"Masih mending gue, gak punya otak. Daripada lo, gak punya hati." Bentak Moza.
Tapi bukannya membalas ataupun pergi, Gala justru menarik tangan cewek itu dan mendekapannya.
"Lepasin gue." Jerit Moza.
Bukannya mengendurkan, cowok itu malah semakin mengeratkan pelukannya. "Jangan berontak, Gino sama Nadine kesini." Bisiknya.
Moza menurut. Biar bagaimanapun, ia tetap terikat perjanjian dengan cowok itu.
Ehem, terdengar suara deheman dari jarak yang terlalu jauh dari posisi mereka.
"Sorry ya, tapi ini sekolahan. Bukan tempat pacaran." Ucap Gino memperingatkan.
Mendengar itu, Moza langsung meliuk, membebaskan dirinya sendiri dari lengan Gala.
"Gak enak kali dilihat guru." Lanjut cowok itu.
"Iya, sor..." Ucapan Moza terhenti karena tiba-tiba Gala melingkarkan tangan kanannya pada pundaknya.
"Kenapa emangnya? Gak boleh?" Gala melirik Nadine yang sedari tadi memandang dengan sorot mata tidak nyaman. "Cemburu?" Lanjutnya.
"Bukannya gak boleh, cuma gak etis aja." Ucap Gino.
"Oh, gitu. Yaudah, nurut aja sama ketum OSIS." Gala lalu melepaskan tangannya dari pundak Moza. Tapi sorot matanya sama sekali belum berpindah dari Nadine.
Nadine merasa terintimidasi dengan mata itu, "K-kita balik dulu ya." Ia kemudian memberi isyarat pada Gino.
Gino mengangguk, lalu mengekor di belakang Nadine.
"Eh, tunggu." Cegah Moza.
Gino dan Nadine menoleh,
"Ada apa?" Tanya Gino.
"Denger-denger anak OSIS lagi mau bikin acara bakti sosial, sekalian syukuran buat ngerayain kemenangan tim basket sekolah." Ucap Moza.
Gino mengangguk. "Iya. Tapi kita masih belum nemuin tempat yang pas."
"Gue tau tempat yang pas. Ada panti asuhan yang gak jauh dari sini. Dan kebetulan gue kenal sama pengurusnya. Gimana? Lo setuju gak?" Usul Moza.
"Panti asuhan? Bukannya kita mau adain itu di...." Sanggah Nadine.
"Emangnya kenapa kalo di panti? Justru bagus dong. Kita bukan cuma seneng-seneng aja, tapi juga bisa berbagi." Sela Gala.
"Boleh juga usul lo. Tapi masih harus dirapatin dulu." Kata Gino.
"Atau gini aja, nanti pulang sekolah gue anterin lo kesana. Sekalian survey sama nyesuaiin tanggal." Usul Moza.
"Udah, setujuin aja. Penawaran gak akan datang dua kali." Hasut Gala.
Gino melirik Nadine sejenak, kemudian menjawab. "Ok, nanti pulang sekolah gue kesana sama Nadine."
"Ok."
"Gue balik dulu ya." Gino kemudian mengajak Nadine pergi.
Sementara Gala dan Moza sudah jinggrak-jinggrak persis orang gila karena saking girangnya. Setelah rentetan rencana konyol yang melelahkan batin, akhirnya mereka memiliki kesempatan lagi untuk dekat dengan 'pujaan hati' masing-masing.
"Encer juga ya otak lo." Gala mengacak puncak kepala Moza.
"Apa gue bilang, emang rencana lo aja yang gak beres." Ucap Moza sambil membenarkan rambutnya.
"Oh gitu. Sombong ya sekarang. Belum juga apa-apa udah gede kepala." Kesal Gala.
"Terserah apa kata lo. EGP, emang gue pikirin." Cewek itu mengibaskan rambut panjangnya, kemudian melangkah menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGGALA [Tamat]
Teen Fiction"Namanya Manggala Dewananta, biasa dipanggil Gala. Tapi jangan sekali-kali lo nambahin huruf 'k' di belakang namanya. karena meskipun dia itu pimpinan gengster sekolahan, dia gak bakal terima kalo dipanggil Gala(k). Dan dia adalah misi lo selanjutny...