31. Pengungkapan

522 15 2
                                    

Waktu bergulir begitu cepat, L dan teman-teman seangkatannya sudah melewati masa intensif menghadapi ujian akhir dan persiapan masuk perguruan tinggi, selama itu pula Raina sesekali datang ke rumah L untuk sekedar menemani L belajar, atau sebaliknya L yang datang ke rumah Raina atau mereka berdua datang ke cafe milik keluarga Raina.

Besok adalah hari pengumuman penerimaan perguruan tinggi, L tidak terlalu cemas karena sudah di pastikan ia tidak akan melanjutkan sekolahnya di Indonesia, Papah nya lagi lagi sudah menentukan masa depannya, yang menurut beliau adalah pilihan yang terbaik, L tak berkutik apapun ia hanya membiarkan orang tua itu melakukan sesuka nya, ia sudah lelah berdebat.

"L kamu akan melanjutkan sekolah mu di Inggris, Papah sudah mengatur semuanya. " L menatap seorang pria tua yang duduk di balik meja kayu besar, wajahnya jelas melukiskan keterkejutan.

" Saya kira hidup saya akan bebas setelah SMA ternyata anda masih mencampuri semua. " L berkata dingin, tatapan tajam ia berikan untuk Papah nya.

" Kamu tidak akan pernah lepas L, kamu pewaris tunggal perusahaan dan pertambangan Papah. " Suaranya terdengar sama datar dan dingin.

" Kenapa harus saya? "

" Karena hanya kamu. "

L meninggalkan ruangan kerja Papahnya dengan tangan terkepal dan emosi yang hampir pecah, ia membanting pintu ruangan kerja Papahnya sebagai pelampiasannya. Sejak dulu, sifat Papah nya tak pernah berubah, pemaksa, dan segala sesuatu keinginan harus terpenuhi.

L membuka pintu balkon kamarnya yang menghadap taman belakang rumahnya. Ia menghirup udara malam dalam, mengisi rongga paru paru nya seolah tak membiarkan ada ruang yang tersisa.

Langit malam ini ditutupi awan, sepertinya hujan akan turun benar saja tak lama hujan turun mengguyur tubuh nya. L tak berkutik, tak bergerak sedikit pun dari tempatnya duduk.

Miris, diusia yang sangat muda berada di bawah tekanan sekaligus trauma. Kata siapa harta akan membuatmu bahagia, nyatanya tidak jika tak ada tempat untuk bersandar, dan ya tempat bersandar nya sudah tak ada, Mamah nya, lebih dulu pulang, meninggalkan L sendirian.

Tubuhnya basah kuyup dan mulai mengigil kedinginan, bibir nya mulai membiru. L sudah lelah, sudah berada dititik terendah nya untuk yang sekian kali nya.

Dia akan menginjak usia sembilan belas tahun, usia yang di mana kata orang akan mulai mencari jati dirinya, mencari pengakuan, mencari pengalaman. L tak mau jatuh ke lubang yang sama, ia tak ingin menjadi seperti Papah nya.

Merasa tubuhnya mulai terasa pusing, L memutuskan untuk masuk ke kamar nya dan menutup pintu balkon. L berganti pakaian bersih, dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia bisa kedinginan, sepertinya demam sedang menyerang nya, biarlah lagi pula ia sudah tak peduli.

Esok paginya, L sudah berada di dalam mobilnya menuju rumah Raina. Ia sudah bertekad, akan memberitahukan semuanya, semua yang Raina berhak untuk tau. Rahasia yang selama ini ia simpan, rasa sakit yang ia rasakan dan kesepian yang hampir membunuh nya.

"Halo Rain, saya udah ada di depan rumah mu. "

" Iya kak, tunggu sebentar aku turun. "

L memutuskan panggilan nya, dan melihat beberapa email yang masuk. Iya Papah nya sudah mulai menyerahkan beberapa pekerjaan untuknya, agar terbiasa katanya. Semuanya tak lebih dari laporan keuangan perusahaan, L memperhatikan dengan teliti, dan ia menemukan satu kejanggalan, sepertinya ada yang sedang ingin memainkan uang perusahaan.

"Okay, Im ready. "

Gumam L, dia sudah memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam perusahaan Papah nya.

  My Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang