Pukul tiga dini hari, Rara terbangun dari tidurnya. Baru saja dia bermimpi berjumpa dengan almarhum ayahnya.
"Sepertinya aku lupa mengirimkan doa malam untuk ayah. Hhh, kenapa menikah harus mempersiapkan segala hal sesulit ini. Sebaiknya aku bangun dan sholat" gumamnya sambil beranjak ke kamar mandi.
Hari ini jum'at, sekitar seminggu lagi menuju hari H. Rara sibuk mengurus pernikahannya nanti, dia memustuskan menutup kafenya dan meliburkan karyawan.
Sebenarnya Rara tidak ingin pesta pernikahan mereka terlalu meriah. Tapi, dia dan Dhani memiliki banyak kenalan. Karena mereka berasal dari kota yang sama, mereka ingin mengadakan acara hanya di satu tempat dalam adat melayu.
Jadilah mereka mengundang kelurga dan teman terdekat saja. Malam berinai, akad, khotaman alquran, dan salam-salam, memakan waktu dua hari. Dengan perkiraan tamu minimal 500 orang, biaya seluruhnya cukup besar.
Rara merasa sangat tidak nyaman. Yang dia harapkan adalah pernikahan sederhana. Tapi, apa yang ia alami malah sepertinya sedikit berlebihan.
Setelah ragu dan sedikit bimbang, Rara menelpon Dhani untuk membicarakan keraguannya.
#Rara
"assalamualaikum mas" aku menunggu jawaban Dhani yang agak lama
"ya, wa'alaikumus salam, ada apa Ra?" jawab dhani. Terdengar pelan dan berbisik.
"Oh, ini.. Aku ingin bicara tentang walimahan kita nanti. Boleh mas?" kataku bertanya.
"Oke, nanti kita bicarakan. Aku sedang di ruang meeting, aku akan menelponmu setelah selesai ya?" Jawab Dhani kemudian.
Aku menyudahi percakapan, sepertinya Dhani sedang sibuk. Mungkin aku terlalu mengganggunya, pikirku.
# # #
Rara memutuskan untuk pergi ke kafe, karna letak kafe tidak terlalu jauh dari rumahnya saat ini, dia memilih berjalan kaki.
Baru saja dia ingin masuk, seseorang memanggilnya dari seberang jalan.
"Rara!" Seorang wanita manis berpakaian sederhana namun rapi nampak melambaikan tangannya. Wanita itu berjalan cepat menghampirinya saat tidak ada mobil yang lewat.
"Akhirnya sampai. Hai Rara, lama tak bertemu. Masih ingat aku kan, syifa?" Wanita itu mengenalkan dirinya dengan ceria, seakan takut Rara tidak mengingatnya.
"Hai, assalamu'alaikum, maasyaaAllah, syifa? Teman paling gokil waktu SD dulu kan ya?" Balas Rara tak kalah antusias, tapi menyempatkan mengucap salam singkat.
"Hehe, wa'alaikumsalam Ra, waah makin cantik aja kamu ya say, mana makin alim lagi. Aku hampir pangling" Syifa nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah, bicara di dalam aja yuk, aku yang traktir" Ajak Rara sambil membuka pintu kafe.
"WaAh tau aja deh Ra, aku kan paling senang kalau di traktir, hahaha" Syifa mengikuti sambil tertawa.
Syifa adalah teman se SD Rara dan Dhani. Mereka biasa melakukan banyak hal bersama. Namun berpisah saat Rara melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Sedangkan Syifa tetap satu sekolah dengan Dhani.
Mereka membicarakan banyak hal, meskipun lebih banyak tentang masa lalu.
"Oh iya, ku dengar kau akan menikah dengan Dhani kan Ra?" Syifa tiba-tiba bertanya tentang berita yang ia terima.
"Hmm, datang ya Syif. Acaranya ga di gedung kok, di rumah keluarga Dhani" Jawab Rara sambil tersenyum manis.
"Um, ku harap kalian memang berjodoh ya Ra, lancar sampai hari H. Dan, apapun nanti yang kamu hadapi, kamu boleh cerita ke aku. Kan aku tau banget seluk beluk nya calon suami mu itu, hehehe".
Rara menyadari sesuatu yang salah di raut tersenyum Syifa, seakan ada sesuatu yang dia sembunyikan. Tapi, mungkin itu hanya perasaanku, batinnya.
Tak lama, Syifa pamit karna masih ada urusan katanya. Sedangkan Rara masih duduk memikirkan perasaanya yang sedikit gelisah.
"Ada apa, apa yang aku tidak tau tentang Dhani, yang harus disembunyikan oleh yang lain padaku?" Itulah yang dipikirkan Rara sejak Syifa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Of Love
SpiritualPutra Ramadhani Syawwal "Aku menjadikanmu istri atas permintaan Ibuku.. Aku tau kamu teman yang sempurna, bahkan waktu kita kecil.. Tapi, untuk lebih dari itu.. Mungkin belum bisa.. Karena aku masih memiliki seseorang yang aku sayangi di hatiku.. Ta...