11

121 8 0
                                    

Kalau emang lu belum move on bilang ke gue ya, gue bakal bantu lu move on karena gue gamau suka sendirian.

••

Nindy dan Abigail ternyata pergi ke toko buku. Entahlah buku genre apa yang mereka cari. Yang jelas mereka hanya putar putar saja di toko itu.

"Bi, lu mau beli buku apa sih sebenernya?" Tanya Nindy yang sudah malas mengelilingi toko ini.

Abigail mengangkat bahunya.

"Maksud lu apaan sih? lu dateng ke rumah gue pagi pagi, terus bilang mau lari terus pas gue udah pake setelan lari, malah lo ajak gue ke toko buku? Ga nyambung banget hidup lu!" Nindy sangat kesal sekarang, rasanya ia ingin memusnahkan Abigail saat ini juga dari permukaan bumi.

"Gue berubah pikiran, lari tuh cape" Ucap Abigail tanpa merasa bersalah nya.

"Lu!" Nindy ingin meluapkan emosi nya, namun ia tahan sekarang.

"Santai kali, gue nyari novel Tere Liye"

"Gue udah liat tadi rak kumpulan buku Tere Liye, terus kenapa lu ngelewatin aja? Dan kenapa lu ga bilang daritadi!?" Nindy masih saja emosi pada Abigail.

Abigail hanya terkekeh pelan. Menurutnya Nindy itu lucu.

"Lu malah ketawa lagi" Nindy menggembungkan pipinya yang membuatnya semakin terlihat lucu.

Abigail hanya tersenyum melihat tingkat Nindy yang menurutnya lucu itu.

"Nah loh, lu beneran stres" Nindy menjauh 2 langkah dari Abigail.

"Apaan sih?" Ujar Abigail ketus, masa iya dibilang stres gaterima lah.

"Lah Lo ko marah? Harusnya gue yang marah" ucap Nindy tak kalah ketusnya bedanya Nindy sembari berkacak pinggang.

"Ya suka suka gue dong" Abigail meniru gaya Nindy, berkacak pinggang.

Nindy berada pada puncak kekesalannya sekarang. Pertama Abi menggangu tidur cantiknya, ia datang pagi sekali ke rumah Nindy. Kedua saat ia mengenakan setelan lari karena Abi bilang akan mengajaknya lari pagi dan malah pergi ke toko buku. Ketiga di toko buku pun Abigail masih saja menyebalkan dengan hanya keliling keliling mengitari rak tanpa memutuskan membeli. Dan terakhir harusnya Nindy lah yang marah marah, tapi malah Abi yang marah. Sungguh ingin rasanya ia mencincang Abigail menjadi 123 bagian.

Membayangkan yang terakhir, Nindy malah tersenyum tipis.

"Nah loh, lu sekarang yang stres" ucap Abigail yang heran melihat Nindy yang tersenyum tak beralasan itu.

"Gue lagi bayangin" ucap Nindy dengan senyuman.

"Bayangin yg jorok ya?" Tanya Ed pada Nindy.

"Sialan" ucap Nindy sambil menendang tulang kering Edo.

"Sakit anjir" Edo protes sembari menahan sakit di kakinya.

"Gue bayangin lu dicincang 123 bagian" Nindy masih tersenyum,
Sedangkan Edo tercengang.

"Psycho lu"

"Suka suka gue" Nindy pun pergi memutuskan mencari novel novel yang menarik untuk dibaca saat dia gabut.

Sekarang Abigail dan Nindy sedang berada di kasir, membayar buku pilihan mereka.

Nindy memutuskan membeli novel Usaha Melupakan milik Boycandra. Sementara Abigail memilih novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye.

"Lu galau?" Tanya Abigail tiba tiba karena melihat judul novel yang di pilih Nindy.

Mereka sedang mengantri, tidak biasanya antrian toko buku sepanjang ini. Walaupun tak sepanjang antri sembako.

Nindy hanya terdiam pura-pura tak mendengar, malas menanggapi. Kalau kalian lupa, ia masih kesal pada Abigail.

Abigail pun hanya mengangkat bahunya, dan tidak bertanya apapun lagi pada Nindy.

Mereka telah berada di depan rumah Nindy.

Nindy melepas sabuk pengaman yang ia kenakan. Nindy sudah bersiap untuk meninggalkan mobil Abigail.

"Nin" ucap Abigail sebelum Nindy keluar dari mobilnya.

Nindy mengangkat alisnya 'apa?'.

"Kalau emang lu belum move on bilang ke gue ya, gue bakal bantu lu move on karena gue gamau suka sendirian" tutur Abigail tulus dengan senyuman manisnya.

Nindy pun tidak merespon perkataan Abigail tadi, dan memutuskan keluar dari mobil Abigail, dan memasuki rumahnya.

IlysmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang