-2-

11.8K 677 20
                                    

"Lo ngap..." Ucap cowok itu sambil menunjuk hidung Moza. "Oh, gue tau, pasti lo mau narik perhatian gue kan? Lo pengen ngegebat gue kan? Udah ngaku aja. secara gak ada yang bisa lolos dari pesona seorang Manggala Dewananta." Ucap cowok itu dengan angkuhnya.

Moza merebut kasar ponselnya yang dipegang cowok itu. "Ogah. Jijik gue deketan sama cowok sok, songong dan keganjenan kayak lo." Ia lalu berbalik, menghilangkan tubuhnya dari bayang-bayang cowok itu secepat yang ia bisa.

Benar kata Tara tadi. Misi ini tidak akan mudah.

***

Moza langsung nyungsruk di bangkunya begitu sampai di kelas. Membuat ketiga temannya itu melongo, saling tatap satu sama lain.

"Gimana? Berhasil?" Tanya Violet.

"Kagak. Boro-boro." Semprot Moza. "Tuh cowok bener-bener asem." Cewek itu meremas jemarinya kuat-kuat. Wajahnya tampak memerah, begitu juga dengan matanya.

"Kalem, Za. Kalem. Nih minum, biar gak gerah hati." Thalia menyodorkan botol teh yang sudah setengah kosong pada Moza.

Moza menyambar botol itu dan menghabiskannya dalam sekali tenggak.

"Sumpah nih anak kayaknya bener-bener butuh di-ruqyah." Ucap Tara.

"Gila, lo habis kesambet demit mana, Za." Timpal Violet.

Moza menggebrak meja, membuat ketiga temannya itu hampir saja terjingkat. "Vi, lo inget kan cowok songong yang gue critain kemarin?"

"Iya. Yang nyipratin baju lo pake air lumpur itu kan?" Jawab Violet.

"Trus apa hubungannya?" Timpal Thalia.

"Cowok yang gue critain itu ternyata Gala." Ungkap Moza.

"What?!" Pekik Violet, Tara dan Thalia secara bersamaan.

"Fix, ini bakalan jauh lebih susah dari yang pernah dibayangin." Violet berasumsi. "Tapi tunggu dulu, bukannya lo murid asli sekolah ini? Trus kenapa lo malah gak tau sama temen-temen seangkatan sendiri?"

"Gue beneran gak tau, Vi. Gue bahkan belum pernah ketemu sama tuh cowok."

"Jangankan lo, gue yang tahun lalu sekelas sama dia aja heran, kenapa tuh anak masih sekolah disini." Timpal Thalia. "Gue kira dia udah dikeluarin dari sekolah. Kebanyakan bolos tuh anak."

"Kalo itu gue gak heran." Balas Moza. "Kelihatan banget dari muka songongnya."

"Trus sekarang lo mau ngapain?" Tanya Violet pada Moza.

Moza menggeleng pasrah sambil mencebikkan bibirnya. Pikirannya kini benar-benar buntu. Tidak bisa memikirkan rencana selanjutnya. Tapi jangankan rencana, cewek itu bahkan tidak pernah membayangkan kalau cowok yang menjadi targetnya adalah cowok songong keganjenan itu.

"Gue punya ide." Seru Thalia.

"Apa?"

"Gala itu orangnya gak bisa dideketin. Karena dia punya prinsip, 'cowok yang harusnya ngejar, bukannya cewek'. So, kalo lo mau ngedeketin dia, lo harus pake cara yang anti mainstream." Jelas Thalia.

Moza dan yang lainnya melongo,
"Gue gak paham, Thal." Jujur Moza.

"Lo gak boleh terang-terangan ngejar dia. Apalagi pake cara receh kayak cabe-cabean goceng." Thalia menjeda kalimanya. "Lo harus bikin seolah-olah dia yang ngejar lo."

"Ruwet amat ngomong lo." Ucap Violet.

Thalia mendengus sebal, "Ih, masa lo gak pah..."

"I got it, guys. I got the plan." Sahut Moza sambil menjentikkan jarinya.
"Gue punya ide."

MANGGALA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang