6

68 15 0
                                    

Kali ini aku sarapan tidak sendiri. Ada Joshua dan Ibu. Sekarang toko ibu sudah memiliki banyak karyawan, jadi ibu akan datang ke toko sesekali. Oh iya, ayah ada urusan keluar kota. Ayah pergi kemarin malam.

° ° °
Aku sampai di sekolah. Entah kenapa mood ku bagus hari ini. Bus yang datang cepat, pelajaran Bahasa Inggris, ditambah kedatangan Joshua.

"Selamat pagi Se Yeon." sapaku.

"Hey kenapa kau? Tidak seperti biasanya." tanya Se Yeon.

"Entah." Aku menyimpan tasku dan duduk manis.

"Oh aku tau kemarin kau pulang bersama Mingyu lagi kan?"

Eh iya juga.

"Nah kan sudah tertebak." katanya sambil memamerkan senyum bangga.

"Tapi bukan itu."

"Oooh kemarin kau bertemu Wonwoo?"

"Hei!" Aku memukul meja tapi tidak terlalu keras.

"Aaaa aku mengerti."

"Mengerti apa?"

"Bukan apa-apa. Anak kecil tidak perlu tahu."

Anak kecil. Ah aku jadi ingat Jin Hee.

"Hei kenapa? Bibirmu berubah 180°." kata Se Yeon.

"Ah bukan apa-apa. Aku hanya ingat Jin Hee."

"Oh maaf aku tidak bermaksud."

"Hmm."

° ° °

Sejak tadi pagi sampai pulang sekolah ini berjalan dengan baik. Walaupun hari ini aku belum bertemu Mingyu. Terasa aneh kalau hari ini tidak ada masalah. Terlalu sempurna.

Aku berjalan menuju gerbang, tapi tanganku ditarik oleh seseorang. Ia memaksaku masuk ke suatu kelas.

"Hei! Apa yang kau lakukan!" teriakku mulai panik.

Benar saja, hari ini terlalu sempurna jika tidak ada masalah. Selalu ada firasat buruk.

"Diam, kami hanya ingin bicara."

Aku tidak terlalu melihat jelas siapa yang menarikku tadi sebelum ia melangkah lebih dekat kearahku.

Ini? Oh ini! Iya! Dia orang yang pernah memerhatikanku di toilet. Tapi sepertinya aku pernah melihatnya di tempat lain. Aaaah! Dia juga ada saat Jin Hee menabrakku.

"Kau siapanya Mingyu?" tanyanya dengan nada tegas.

"Hanya teman." jawabku berusaha tenang.

"Teman? Teman apa hah! Setiap hari kalian pulang bersama, bahkan kau juga mengajaknya pergi ke rumahmu kan!"

Heol! Bagaimana ia tahu.

"Sudah jangan berpura-pura bodoh!" katanya sambil mendorong tubuhku yang mulai terpojok.

"Sekali lagi. Aku dan Mingyu hanya teman. Rumah kami memang searah. Dan satu lagi aku tidak mengajaknya pergi ke rumahku, ia yang mau kerumahku"

"Halaaah mengada-ngada! Jangan karena kau di dekati Mingyu kau bisa berlagak sok cantik!"

"Sok cantik apa maksudmu!" aku mulai kesal. Aku mulai meninggikan suaraku.

"Wah berani juga ya kau!" Ia memukul pipiku. Aku memegang tulang pipiku yang sepertinya sedikit teriris oleh cincin yang dipakainya.

Kedua temannya kaget. Mereka langsung menahan tangan orang yang memukulku.

"Hei jangan sampai melukainya!" kata salah satu temannya.

Lean On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang