Part 2

84 6 0
                                    

Pernikahan Putra Ramadhani Syawwal dengan Rara Syahnada Putri menjadi perbincangan hangat di kalangan pengusaha muslim.

Bagaimana tidak, seorang pengusaha sukses yang masih muda serta tampan dan dikenal sholeh itu disegani dan banyak dikenal oleh perusahaan besar lainnya bahkan luar Negeri.

Berbeda dengan Dhani, para pengusaha itu tidak terlalu mengenal sosok seorang Rara, namun bukan berarti perempuan itu tidak memiliki prestasi yang membanggakan.

Terbukti, prestasinya sebagai guru teladan bahkan se-Indonesia, juga pemilik satu-satunya cafe khusus muslimah yang sudah memiliki beberapa cabang di beberapa kota besar, khususnya kota-kota yang dikenal dengan sekolah-sekolah tinggi yang berkualitas.

Tak hanya itu, seorang Rara juga sudah terkenal dikalangan aktivis dakwah muslimah sebagai sosok pejuang Islam penerus kartini di Indonesia. Jalan dakwahnya memilih jalan berbeda dengan para da'iah lain, dia memilih dakwah melalui media internet, buku, bahkan lagu, tentu tanpa melupakan ceramah diiringi dengan suara merdunya yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.

Kabar yang bahagia ini juga sampai ke seorang perempuan yang sedang sibuk di kelas bahasa Arab di sebuah sekolah MTs swasta di Bogor.

Namun, bukannya menjadi kabar bahagia, yang dirasakannya adalah perasaan sedih sekaligus pedih seakan menghantam hatinya.

Dengan perasaan sakit, dia duduk di belakang meja bertuliskan Kep.Sek MTs Al-Husna, sambil memegang erat surat undangan yang ada di depannya.

Setetes airmata luruh mebasahi wajah halusnya, namun segera dia hapus ketika seseorang mengetuk pintu.

"Buk, boleh saya masuk?" seseorang mengetuk pintu pelan

"Silahkan mel." jawabnya sambil menyembunyikan undangan yang tadi dia genggam

"Hmmm, begini..."

"Gak usah panggil ibuk, kita gak lagi di kelas"

"Oke mif sory, aku cuma khawatir. Kamu baik-baik aja kan?"

"Mmmm aku baik kok mel"

"Kamu yakin mif? Yang aku lihat justru sebaliknya lo..."

"Haha, kelihatan banget ya..." wanita bernama Miftahul Husna itu tertawa getir lalu memberikan undangan itu ke Amelia Syarifah, guru bahasa Inggris sekaligus sahabat baiknya.

Amel memperhatikan undangan berwarna jingga itu seakan sedang membaca surat rahasia dari Negara, membacanya lalu membolak baliknya dengan hati-hati

"Hmmm... gak ada fotonya, juga gak terlalu mewah, justru undangan ini terlalu sederhana untuk seorang Dhani. Tapi pemilihan warna ini sedikit menampilkan aura elegan sih... eh, sory mif, gak maksud."

"Ga apa kok mel, aku faham. Kamu kan tau meskipun orang kaya tapi Dhani seorang yang tau agama, dia gak akan mau berfoya-foya untuk ibadah mel." Gadis muda nan anggun itu menundukkan matanya, menyebabkan beberapa tetes airmata yang ingin dia sembunyikan kembali jatuh. Dia mengangkat wajahnya sambil tersenyum, lalu berdiri dan meraih tasnya.

"Ayo kita pergi, sekolah sudah usai dari tadi, kau mau ikut mobilku atau dijemput mas mu?" tanyanya pada Amel. Amel tau mifa membutuhkan waktu sendiri, dia mengatakan akan menunggu suaminya menjemput.

Mendengar itu mifa lega, artinya tidak perlu menahan airmata lagi. Dia berpamitan lalu menuju mobilnya dan melaju ke arah salah satu perumahan elit di Bogor.

Sesampainya di rumah, Mifa tak langsung menangis peluk bantal layaknya orang yang patah hati, yang ia lakukan lebih sederhana. Ia langsung wudhu dan sholat, lalu mencurahkan segala gundahnya pada Sang Pemilik hati.

Menangis tapi berusaha sabar dan masih tetap tersenyum, dialah Mifa, seorang gadis yang kuat...

The Real Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang