Part 6

49 2 0
                                    

Beberapa bulan kemudian..

Hari ini aku berkunjung ke rumah sahabat karibku, Lala.

Betapa bahagia, Lala yang tidak dapat hadir saat resepsi kami, dikarenakan kehamilannya yang tidak bisa dikatakan kuat, berusaha menjamu ku dengan mewah.

"Lo, mas mu ndak ikut Ra?" Lala bertanya saat tak melihat Dhani yang dikiranya ada di luar.

"Hmmm, dia sibuk La, ada klien penting dari Jepang hari ini". Jawabku sambil tersenyum.

" Haduh yang pengantin baru kena tinggalin" Lala mengolok ku bercanda.

"Ih, apaan si la. Ga usah gitu ah, kan aku jadi kepikiran" Aku mencubit tangannya pelan.

"Hehehe maafkeun kawanmu yang jahat ini say" Lala membalas cubitan ku sambil cengar-cengir.

"La.. Akuu.. Ada yang ingin aku tanyakan, tapi kamu ndak boleh ngetawain aku, oke?" Tanyaku sambil menunduk.

"Hmm, kalau serius aku ga bakal ketawa kok. Ayo, tanya aja.." Lala menyudahi tawanya saat melihatku gugup.

"Kamu.. Hmm, kamu juga pacaran setelah nikah kan la" Lanjutku

"Iya dong, kan kamu yang nyomblangin. Kenapa?" Lala nampak penasaran.

"Berapa lama La, kamu dan mas mu..?" Aku tak sanggup bertanya langsung

"Hmm apanya? Pacarannya? Lama dong sampai hari ini." Jawabnya polos.

"Duuh, kawanku ini polosnya masih ada aja. Bukan itu iih" Aku menepuk kepala mendengar jawaban polosnya Lala.

"Jaaadiii?"

"Itu lo Lala ku sayang. Masa ga ngerti juga?" Aku mulai frustasi. Kan ga mungkin aku bicarain s*****l secara langsung.

"Makanya langsung aja, kamu kayak ndak tau aku aja" Lala masih dengan wajah polosnya.

"Hmm, itu lo. Kamu sama mas mu, kapan baru mulai itu.. Pas baru nikah apa udah lama?" Akhirnya aku bertanya langsung, meski kata-kata malam pertama tak ku ucapkan langsung.

"Oalaah, itu toh. Kok kamu nanya ke aku Ra, harusnya ke ibumu dong. Ga baik kalau aku cerita masalah itu sama kamu, kan itu privasi" Lala mengubah wajahnya serius.

"Aku kan ga nanya proses la. Aku ga mau nanya ke Ibu karna ga mau bikin ibu salah paham" Aku cemberut sambil menatap lantai, lesu.

Aku tau, ga boleh bertanya tentang kehidupan s*****l seseorang. Tapi, kalau tidak Lala, siapa lagi.

Lala menatap ku yang masih tertunduk lesu di kursi. Lalu memutuskan untuk bicara..

"Hmm ga lama Ra, kan memang tujuan menikah itu salah satunya memperbanyak Ummat dong. Jadi, kalau bisa cepat kenapa enggak" Lala berkata sambil mengelus perutnya yang memang tidak bisa lebih besar.

"Ooh, gitu ya la.. Oke deh aku faham dan ga akan nanya itu ke kamu lagi. Aku tau, masalah kamar tidur itu tidak boleh dibicarakan dengan orang lain" Jawabku

"Nah itu! Bener itu.. Hehe kan kamu lebih pintar toh dari aku" Tawa Lala

Setelah berbincang lama aku pun pamit pulang. Di jalan, aku singgah di taman tak jauh dari komplek perumahan ku.

Rasanya aku mulai jenuh. Pernikahan yang aku bayangkan sangat berwarna justru tak sesuai inginku.

Sampai hari ini, mas Dhani bisa dihitung dengan satu tangan untuk berapa lama dia ada di rumah.

Dan aku, sang istri yang kesepian ini masih saja gadis ting-ting. Aku tidak tau apapun masalah asmara dan hubungan cinta yang bagaimana seharusnya.

Dan aku juga sadar mas ku sering banyak kerjaan dan harus nginap di luar kota karna itu. Tapi, haruskah aku menunggu lagi..

Setiap kali pembicaraan kami ke arah sana, mas Dhani pasti mengalihkan topik. Dan beralasan ini itu, lalu besoknya minta maaf.

Dia sungguh memang romantis, tapi romantis dalam hubungan biasa. Seperti dulu saat kami hanya sebatas teman dekat.

"Bukan ini yang aku inginkan! Benar-benar bukan ini mas... Aku ingin kau anggap seperti istri seutuhnya." Aku mendesah sedih sambil menutup wajahku, lelah.

Aku pun lalu kembali ke mobil dan pulang kerumah. Mungkin  aku akan menunggu lagi..

Tak apa, aku sudah menunggu untuk menjadi istrinya dalam waktu belasan tahun. Toh, sebulan dua bulan lagi bukan seberapa.

Itulah yang aku tanamkan dalam hati. Tanpa tau bahwa penantianku akan terus berlanjut hingga banyak waktu ke depan..

Waktu pun tak lagi menunggu dan terus berlalu..

The Real Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang