BAB 14 - Taruhan

218 21 1
                                    

HAAIIII AKU KEMBALIII !!!

YANG VOTE CERITA INI AKU DOAIN YANG MASIH SMA SEMOGA SEKOLAHNYA LANCAR, TUGAS SEKOLAH BISA DISELESAIKAN DENGAN MUDAH. YANG SEDANG BERKULIAH SEMOGA KULIAHNYA LANCAR JUGA, YANG SEDANG BIMIBINGAN SKRIPSI SEMOGA DOSEN PEMBIMBINGNYA CEPAT ACC

Hari ini aku update untuk mengobati rindu kalian pada Arkan, Delisha, Alvian, Devina dan si kecil Rumaisya.

Follow instagram aku @nannisafmj dan @sehrishel supaya kalian nggak ketinggalan update-an cerita Dandelion

Follow juga tik-tok aku @wp sehrishel

Semoga hari kalian menyenangkan

Ini aku nggak revisi, tandain typo yaaaa.

WARNING !!!

Terdapat kata-kata kasar di part ini, aku mohon bijak dalam membaca. Jangan diikuti yang buruknya.

SELAMAT MEMBACA

"Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu hanyalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

©Story "Dandelion" by sehrishel
.
.
.

Luka lebam kini kembali menghiasi wajah Arkan, seperti biasa setiap kali Arkan terluka Sam-lah orang yang selalu mengobati lukanya, seperti saat ini Sam sedang mengompres luka memar di pelipis dan sudut bibir Arkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka lebam kini kembali menghiasi wajah Arkan, seperti biasa setiap kali Arkan terluka Sam-lah orang yang selalu mengobati lukanya, seperti saat ini Sam sedang mengompres luka memar di pelipis dan sudut bibir Arkan. Tubuh laki-laki berusia 19 tahun itu remuk, ia dihajar habis-habisan oleh orang-orang suruhan Mahadev. Bahkan Arkan sampai muntah darah, sepertinya organ dalamnya bermasalah.

Pernah saat itu Arkan disenturm paksa dengan kaki dan tangan terikat, ia dipaksa mengaku perihal kasus pembunuhan itu. Padahal jika dipikir, apalagi yang orang-orang itu inginkan? Arkan bahkan sudah divonis hukuman penjara 5 tahun di usianya yang masih 19 tahun. Usia yang harusnya ia sedang berusaha menggapai cita-citanya, namun terhalang karena kasus ini.

Sementara di ujung sana, di sisi kiri lapas yang tampak sepi, terlihat salah seorang sipir penjara sedang melakukan panggilan telepon dengan seseorang "Rekamannya sudah saya kirim Bos. Kita bisa gunakan ini untuk membongkar kebusukan dia"

"Tahan dulu, belum saatnya. Kamu tetap harus terus memantau mereka, jangan sampai lengah."

"Tapi Bos, bagaimana dengan anak itu? Apa tidak terlalu berbahaya untuk dia?"

"Saya tidak peduli dengan anak itu. Tugasmu hanya mengawasi, dan buat anak itu jangan sampai buka mulut"

"Baik Bos"

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang