Semua perasaan yang mengganggu pikiran dan pekerjaannya Manda tinggalkan di rumah. Meski kurang tidur, Manda masih tetap fokus melakukan pekerjaan dengan profesional.
Meski beberapa kali menguap, menyuci wajahnya, Manda selalu menarik dua sudut bibirnya ke atas. Memberikan senyuman kepada semua orang. Letih, lelah, badan rasanya remuk Manda abaikan.
Mengikuti semua kegiatan bosnya. Arles tidak lagi melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu fokus di Indonesia untuk menjalin kerjasama dan keluarnya produk baru. Akan di luncurkan akhir minggu ini. Semua karyawan sibuk, termasuk Manda.
"Manda?!" Panggil Arles untuk kesekian kalinya sambil mengguncang tubuh Manda yang duduk disampingnya.
Manda terbangun. "Maaf, aku ketiduran." Ujarnya menyesal.
"Kamu nggak tidur semalam? Kelihatan capek banget,"
"Nggak, kok." Manda merapikan penampilannya. "Klien kita belum tiba?"
"Mungkin sebentar lagi," Tidak lama Arles berkata seperti itu, seorang pelayan mengetuk pintu lalu menariknya hingga tamu yang ditunggu Manda dan Arles muncul. "Panjang umur," Arles tersenyum, berdiri menyambut kedatangannya.
"Maaf saya terlambat, Arles."
Arles membalas jabatan tangan. "Senang bertemu dengan anda, Fernandes. Gimana kabar kamu?"
"Saya baik. Makin sukses saja kamu,"
"Seharusnya saya yang berkata seperti itu. Ayo duduk, saya sengaja belum memesan makanan karena-" Rangkaian kalimat Arles tiba-tiba menghilang dari telinga Nande. Saat tubuh Arles bergeser memperlihatkan seorang perempuan yang terakhir kali ia temui dua tahun yang lalu. Berdiri sama terkejutnya dengan dirinya. "Helo? Nande?"
"O-oh, iya. Terima kasih,"
"Perkenalkan. Manda, sekertaris saya."
Keduanya saling melempar pandangan. Cukup lama sebelum akhirnya Nande mengulurkan tangannya, disambut Manda ragu. "Nande,"
"Manda,"
Keterkejutan Manda membuatnya harus menjadi orang baru yang berkenalan dengan Nande dihadapan Arles. Awalnya mungkin Manda salah lihat, Nande dua tahun lalu sangat berbeda dengan sekarang. Penampilannya rapi, bersih dan semakin maskulin dengan balutan jas formal. Cara bicara juga berbeda, lebih tegas, berwibawa dan semakin terlihat dewasa.
Manda tidak berhenti menatap Nande yang membicarakan kerjasama kerja. Kadang Nande membalas tatapan Manda, lalu mengedipkan sebelah matanya.
Jangan katakan Manda tidak terpesona. Sudah pasti iya, tapi rasanya sangat jauh untuk dikatakan Manda jatuh dalam pesonanya. Karena untuk Manda, Nande adalah kakaknya, lebih tepatnya, Nande adalah Kakak dari kekasihnya, Migel.
Meeting berjalan dengan lancar. Dilanjutkan dengan makan siang lalu diakhiri dengan jabatan tangan. Manda senang bisa melihat Nande lagi.
"Nande," Panggil Manda berlari menghampiri Nande yang pergi dari privat room terlebih dahulu.
"Hei, Man,"
"Kamu apa kabar? Kenapa menghilang gitu aja?"
"Baik. Gue nggak pernah menghilang, lo aja yang nggak bisa temuin gue," Nande mengacak rambut Manda gemas. "Lo kerja sama Arles? Dari kapan? Kenapa gue nggak pernah lihat lo sebelumnya?"
"Aku baru, sementara gantiin sekertaris Arles yang nggak bisa masuk."
"Oh gitu, btw, gue nggak bisa lama-lama." Nande melihat jam yang melingkar ditangannya. "Besok dinner, bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang tersayang Allamanda [SUDAH ADA VER. E-BOOK]
Romance[SEQUEL DONT TOUCH HER] #93 in Romace [9 September 2018] #63 in Romance [11 September 2018] "Kenapa cobaan terus datang di hubungan kita? Aku bingung mempertahankan kamu harus gimana lagi, Migel." "Kalau bisa. Aku mau skip dan langsung bahagia sama...