BAB 4 - Hati yang Temaram

502 29 0
                                    

Anyeong yeorobun !!!

Senang bisa menyapa kalian lagi hari ini.

Absen dulu yuk kalian dari kota mana aja nih?

SELAMAT MEMBACA

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu hanyalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

©Story "Dandelion" @sehrishel
.
.
.

Di sebuah rumah berlantai dua yang cukup besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah berlantai dua yang cukup besar. Seorang gadis dengan pakaian yang berantakan, rambut tergerai tak beraturan, kepalanya terasa pusing, seakan ingin pecah. Ia menangis terisak-isak, ingatan-ingatan masa lalu kembali muncul di kepalanya.

"Hiks-hiks, sakit. Hiks Aakkhhh kenapa semuanya harus terjadi?" isaknya sembari memegang kepalanya yang begutu terasa sakit.

"Sakit hiks-hiks Bunda sakit" Ia terduduk di lantai, bersandar pada ujung kasur sambil menelungkupkan kepala. Bahunya bergetar hebat.

"Bunda, aku butuh Bunda hiks-hiks" diraihnya silet dari atas kasur yang selama ini ia gunakan untuk melukai dirinya sendiri.

Delisha mencoba melukai pergelangan tangannya seperti biasa "Hiks-hiks aku harus bagaimana? aku harus hidup seperti apa tanpa kalian hiks-hiks? aku lihat, aku melihat semuanya, Bunda hiks-hiks" ucapnya sambil mengiris pergelangan tangan kirinya.

Tak lama, dering telpon mengalihkan perhatian Delisha, dengan darah yang masih bercucuran di tangan, Delisha meraih handphonenya, ternyata yang menelpon adalah sang Ayah.

"Ayah" gumamnya. Segera ia usap air mata di pipi dan pelupuk mata, lalu menarik napas menetralkan deru napasnya. Beberapa kali ia coba lakukan hal yang sama.

"Hallo Ayah" ia mencoba menetralkan suaranya

"Hallo nak, kamu sudah di rumah?"

"Delisha sudah di rumah Ayah, Ayah tenang aja"

"Syukurlah, Ayah khawatir nak. Alvian mana nak?"

"Udah pulang Yah" jawab Delisha

"Oh baiklah, Ayah hanya khawatir, soalnya ini udah mau gelap"

"Hehe Ayah terlalu berlebihan, Delisha baik-baik aja dan sampai dengan selamat. Ayah pulang jam berapa?"

"Ehm sepertinya Ayah masih harus di kantor nak, Ayah harus segera urus kasus tadi sore"

"Tapi Ayah sudah makan kan? jangan sampai Ayah lupa makan Yah"

"Ehm itu tadi A-Ayah lupa hehe"

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang