar kertas foto. Sama terkejutnya, Brayn terdiam sejenak. "Serius Agleen?"
Migel meletakkan piring ke meja. Menarik rambutnya. "Mengancam gue melalui Manda."
"Perasaan gue mengatakan ini bukan seorang Agleen." Brayn menyerahkan fotonya pada Migel. "Tiara?" Migel menoleh. "Romeo."
"Maksud lo?"
"Telpon Romeo. Minta dia lacak CCTV,"
Kedatangan Manda dan Laica menghentikan obrolan keduanya. Wajah Manda yang malu-malu saat matanya bertemu Brayn. Takut jika Brayn menggodanya. Dugaan Manda tidak terjadi, semuanya seperti biasa saja.
Setelah menghabiskan omelet buatan Laica. Mereka berpamitan pada Pak Sutomo. Memutuskan kembali ke kota. Jika kemarin yang membawa mobil adalah Migel, sekarang Brayn.
"Nanti gue hubungi Romeo." Migel mengangguk. Brayn menatap kaca kecil di atas. "Yang, jadi mau mampir ke rumah Mama?"
"Jadi. Mama udah telpon dari tadi,"
Brayn mengangguk. "Gue stop di rumah mertua, Jaraknya dari Villa nggak jauh. Jadi sekalian aja. Udah lama nggak main."
Satu jam dari villa, akhirnya Brayn dan Laica turun. Berhenti di rumah Laica. Menawarkan Migel dan Manda untuk masuk.
"Kapan-kapan ya Kak," Ujar Manda menggenggam tangan Laica. "Sampai ketemu lagi,"
Keduanya melambaikan tangan begitu mobil mulai berjalan. Teman bicaranya sudah turun, membuat suasana mobil menjadi sepi. Manda sudah berpindah tempat duduk di sebelah kemudi. Membiarkan kaca jendela terbuka.
"Tutup jendelanya," Manda menekan tombol di pintu mobil hingga kaca muncul ke atas dan tertutup rapat. "Besok kerja?"
"Iya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang tersayang Allamanda [SUDAH ADA VER. E-BOOK]
Romansa[SEQUEL DONT TOUCH HER] #93 in Romace [9 September 2018] #63 in Romance [11 September 2018] "Kenapa cobaan terus datang di hubungan kita? Aku bingung mempertahankan kamu harus gimana lagi, Migel." "Kalau bisa. Aku mau skip dan langsung bahagia sama...