Angin musim panas menyambut begitu Moza dan Gala keluar dari bandar udara Charles de Gaulle, Paris.
Meski hari sudah gelap, tapi hawa panas tetap terasa memenuhi setiap celah udara. Tanpa berlama-lama, mereka langsung memesan taxi menuju hotel terdekat.
.
"Akhirnya nyampe juga. Capek banget gue duduk di pesawat." Gala langsung membantingkan tubuhnya pada ranjang hotel begitu memasuki kamar.
"Lo seriusan kita tidur sekamar?" Tanya Moza.
"Gue gak bisa ambil resiko sama dompet gue. Hotel disini mahal tau." Jawab Gala enteng. "Lagian lo tenang aja. Ntar malem gue tidur di sofa. Gue gak akan macem-macem sama lo."
"Terserah lo aja." Pasrah cewek itu. Ia mengambil tasnya lalu berjalan keluar.
"Eh, lo mau kemana?"
"Keluar."
"Istirahat aja dulu. Udah malem juga."
"Tapi gue mau..."
"Besok aja nyarinya. Emang lo gak capek apa enam belas jam lebih duduk di pesawat."
Moza berdecak kesal, mau tak mau ia harus menurut apa kata Gala. Lagipula ia juga sudah sangat lelah sekarang.
.
Sinar matahari pagi merambat dari balik celah-celah tirai. Moza membuka tirai tersebut, membuat cahaya masuk dengan intensitas tinggi.
Gala yang tidur dengan posisi menghadap jendela, semakin menggeliat karena silau terkena sinar.
"Bangun, kebo. Ini udah pagi." Ucap Moza sambil menarik selimut Gala.
"Sepuluh menit lagi. Gue masih ngantuk."
Merasa gemas, cewek itu menarik tangan Gala, memaksanya duduk. "Bangun, kebo. Lo gak lihat diluar udah terang? Kebo aja jam segini udah bangun."
"Asem. Gue disamain sama kebo." Kesal cowok itu. Meskipun belum sadar sepenuhnya, ia masih saja bersemangat untuk bertengkar.
"Gak usah banyak cingcong. Buruan mandi. Habis itu kita turun. Gue udah laper."
"Iya bawel." Gala berjalan malas menuju kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu, entah apa saja yang dilakukan cowok itu sampai-sampai betah berlama-lama di kamar mandi.
"Woy, lo gak tidur kan di dalem?" Moza menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Tak ada jawaban.
"Gal, bangun woy. Jangan tidur." Cewek itu semakin mengeraskan suaranya.
Tetap tak ada jawaban.
"Gala!"
Pintu kamar mandi terbuka, dan dari sana muncul penampakan yang tidak lain dan tidak bukan adalah si penyulut keonaran. "Apaan sih?" Kesal Gala. "Orang masih pagi juga. Udah bikin rusuh aja."
Moza meringis, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sorry, habisnya lo lama banget."
"Ayo, buruan." Gala langsung menyambar tangan cewek itu dan mengajaknya pergi.
"Kemana?"
"Katanya laper."
"I-iya." Moza berusaha menyeimbangkan langkah kaki cepat cowok itu.
.
Mereka pun sampai di sebuah caffe outdoor di depan hotel. Tanpa membuang waktu, Gala yang memang sudah keroncongan dari tadi langsung ngeluyur memesan makanan dan minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGGALA [Tamat]
Teen Fiction"Namanya Manggala Dewananta, biasa dipanggil Gala. Tapi jangan sekali-kali lo nambahin huruf 'k' di belakang namanya. karena meskipun dia itu pimpinan gengster sekolahan, dia gak bakal terima kalo dipanggil Gala(k). Dan dia adalah misi lo selanjutny...