ABSEN DULU!!!!
LARI CARI TEMPAT SEPI. TARIK NAFAS TERUS KELUARIN DARI MULUT.
CIEE NGIKUTIN.
NGGAK USAH KETAWA GITU. TAU KOK KALO KALIAN ITU SENYAM-SENYUM LIAT NOTIF HAHAHA
OKE GO!
**
***
**"Aku nggak bisa. Aku punya kehidupan disini, nggak bisa seenaknya melarikan diri."
Migel terdiam sejenak tanpa melepas tatapannya pada Manda, kemudian ia mengangguk. Kecewa dengan jawaban Manda, seharusnya Migel tidak egois ingin membawa lari kehidupan seseorang.
"Kalau aku mau kamu tetap tinggal? Bisa?" Tanya Manda membuat Migel mengangkat wajahnya kembali. "Aku mau kamu disini." Ujarnya pelan namun penuh penekanan.
Migel menatap lama. Seharusnya Manda tahu jawabannya. Menggenggam tangan perempuan itu, Migel menggeleng lemah. Semua masa kelam akan Migel tinggalkan, dendam dan masa lalu, Migel ingin berdamai dan pergi membangun kehidupan yang baru.
"Aku nggak bisa, hidup aku selesai disini. Aku akan kasih kamu waktu, pikirkan semuanya, selesaikan pekerjaan kamu disini. Dan kasih aku jawaban, iya atau tidak untuk menjadi masa depan aku. Jika iya katakan secepatnya, karena aku akan bersiap untuk bertemu keluarga kamu dan jemput kamu."
Manda bungkam. Kemudian mengangguk dua kali. "Good girl," Ujar Migel tersenyum, mengacak rambut Manda.
"Ada yang mau aku tanyakan."
"Apa?"
Manda mencari bola mata Migel, bersiap jika mata itu berkata berbeda seperti yang akan Migel ucapkan. "Kalau aku nggak kecelakaan, kamu pasti udah pergi ke Jerman. Kenapa kamu mendadak berubah fikiran dan batalin penerbangan kamu?"
"Kamu cinta sama Arles?" Manda menggeleng. Migel tersenyum. "Itu jawabannya."
Manda mengerutkan keningnya. Bukan jawaban seperti itu yang ia inginkan. "Nggak, aku masih nggak ngerti,"
"Yakin lulusan S2?" Manda mendengus. Migel terkekeh pelan, mencubit pipi Manda gemas. "Waktu awal pertemuan kita di rumah Brayn, aku masih bingung, yang di hadapan aku beneran kamu apa bukan. Kamu beda, dengan seragam Tentara dan rambut kamu yang pendek itu. Buat aku nggak kenalin kamu awalnya, berbanding terbalik dengan reaksi tubuh aku. Mereka bersorak bahwa itu adalah kamu."
"Cantik?"
"Iya cantik," Puji Migel membuat Manda mengulum senyum dan menyelipkan anak rambut kebelakang telinga. Perempuan mana yang tidak mau di puji cantik oleh lelaki. Terutama dari orang special. "Aku iseng main ke apartemen, kaget lihat kamu disana. Awal dari kesalahpahaman aku sama kamu. Aku berfikir saat itu kamu paham apa yang aku katakan, dan kamu nolak aku karena udah punya Arles. Dan kamu berfikir saat itu aku udah nikah sama Clarisa." Manda mengangguk menyetujui. "Aku nggak mau ganggu kebahagiaan kamu. Waktu dengar kabar kecelakaan, aku langsung cari kamu." Migel mencium Manda sekilas. "Dari semua kebohongan yang kamu buat, aku nggak nyesal menunda penerbangan."
"K-kebohongan apa?" Tanyanya gugup.
"Kamu fikir aja sendiri." Manda menggerutu kesal. Pasti Migel merasa aneh dengan sikapnya yang mendadak manja yang selama ini Migel tahu, Manda tidak suka jika Migel terlibat suatu masalah. "Terus kamu senyum-senyum waktu aku gandeng, reaksi tubuh kamu nggak bisa bohong. Ya udah, aku ikutin aja permainan kamu sampai mana,"
"Rese,"
"Rese kalau deket kamu," Manda melingkarkan tangannya di leher Migel, begitu juga dengan kakinya di tubuh lelaki itu. "Ternyata Allamanda belum bisa melupakan lelaki brengsek. Aku boleh bahagia nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang tersayang Allamanda [SUDAH ADA VER. E-BOOK]
Romance[SEQUEL DONT TOUCH HER] #93 in Romace [9 September 2018] #63 in Romance [11 September 2018] "Kenapa cobaan terus datang di hubungan kita? Aku bingung mempertahankan kamu harus gimana lagi, Migel." "Kalau bisa. Aku mau skip dan langsung bahagia sama...