[vingt-troisième]

653 163 21
                                    

[ ava speaking ]

Aku sedang mengetikkan balasan untuk adikku yang cerewet minta oleh-oleh. Hari ini, aku akan pulang ke Jakarta untuk libur semester, berhubung ujianku sudah selesai semua.

Tidak, Sim tidak akan pulang denganku. Dia masih ada ujian, kalau kata Tante Marian.

Selagi mengetik balasan, layar ponselku berganti. Nama Simothy muncul, menggantikan room chat-ku dengan Abel.

"Sim?"

"Va, kok lo nggak bilang-bilang kalau mau pulang?"

Aku sengaja tidak memberi tahu Sim soal ini, karena dia pasti memaksa untuk mengantarku ke bandara. Seingatku, besok dia masih ujian.

"Lo besok masih ujian kan? Belajar aja. Lagian nggak enak gue gangguin lo belajar."

"Lo selalu bisa gangguin gue, Va. Lo di mana sekarang?"

"Bandara. Bentar lagi boarding kayaknya."

Sim terdiam sejenak. Kami menjauh sedemikian rupa setelah kuliah--tugasku mulai banyak dan Sim juga pasti memberikan waktu lebih untuk Diana. Aku tidak mungkin mengganggunya.

Lagi pula, aku kan berniat melupakannya. Aku tidak akan berhasil kalau aku menghubunginya terus.

"Ava, kita menjauh."

"Wajar, Sim. Kita udah kuliah. Mulai berat. Nggak selamanya kita bisa deket terus."

"Gue kangen elo, Va. Di Jakarta besok, kita main, yuk."

Aku terdiam sejenak. Sim, kamu tahu kan, aku tidak mungkin menolakmu?

"Gue juga, Sim. Sampai ketemu di Jakarta."

Bagaimana aku bisa melupakan Sim kalau begini terus?

As The Sun Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang