23

43 13 2
                                    

"Terima kasih." kata Mingyu saat kami masih menunggu bus di halte.

"Tapi aku bahkan tidak membantumu apa-apa."

"Ada di sisiku saja kau sudah cukup." Ia memamerkan senyum manisnya.

Entah bagaimana wajahku sekarang namun hatiku benar-benar ingin meledak. Suasana canggung mulai terasa. Mingyu sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Aku penasaran dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya sebenarnya apa yang terjadi.

"Mingyu kau tidak apa-apa?"

Ia menggeleng dan tersenyum tipis.

"Tidak apa-apa. Ceritakanlah padaku." tambahku.

"Apa yang kau lakukan jika seseorang terus mengejarmu dan kau ingin menjauh darinya, tapi kau tidak ingin menyakitinya?"

Tanpa kau beritahu aku tahu seseorang itu pasti Min-ah.

"Tapi kenapa kau menjauhinya?"

Mingyu tidak menjawab. Ia menundukkan kepalanya. Aku sedih melihatnya kebingungan seperti ini. Aku mengusap bahunya.

"Mungkin kau tidak tahu jawabannya sekarang. Tapi nanti pasti kau akan menemukan jawabannya. Kita hanya perlu menunggu." Aku berusaha menenangkannya.

Ia menoleh padaku dan menatapku dalam.

"Kau...." Ia masih menatapku. Aku tidak mengerti apa maksudnya.

"Aku?" Aku mengulang perkataannya sambil menunjuk wajahku.

"Mungkin kau adalah jawabanku."

Aku mengedipkan mataku beberapa kali memastikan Mingyu yang benar-benar berbicara di depanku. Tidak ada suara selain air hujan yang jatuh ke jalan.

"Ah itu bus nya sudah dekat." katanya tiba-tiba.

Tidak ada percakapan selama di bus. Bahkan sampai ia turun dari bus kami hanya saling mengatakan selamat tinggal.

° ° °

Hampir setiap hari Min-ah datang ke sekolah dan Mingyu selalu keluar sekolah bersamaku. Semakin lama aku jadi semakin kasihan padanya. Kali ini aku berniat untuk bertemu Min-ah tanpa Mingyu. Namun sosok perempuan yang selalu menunggu di gerbang itu kali ini tidak ada, mungkin karena saat ini sedang hujan besar atau ia sudah lelah? Aku tidak tahu.

Kulihat beberapa orang berlarian ke depan sekolah. Aku penasaran dan mengikuti mereka. Bahkan ada suara sirine ambulance yang semakin nyaring. Aku mulai khawatir. Aku segera berlari tanpa peduli bajuku basah akibat air hujan.

Sebuah mobil menabrak trotoar. Para korban sepertinya sudah dibawa pergi oleh ambulance. Hanya terlihat beberapa polisi yang sedang memeriksa tempat kejadian dan beberapa orang yang menyaksikan.

"Ada apa pak?" tanyaku pada satpam sekolahku yang ada di sebelahku.

"Mobil itu menabrak seseorang sepertinya karena kondisi jalan yang licin dan ia juga melaju dengan cepat."

"Seseorang? Ia hanya sendiri?"

"Iya. Ia juga sepertinya bukan murid sekolah ini karena seragamnya berbeda."

Apa? Apa jangan-jangan...

"Tapi sepertinya saya pernah melihatnya beberapa kali." tambahnya.

Aku semakin panik. Aku semakin yakin orang yang tertabrak itu Min-ah. Aku berlari menuju kantin untuk bertemu Mingyu yang kutinggalkan tadi sebentar.

"MINGYU!"

"Apa?" Ia melihat kearahku dengan wajah yang cukup terkejut.

"Ayo kita pergi sekarang!"

"T-t-t-tapi ada apa? Dan kenapa wajahmu--"

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang