17

98 6 0
                                    

You only know you love her when you let her go.


"Cape Do" Keluh Nindy pada Edo yang sedang sibuk membenarkan tali sepatunya.

"Katanya mau kurus?" Tanya Edo dengan senyumannya.

"Ya tapi jangan lari 10 keliling juga" Sewot Nindy tak terima.

Edo hanya tersenyum. Menurutnya Nindy itu lucu, menggemaskan.

"Yaudah, makannya jangan kurus"

"Tapi Do, gue gendutan. Masa waktu kemaren gue cek naik 2 kilo"

"Lu ga gendut, mau gendut juga gue tetep sayang sama lu" ucap Edo sembari tersenyum manis.

Sementara Nindy terdiam, blushing.
Edo jongkok membelakangi Nindy.

Nindy kebingungan. Terkadang kalau sedang malu gini, otak Nindy benar benar tak berjalan dengan baik, lemot mendadak.

"Naik" perintah Edo.

Nindy masih saja mematung.
Edo gemas sendiri.
Edo berdiri lagi, menghadap Nindy yang tiba tiba membisu itu.

"Capek?" Tanya Edo pada Nindy.

Nindy mengangguk.
Edo kembali jongkok membelakangi Nindy.

"Cepetan, gue gamau lu pingsan. Repot" Ucap Edo yang berujung mendapat jitakan dari Nindy.

"Nyebelin"

Edo cengengesan.

"Cepet"

"Iya-iya bawel"

Edo berjalan, dengan Nindy di gendongannya. Terkadang Edo masih tak percaya penantiannya membuahkan hasil yang manis.

Mengingat itu, Edo tersenyum lebar. Ia tak akan menyia nyiakan Nindy.

Sepanjang perjalanan pun, Edo tersenyum. Mendengar celotehan Nindy yang tak penting. Yang terpenting dia bahagia.

"Do gue malu" Ujar Nindy yang masih di gendongan Edo.

"Kenapa?" Tanya Edo

"Diliatin, berasa artis gue"

Edo tersenyum, entahlah Edo senang sekali tersenyum saat bersama Nindy. menurut Edo, Nindy adalah sumber kebahagiaannya. Dan Nindy adalah alasan dia tersenyum semanis itu.

Abi yang saat itu sedang berjalan jalan mengelilingi komplek, terdiam.

Tadinya, ia harap bisa melupakan masalahnya sejenak.

Masalah dengan sahabatnya, Edo. Masalah dengan kekasihnya, Nindy. Abi tertawa garing, bahkan ia masih saja mengganggap Nindy kekasihnya.

Abi pun memutuskan kembali ke rumahnya, dengan rasa yang tak bisa dijelaskan.

Sementara dilain tempat.
Seseorang sedang berbicara melalui sambungan telepon.

"Gue suka dia, gue harus gimana?"

"Gue udah pernah bilang, jangan suka dia"

"Ini masalah hati, gue udah coba tapi gabisa"

"Lu mau ngerusak persahabatan lu?"

"Engga, tapi apa salah gue suka?"

"Salah, harusnya lu hilangin rasa lu"

"Gabisa, gue dah mendem lama"

"Lu harus liat ke arah lain, jangan fokus meraih yang ga bisa lu raih"

"Gue sayang dia"

"Jadi mau lu apa?"

"Gue pengen mereka ga bersama"

"Lu jadi orang jahat kalau gitu"

"Gue tau"

"Jadi rencana lu apa?"

"Rencana gue...."

"Oke, gue bantu"

Orang itu, menatap lurus ke depan. Semoga saja rencana nya kali ini berhasil.

"Makasih" ucap Edo pada Nindy.

Mereka telah sampai di rumah Nindy.

"Gue yang harusnya makasih, lu dah gendong gue. Pasti berat" Nindy cengengesan.

"Gue mau jujur" ujar Edo serius.

"Apaan?" Tanya Nindy tak kalah seriusnya.

"Lu berat pake banget! Gue kayanya bakal pegel linu nih. Atau parahnya badan gue remuk" Edo tertawa setelah mengucapkan kalimat itu.

Nindy kesal setengah mati.
Nindy menjewer telinga Edo dengan keras membuat yang punya telinga berteriak.

"Awwww"

Setelah puas menyiksa Edo, Nindy tertawa.

"Syukurin"

Edo malah tersenyum. Ia ingin hanya dialah alasan Nindy tersenyum di setiap harinya.


HALLO!

Setelah lama tidak up:v
Hari ini aku up, walaupun pendek.

Mianne. Gomenne. Sumimasen. Semua kata yang bermakna "maaf" kuucapkan:'v

Hayoloo, bisa tebak ga yang telponan siapa?.

IlysmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang