BAB 9 - Bertemu

433 29 0
                                    

Anyeong yeorobun !!!

Apa kabarnya hari ini? semoga kalian tetap sehat dan baik-baik saja ya

Mungkin kalian kaget lihat notif judul cerita ini berubah. Iya, kalian benar aku memang merubahnya menjadi Dandelion. Ada alasan tertentu kenapa aku merubah judul cerita ini, di pertengahan alur cerita kalian akan mengerti kenapa cerita ini kuberi nama Dandelion. Semuanya akan terungkap nanti. Semoga kalian bisa mengerti.


Votenya jangan lupa ya, pencet dulu gih bintangnya. Terus lanjut baca lagi.

Terima kasih yang udah ngevote dan comment 🤍

SELAMAT MEMBACA

"Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu hanyalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

©Story "Dandelion" by sehrishel
.
.
.

©Story "Dandelion" by sehrishel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aban..?" panggil seorang gadis kecil yang setia dengan rambut kuncir kudanya, kaki kecilnya berjuntai dari atas kursi samping brangkar.

"Tok belum banun? anan tidul telus. Taya Ayah aja tidul telus" ucapnya lagi, matanya tak beralih pandang ke arah wajah sang kakak yang masih terlihat pucat.

"Di cini udah ada Ica nih cama Ibu" gadis kecil itu terus berbicara sendiri, padahal tak ada sahutan dari lawan bicaranya. Sementara di sampingnya ada sang Ibu yang terus terdiam, tatapan sayu ia arahkan pada anak sulungnya, Arkan.

"Tanan Aban tok dinin? ail matana tok telual telual ya?" ujar Rumaisya

"Aban angis?" tanyanya lagi seraya menghapus air mata yang keluar dari mata tertutup Arkan pelan, lalu ia kecup pipi dan mata sang kakak.

"Ibu, aban angis" tunjuknya pada Arkan melapor pada sang Ibu yang masih setia berdiri di sampingnya. Wajah Hayya berkaca-kaca, ia hanya diam sembari menatap Arkan yang terbaring lemah di brangkar. Ia usap puncak kepala Rumaisya dan kepala Arkan. Dua orang kesayangannya, hidup matinya. Mereka berdua harta berharga bagi Hayya.

"Itu artinya Abang dengar adek bicara, coba nak ajak abang bicara lagi siapa tahu abang bisa bangun. Ibu ikuti dengan do'a dalam hati ya" Hayya pikir mungkin Arkan akan merespon jika terus diajak bicara. Ia yakin anaknya mendengar apa yang mereka ucapkan. Dalam hatinya ia terus berdo'a semoga anaknya cepat sadar dan diberi kesembuhan.

"Aban ayo angun, tita balu tetemu lagi lho, Ica tan tanen Aban. Ibu uga, iya tan Ibu?" Rumaisya terus mengajak Arkan berbicara, selain karena gadis kecil itu merindukannya, mungkin saja dengan mengajaknya berbicara abangnya akan bangun dari tidurnya pikir Rumaisya.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang