BAB 3 - Cinta dan Benci

618 39 3
                                    

Anyeong yeorobun !!!

Gimana puasanya hari ini? lancar? aman kan?

Coba absen dulu yuk kalian dari mana aja?


SELAMAT MEMBACA

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu hanyalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

©Story "Dandelion" @sehrishel
.
.
.

Di rumah mewah berlantai dua, seorang pria paruh baya baru saja usai menerima telepon dari seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah mewah berlantai dua, seorang pria paruh baya baru saja usai menerima telepon dari seseorang. Mahadev Wijaya pengusaha sukses yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Hotel yang ia kelola saat ini mengalami peningkatan pemasukan dan semakin terkenal sebab beberapa waktu lalu seorang artis Internasional menginap di sana. Hingga membuat promosi hotel tersebut semakin meluas. Peminat pun melonjak tinggi, tentu keuntungan yang ia dapatkan pun semakin banyak.

"Siapa yang nelpon Pah?" tanya sang istri, Karina

"Orang suruhan Papah Mah" jawabnya

"Pah, apa semua ini nggak keterlaluan ?"

"Lebih keterlaluan mana Mah, anak itu atau Papa? sampai hati dia bunuh anak kita? salah apa Kenan sama dia Mah?" mata pria paruh baya itu berkaca-kaca.

"T-tapi dia-"

"Mamah nggak perlu khawatir, biar semua ini jadi urusan Papa. Papa juga sebenarnya nggak sampai hati Mah sama anak itu, tapi anak kita juga butuh keadilan. Lima tahun nggak sebanding dengan rasa sakit hati Papa dan kematian anak kita" mendegar sang suami yang begitu kekeh dengan tujuannya, sang istri hanya bisa menarik napas panjang.

Di satu sisi ia kasihan pada anak itu, tapi di sisi lain ia juga belum bisa menerima kepergian anak semata wayangnya.

***

"Iiiii Ica Aban na ilan, nda pulan-pulan" teriak bocah kecil sepantaran Rumaisya bernama Tomi

"Tata Ibu Aban agi belajal, anti pulan tok" jawab Rumaisya dengan polosnya

"Eman belajal na dimana? maca nda pulan pulan, aban na Lili aja pulan"

"Ica nda tau, api tata Ibu auh belajal na" jawabnya lagi

"Api tata Mama, Lili nda oleh main cama Ica, coalna Aban Ica jaat"

"Aban Ica bait tok"

"Iiiii cana auh-auh, janan main cama tita"

"Iiiiii cana cana tita nda au main cama tamu" didorongnya Rumaisya hingga terjatuh, tak berapa lama tangis gadis kecil itu pun pecah, Rumaisya menagis kejar hingga sesenggukan sambil berlari menuju rumah menemui sang Ibu.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang