"Aduh, pusing gue. Rasanya mau pecah nih kepala." Racau Moza tak karuan. Ia frustasi bukan main karena sudah hampir lima hari sejak misi tersebut diberikan, tapi ia sama sekali belum menemukan titik terang.
Mustahil menemukan titik terang. Masa bodoh dengan itu. Jangankan untuk 'pacaran' selama satu bulan, setiap detikpun tak pernah mereka lewatkan tanpa adanya pertengkaran.Plakk...
Moza meringis memegangi pundak kanannya.
"Woy, ngelantur mulu. Ntar dicap orgil baru nyaho lo." Ucap si tersangka pemukulan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Violet.
"Ah, lo. Gue kirain siapa." Balas Moza tidak semangat.
"Waduh, ada angin apa hari ini? Tumben-tumbenan temen gue yang gak pernah bisa diem ini mendadak kayak orang linglung kayak gini." Goda Violet.
"Pusing gue, Vi." Moza mengusap wajahnya frustasi.
Violet memandang cewek itu dengan seksama. "Lo bingung gimana caranya nyelesaiin tantangan lo?" Tebaknya.
Moza mengangguk,
"Mundur aja, Za. Jangan nyiksa diri lo sendiri." Pinta Violet untuk yang kesekian kali.
"Gak bisa, Vi. Gue butuh banget tiket itu. Lo kan tau sendiri."
"Kita bisa patungan beli tiket itu." Bantah Violet. "Lo gak perlu lakuin ini lagi."
"Gak, Vi. Gue gak pengen ngerepotin kalian." Ucap Moza, "Lagian, ayolah. Gue cuma tinggal pacaran sama cowok itu selama sebulan, bukan pergi perang apalagi pertaruhin nyawa ataupun harga diri gue. Gak usah lebay gitu."
"Pacaran, Za. Pacaran." Ucap Violet penuh penekanan. "Itupun sama cowok brandal yang gebetannya dimana-mana."
Moza terkekeh, "Pacaran cuma status, Vi. Lo tenang aja, gue gak akan baper."
Violet menghela napas pasrah. "Terserah kalo itu emang udah jadi pilihan lo. Trus sekarang lo mau ngapain? Waktunya cuma seminggu dan ini udah hari kelima, tinggal dua hari lagi."
"Nah, itu dia yang gue pikirin." Jawab Moza. "Gue juga bingung mau ngapain sekarang."
Violet menoleh acak, mencari inspirasi sekaligus memohon ilham turun ke kepalanya. Samar-samar ia melihat ada pemandangan unik tak lazim,
"Za," Panggil Violet.
"Hm?"
"Gue ada ide."
"Seriusan? Apa?"
Violet lalu menunjuk ke arah seorang cowok yang memperhatikan kebersamaan seorang cewek dengan cowok lain. "Itu rencana gue."
Moza mengangguk, seakan bisa membaca apa yang ada dalam pikiran Violet.
"Sekarang tunggu apa lagi? Cepetan kesana. Waktu lo gak banyak."
Moza mengangguk, kemudian tancap gas. Kali ini ia melesat melampaui kecepatan jet karena saking semangatnya.
Ehem, cewek itu berdehem. Membuyarkan tatapan sekaligus lamunannya pada sepasang 'sejoli' yang ada di depannya.
"Galau, Pak?"
Gala melirik tajam, "Berisik. Bisa diem gak?"
"Oh jadi itu cewek inceran lo selanjutnya. Siapa ya? Nadine kan namanya?" Goda Moza. "Tapi sayang ya, dianya udah punya doi. Lo yang sabar aja ya." Ucapnya penuh prihatin.
"Gue jahit lama-lama bibir lo." Ketusnya. "Pergi sono. Ganggu aja."
"Unch, atut." Jawab Moza dengan suara yang dibuat seunyu dan seimut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGGALA [Tamat]
Teen Fiction"Namanya Manggala Dewananta, biasa dipanggil Gala. Tapi jangan sekali-kali lo nambahin huruf 'k' di belakang namanya. karena meskipun dia itu pimpinan gengster sekolahan, dia gak bakal terima kalo dipanggil Gala(k). Dan dia adalah misi lo selanjutny...