"Apa? Seriusan?"
"...."
"Iya-iya. Gue segera kesana."
Gala memutus sambungan telponnya.
"Ada apa, Gal?" tanya Moza cemas. Dilihat dari perubahan ekspresi wajah cowok itu, pastilah ada masalah besar.
"Papa kecelakaan," jawab Gala singkat.
"Apa? Kok bisa? Terus sekarang ada di rumah sakit mana?"
Cowok itu hanya menjawab dengan sebuah gelengan.
"Kita pulang sekarang."
"Tapi gimana sama lo?"
"Gala, gue bilang kita pulang sekarang," tegas Moza. "Papa lo jauh lebih butuh lo sekarang."
"Gak!"
"Kenapa?"
"Gue gak pengen ketemu sama Papa."
"Gala, dengerin gue." Moza memegang kedua bahu cowok itu. "Gue tau lo benci sama Papa lo, tapi dia tetep Papa lo. Orang tua lo dan sekarang dia butuh lo, anaknya. Oke, kalo lo gak pengen ketemu dia, gak masalah. Gak usah temuin dia, tapi seenggaknya lo ada disana, ada di deketnya, okay?"
Gala membuang muka. Kemarahan dan gejolak hati yang ia rasakan selama ini sudah mengalahkan kasih sayang yang ada dalam dirinya.
"Seenggaknya lo masih punya orang tua yang lengkap, ‘kan? Lo masih punya waktu buat berbakti sama mereka," tutur Moza. "Lo masih punya kesempatan, Gal. Tolong jangan sia-siain itu, karena lo gak tahu gimana sakitnya kehilangan."
"Lo minta gue kesana?"
Moza mengangguk. "Kalo lo gak bisa ngelakuin itu buat orang tua lo, seenggaknya lakuin itu buat Kak Milly. Dia juga butuh lo sekarang."
Cowok itu terdiam,
"Lo pasti belum minta maaf ‘kan sama Kak Milly?"
Cowok itu menggeleng.
"Dia sayang banget sama lo, Gal. Dia pengen lo berubah jadi lebih baik."
"Tapi caranya salah."
"Kalo gitu lo bilang. Jelasin ke dia, gimana cara yang bener," ucap Moza. "Kak Milly bukan dukun, dia gak bisa baca pikiran lo."
Cowok itu tertegun. Yang dikatakan Moza ada benarnya.
"Kita pulang sekarang, ya," ajak Moza sekali lagi.
Gala mengangguk. "Iya."
...
Gala melangkahkan kakinya menyusuri ruangan-ruangan rumah sakit, disusul Moza di belakangnya. Ia mencari ruang gawat darurat, tempat papanya dirawat. Langkah cowok itu terhenti ketika ia mendengar ada yang memanggil namanya dari arah belakang.
"Gala!"
Milly melompat memeluk Gala, menumpahkan air matanya disana.
Gala balas memeluk, "Gimana keadaan papa?" tanyanya dengan nada sedikit dipaksakan."Masih ditangani di dalem. Belum boleh dijenguk," jawab Milly dengan suara yang bergetar.
"Mama dimana?"
"Lagi ngobrol sama dokter," jawab cewek itu lagi. "Makasih udah mau dateng."
"Jangan bilang makasih ke gue, tapi ke Moza. Gue gak akan dateng kalo dia gak bujuk."
Milly tersenyum, lalu melepaskan pelukannya. "Artinya misi gue berhasil."
"Gue rasa begitu, Kak," bisik cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGGALA [Tamat]
Teen Fiction"Namanya Manggala Dewananta, biasa dipanggil Gala. Tapi jangan sekali-kali lo nambahin huruf 'k' di belakang namanya. karena meskipun dia itu pimpinan gengster sekolahan, dia gak bakal terima kalo dipanggil Gala(k). Dan dia adalah misi lo selanjutny...