chapter 13

822 92 5
                                        

Entah ada angin apa Sehun mengajak Jihyo ke cafe. Pria itu mengajarkan materi yang ia berikan tadi, bahkan pria itu menjelaskan secara perlahan. Jihyo benar-benar tidak berharap Sehun ajarkan, karena gadis itu akan mempelajarinya sendiri. Jihyo tidak suka mendengarkan penjelasan yang panjang, itu akan membuatnya mengantuk.

"Kita pulang saja ini sudah malam," ucap Jihyo menatap keluar. Di sana sudah sangat gelap, sebenarnya Jihyo tidak takut dimarahin karena pulang malam. Karena nyatanya dirumahnya hanya ada Chanyeol. "Kau benar ayo kita pulang," ucap Sehun bersiap.

Jihyo menghela nafas lega karena akhirnya dia bisa pulang. Karena entah kenapa dia tidak mau berlama-lama dengan Sehun, rasanya seperti jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Gila jika gadis itu jatuh cinta, karena nyatanya gadis itu tidak pernah menemukan seseorang yang bertahan dengan satu cinta.

"Jihyo-ya" gadis itu menoleh menatap Sehun. Pria itu bingung bagaimana harus memulai, atau lebih tepatnya dia belum siap. Jihyo masih setia menunggu Sehun mengatakan sesuatu. "Hm, Bagaimana dengan kencan kita?" Tanya Sehun.

Jihyo hanya diam dengan mata membulat sempurna, gadis itu terkejut. Ini bukanlah yang Jihyo harapkan. Dia bahkan berharap Sehun lupa dengan hal itu.

"Apa kau pikir waktu itu aku bersungguh-sungguh?" Tanya Jihyo dengan tawa anehnya. Sehun hanya menatap gadis itu tidak mengerti. Jihyo menghela nafas panjang lalu mulai memikirkan apa kata-kata yang akan dia ucapkan. "Aku bahkan saat itu sedang mabuk. Maksudku aku tidak sadar mengatakannya," ucap Jihyo menatap Sehun.

Gadis itu jadi canggung suasana diantara mereka mulai terasa aneh, karena Sehun terus diam tidak merespon. Jihyo jadi merasa tidak enak, dia takut Sehun akan marah padanya.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku mengajakmu berkencan?" Jihyo menganga kaget dengan ucapan Sehun.

Apa pria itu bercanda? Bagaimana jika Jihyo menyukainya? Gadis itu bahkan tidak mempercayai cinta, bukankah cinta adalah hal yang dapat menghancurkan manusia. Dan Jihyo sangat takut dengan yang namanya cinta.

"Bagaimana jika aku menolaknya?" Tanya Jihyo menatap Sehun. Pria itu berfikir lalu menatap iris mata Jihyo, mencari titik lemah gadis itu. "Jangan menolaknya" tegas Sehun.

"Sehun-ie, jangan membuatku semakin jatuh padamu," lirih Jihyo bangkit dari duduknya. Gadis itu meninggal Sehun yang masih mencoba memahami kata-kata Jihyo.

※※※

Jihyo masuk ke dalam bar, gadis itu duduk dan memesan beberapa minuman. Somi terus saja tidak bisa ia temui, padahal Jihyo sudah sangat merindukan sahabatnya itu.

"Kenapa semakin hari tempat ini semakin kotor? Benar-benar memalukan," cibir Jihyo ketika mendapat seseorang dengan tidak tahu malunya berbuat mesum. Gadis itu menuangkan wine nya, terus menatap orang tadi.

"Kau tidak pulang?" Suara itu sontak membuat Jihyo membulatkan matanya. Mati sudah gadis itu ketahuan berbohong. "Kau berbohong padaku? Dasar gadis nakal," Sehun menyentil dahi gadis itu. Jihyo hanya meringis kesakitan.

"Kau mengikuti ku? Dasar dosen gila," cibir Jihyo. Sehun hanya diam menatap beberapa botol yang sudah Jihyo habiskan.

Jihyo menuangkan minuman kedalam gelasnya. Tapi lagi-lagi Sehun merusak kegiatannya, jujur saja Jihyo geram dengan Sehun. Sudah mengikutinya lalu mengacaukan kesenangannya, pria itu memang kolot.

"Kau bisa mabuk jika terlalu banyak minum," Sehun menatap Jihyo tidak suka. Ayolah minum-minum itu tidak baik untuk kesehatan. Bagaimana jika gadisnya sakit. "Kau sudah gila? Kembalikan gelas ku," geram Jihyo.

"Ayo kita pulang," Jihyo menatap malas Sehun. Memangnya pria itu siapa seenaknya memerintah dirinya. Sudah mengambil gelasnya sekarang pria itu mengajaknya pulang, apa pria itu tidak lihat Jihyo sedang bersenang-senang. "Kau saja yang pulang aku ingin disini."

"Cepat berdiri atau aku akan menyeret mu keluar dari sini," ancam Sehun. Pria itu tidak main-main dengan ucapannya. Tapi Jihyo gadis itu tetap diam tidak mau pergi dari tempatnya, lagipula untuk apa menuruti perintah Sehun. "Kau menantang ku, nona?" Tanya Sehun.

Jihyo hanya menggeleng cepat, lalu bangkit dari duduknya saat Sehun hendak menyeretnya.

"Aku bisa jalan sendiri tuan menyebalkan," geram Jihyo berjalan mendahului Sehun. Pria itu hanya menggeleng kecil lalu mengikuti langkah Jihyo.

※※※

"Kenapa kau tidak mau pulang?" Tanya Sehun menatap Jihyo yang sibuk mengangumi sungai Han. Jihyo menatap Sehun, pandangan mereka bertemu. Buru-buru gadis itu mengalihkan pandangannya.

"Entahlah, seperti rasa itu datang lagi," ucap Jihyo tersenyum tipis. Sehun mengerutkan keningnya. Lalu duduk di samping Jihyo. "Rasa apa?" Tanya Sehun dengan penuh rasa penasaran.

"Rasa rindu kepada ibuku," lirih Jihyo membuat Sehun terdiam sejenak, pria itu tahu pasti gadis disampingnya sedang sedih. Jadi apa yang bisa Sehun lakukan untuk menghibur, entahlah dia belum pernah menghibur seseorang. "Apa kau sering merindukannya?" Kikuk Sehun membuat Jihyo menoleh kearahnya dengan tatapan aneh.

"Maksudku, apa kau sangat merindukannya?" Sehun mengalihkan pandangannya ke sungai. Jihyo mengikuti arah tatapan Sehun, gadis itu tidak tahu cara menjawab pertanyaan Sehun. "Sebenarnya sejak kejadian itu aku mengalami trauma," ucap Jihyo menatap jemari tangannya.

"Lalu appa dan oppa mereka sepakat menghapus ingatanku. Mereka berniat memberikan kehidupan yang baru untuk," ucap Jihyo menjeda perkataan. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

"Aku terlalu lama hidup dalam kepalsuan. Tidak ada yang lebih menyedihkan dari itu. Aku merasa seperti seorang pecundang besar, karena terus hidup dalam ketidak tahuan,"  lanjut Jihyo. Gadis itu menceritakan seolah itu bukan hal sulit untuknya, tapi nyatanya itu sangatlah sulit.

"Kau tumbuh dengan baik ya," guma Sehun dengan senyumnya.

"Apa kau pikir seperti itu?" Tanya Jihyo. Sehun hanya mengangguk tanpa memberikan alasannya. Padahal gadis itu ingin mendengar alasan Sehun. "Jangan bilang kau ingin tahu alasanku?" Tebak Sehun.

Jihyo terdiam kenapa Sehun kelewat sangat peka. Itu benar-benar membuat Jihyo harus berhati-hati jika didekat Sehun.

"Apa aku benar? Kenapa diam saja?" Goda Sehun. Jihyo hanya menatap Sehun sambil terdiam. "Ah, sudah malam," pekik Jihyo.

"Berusaha mengalihkan pertanyaan ku?" Tanya Sehun dengan sebelah alisnya terangkat. Jihyo benar-benar tidak mengerti, apa Sehun diciptakan untuk membuatnya geram. "Bisakah kau mengganti wajahmu tuan?" Pinta Jihyo.

"Memang kenapa? Bukankah aku tampan? Atau masih kurang tampan?" Goda Sehun. Pria itu benar-benar menguji kesabaran Jihyo, sayang Jihyo yang sekarang bukanlah dirinya yang dulu. "Kau tampan tapi wajahmu sangat menyebalkan, tuan," kesal Jihyo

"Hei, tunggu apa tadi kau bilang tampan?" Sehun benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Apa pendengaran Sehun mulai memburuk sehingga dia salah dengar. Tapi dia yakin Jihyo mengatakan itu. "Mungkin kuping anda bermasalah," ucap Jihyo bangkit dari duduknya. Berjalan meninggalkan Sehun.

Pria itu langsung mengejar Jihyo, menyamakan langkahnya dengan gadis itu. "Aku yakin kau mengatakan itu. Masih ingin mengelak?" Ucap Sehun menggenggam tangan Jihyo.

Walaupun Jihyo mengelak tapi Sehun yakin gadis itu mengatakannya, gadis itu terlalu angkuh untuk mengakui ucapannya. Dan Sehun mengetahui itu.


TBC

My Sweet Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang