[troisième]

2.1K 343 54
                                    

[ ava speaking ]

Sim, selain ikut ekstrakurikuler bahasa Perancis, juga ikut ekstrakurikuler jurnalistik. Cowok itu memang lebih jago bahasa. Aku masih bingung bedanya "di" dan "di-", jadi sering ditegur guru bahasa Indonesia baru kami yang galak.

Kembali ke Sim, dia mengurusi bagian cetak di ekskul jurnalistik bersama Mega, teman sekelasku, jadi kadang dia mampir. Setiap kali mampir, Sim bakal membawakanku permen cokelat 1000-dapet-tiga dari kantin, tapi dia cuma memberikan satu buatku. Yang dua lagi pasti diembat sendiri.

Sim melewati mejaku. "Hai, Va." Lalu dia meletakkan sebungkus permen itu.

"Lo ngapain sih bawain gue permen ginian mulu?" celetukku sambil membukanya.

"Sesajen buat penunggu kelas."

Mega tertawa terbahak-bahak, sementara aku menggerutu. Yah, aku memang jarang keluar. Aku hanya membeli makan, lalu kembali dan memakannya di dalam kelas. Kantin selalu ramai. Cokelat itu hancur dengan cepat di dalam mulutku.

"Lo sama Sim, ada apa?" tanya Nina, temanku yang paling akrab sekelas. "Kayaknya akrab banget."

"Nggak juga sih..." Aku menoleh ke arah Sim. Dia sedang berbicara pada Mega, mungkin tentang buletin sekolah terbaru. "Nggak seakrab itu. Gue juga bingung hubungan kami gimana."

"Lo naksir ya sama dia?"

Aku nyaris tersedak. "Ya kali."

"Keliatan kok, Va. Naksir kan?"

Aku tidak membalas dan lanjut makan. Sim selesai berbicara dengan Mega, lalu berjalan ke luar kelas. Tapi kali ini, dia menyerahkan dua cokelatnya yang lain. Aku menatapnya dengan kening berkerut. Sim keluar tanpa berbicara.

"Dia juga naksir elo?" tanya Nina tanpa bisa dicegah.

"Entah."

Aku mengangkat bahu, lalu mengambil dua permen cokelat itu dan mengantonginya. Aku tidak tahu apa maksud Sim, tapi aku menyukainya.

As The Sun Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang