28. Mario Dan Icha?

630 12 0
                                    

Natasha Lestari

"Jangan lupa dateng ke sekolah, kita ada rapat sama latihan TDK loh."

Setelah membaca pesan itu L langsung mengarahkan mobilnya ke arah sekolah, jujur L lupa dengan rapat dan latihan TDK untuk menyambut siswa dan siswi tahun ajaran baru.

Ia memalkirkan mobilnya di palkiran sekolah, terlihat hanya ada beberapa mobil dan sepeda motor, mungkin karena hanya anggota OSIS saja yang datang. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lobi sekolah, meja resepsionis yang biasanya ada yang menjaga kali ini kosong, astaga L kau harus ingat bahwa sekarang masih masa liburan akhir semester!

"Bro! " Sapa Mario yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah, ia membawa almamaternya.

" Eh lo, kenapa? Gak ada masalah kan? " Tanya L yang melihat raut wajah Mario yang berbeda dari biasanya terlihat lebih pucat.

" Nothing, im okay. " Katanya. " Yuk, ke ruangan OSIS udah banyak yang udah dateng juga. " Lanjutnya.

L dan Mario berjalan ke arah lift sekolah, dan menekan tombol 4 di mana ruangan OSIS berada.

" Denger denger ketua OSIS gue lagi deket sama sahabat pacar gue. " Kata L yang memecah keheningan di anatara mereka, Mario melemparkan tatapan tajam ke L.

" Selaw bro. "Kata L ia menepuk - nepuk pundak Mario yang menengang setelah mendengar perkataan L." Gue dukung lo sama dia, lo berhak bahagia bro. " lanjut L.

Setelah rapat dan latihan TDK, L berjalan ke arah palkiran sekolah dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

Sore menjelang malam ini L memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, rasanya tubuhnya sangat lelah mungkin dengan berendam air hangat akan sedikit menguranginya.

Ia keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang jauh lebih segar, ia mengusap usapkan rambutnya yang masih basah dengan handuk, perutnya terasa lapar lalu ia memutuskan untuk turun dan makan malam.

Seperti biasa ia makan malam selalu sendirian, meja makan besar ini terasa begitu kosong, tidak seperti dulu, namun saat ia akan melanjutkan makannya seseorang menghampiri meja makan dan bergabung bersamanya. Nafsu makanmya hilang begitu saja, ia meletakkan sendok dan garpunya di atas meja dan langsung meninggalkan ruangan makan.

Tuan Natawijaya hanya memperhatikan gerak gerik anak kandung nya, ia memilih untuk diam daripada perdebatan antara dia dan L, semakin membuatnya jauh dari L.

"Sampai kapan kamu tidak mau mendengarkan penjelasan Papah L. " Gumam nya, di kesendrian.

Seandainya saja Tuan Natawijaya berpikir seribu kali sebelum melakukan itu semua, mungkin hubungan antara ia dan anak semata wayangnya tidak akan seburuk seperti saat ini.

***
L berangkat ke sekolah jauh lebih pagi dari pada biasanya, karena hari ini adalah pembukaan MOS. Yang berarti ia dan teman-teman nya harus menyiapkan semua keperluan sebelum para murid baru datang.

Para murid baru mulai berdatangan ke lingkungan sekolah, mereka langsung di arahkan ke lapangan sekolah. L dan teman-teman seper- TDK an hanya bisa melihatnya dari lantai empat ruangan OSIS, ya mereka masih di sembunyikan dari murid baru.

Karena bosan menunggu L memutuskan untuk menelepon seseorang, setidaknya ia tidak hanya melihat ke arah lapangan, seperti temannya.

Terdengar nada sambungan, L menunggunya dengan sabar. "Halo?" Akhirnya panggilan telepon itu tersambung.

"Halo. "
" Ada apa kak? "
" Tidak ada, saya cuma bosan. "
" Bukannya kakak bilang semalam hari ini pembukaan MOS kan? "
" Iya. "
" Terus kenapa Telpon aku? Kan lagi MOS-in. "
" Saya masih di atas, belum boleh turun. "
" Oohhhh. "
" Iya. "
" Gak lupa sarapan kan? "
" Nanti beli di kantin. "
" Iya beli di kantin pas udah jam makan siang. "

L tertawa renyah, ternyata Raina tau kebiasaannya.

" Yaudah, saya turun dulu. Dah!"
"Dah kak. "

Perasaannya pagi ini jauh lebih membaik, tapi tetap saja wajah dingin dan kaku nya tidak pernah berubah dari wajahnya.

L dan teman-teman seper-TDK an, mulai melakukan tugasnya. Brakk! Pintu langsung di buka begitu saja tanpa ada ketukan atau sapaan, teman-temannya langsung masuk dan menyebar di ruangan kelas, dan terakhir yang masuk ke dalam kelas adalah L.

Wajah mereka menegang, tetapi bercampur kagum karena ketampanan L, bahkan ada dalah satu siswi yang mulutnya terbuka saat melihat L.

"Semuanya berdiri. " Kata L datar dan sangat dingin. Mereka langsung berdiri dengan tergesah-gesah, mereka terlihat sangat panik.

" Seragam harus rapih, Rok gak ada yang ketat, atribut harus lengkap, kaus kaki gak ada yang boleh pendek, and the most important thing NO MAKE UP. " Kata L dalam satu tarikan napas, Ia sengaja menekan kalimatnya di akhir karena jengah dengan anak-anak SMP yang baru masuk ke lingkungan SMA, tetapi penampilannya ughh.. Memuakkan.

Setelah tiga hari berlalu, akhirnya acara MOS sudah selesai yang berarti berakhirlah juga libur akhir semester. Murid Bakti Bangsa mulai masuk ke dalam lingkungan sekolah, bisa terlihat wajah wajah yang masih belum ikhlas menerima kalau liburan sudah berakhir.

Mereka melintasi koridor kelas, dan di lapangan ada murid baru yang masih menggunakan seragam SMP. Namun kebanyakan dari mereka tidak perduli, tapi bagi sebagian orang itu adalah momen untuk tebar pesona.

Raina, Ceccil dan Icha masuk ke area sekolah, mereka mencari tempat yang sekiranya tidak terlalu mencolok dan ramai. Dan sebelum mereka menemukan tempat untuk duduk karena mereka belum di bagikan ruang kelas, seseorang menarik tangan Raina memisahkan dari Icha dan Ceccil.

"E.. Eeh kak, kenapa aku di tarikk. " Kata Raina yang tangannya masih berada di genggaman L. Akhirnya L melepaskan tangan Raina dan duduk di bangku taman.

" Duduk. " Kata L yang lebih terdengar seperti perintah. Raina duduk sesuai dengan permintaan L ralat perintah L.

"Mana?" Kata L yang akhirnya membuka suara.

"Mana apanya? " Tanya Raina bingung, belum mengerti arah pembicaraan mereka.

" Bekel. " Kata L jengkel.

Raina mengerutkan dahinya ia mencoba memahami maksud L.

" Kamu itu. " Kata L, ia mencubit hidung Raina.

" Kenapa di cubit kakk! Sakit tau! " Protes Raina, ia mengusap hidungnya.

" Mana bekel saya yang saya minta kamu bawain semalem? " Tanya L lagi, yang kali ini lebih jelas.

" Ooh itu, bilang dong dari tadi! " Kata Raina, ia membuka tas nya dan mengambil kotak makanan yang berisi nasi goreng.

" Dihh, kamu itu saya udah bilang dari tadi loh! " Balas L tak mau kalah, ia mencubit hidung Raina lagi.

" Jangan di cubitin terus kak! " protes Raina." Nih. " Lanjutnya, ia memberikan kotak bekal itu.

L langsung membuka dan memakannya dengan lahap, Raina yang melihatnya hanya terdiam memperhatikan L yang makan dengan lahap.

" Ini minumnya. " Raina memberikan botol minumnya.

" Terimakasih ya, makanannya enak. " Kata L, ia memberikan kotak makan yang sudah habis dan minum Raina yang tinggal seperempat.

"Kamu belum sarapan?"  Tanya Raina, yang dijawab gelengan kepala. L diam Raina juga, bingung mau mengucapkan apa.

"Kamu kabur kak? " Tanya Raina, ia memasukan kotak makan ke dalam tas nya.

" mungkin. " Jawab L santai yang dihadiahi tatapan tajam dari Raina.

" Ish balik gih! " Raina mendorong tubuh L.

" Ngusir saya?" Tatapan matanya berubah, nyali Raina menciut. "Kamu gak kangen? " Lanjutnya yang membuat Raina ingin..

" Kamu kemasukan setan apa kak? " Raina mencek suhu badan L yang sedikit hangat.

" Udah saya balik dulu ok? Pulang sama saya, jangan kabur! " Kata L yang menyudahi aksi mencek suhu badannya.

***
10/08/18

  My Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang