Part.10 Minta maaf, untuk kesalahan yang tidak Ia perbuat.

1.4K 97 12
                                    

Matahari sudah pulang kembali ke peraduan, berganti tugas dengan bulan dan bintang-bintang. Bertugas menjaga malam. Agar malam yang gelap, tidak sendirian mendampingi bumi hingga berganti tugas dengan fajar.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan dari daun pintu berwarna putih yang ada di kamar Raina.

"tunggu sebentar" saut Raina, Raina berjalan ke arah lemari bajunya dan mengambil kerudung rumahnya.

"iya siapa?" tanya Raina saat ia membuka pintu. "eh bibi, kenapa bi? " tanya Raina ke bi Inah yang sedang berdiri di depanku.

"ada tamu yang nyari enon" jawabnya.

"siapa bi?" tanyaku pada bi Inah, kayaknya aku gak ada janjian sama siapa-siapa deh. Batin Raina.

"katanya sih temen enon." jawab bi Inah.

"yaudah bi makasih yah" Raina berjalan menyusuri anak tangga, dan berjalan ke arah ruang tamu.
"kak L, ngapain dia ke sini?" tanya Raina kaget pada sendiri. Ia sedang ngobrol sama Bundanya dan Ia nampak akrab sama Bunda. Wah bahaya nih. Batin Raina

"Bun." panggil Raina ke Bundanya yang masih asik ngobrol sama L.

"Eh sayang sini, duduk" Ratna memerintah Raina untuk duduk di sofa yang ia tempati. "Bunda masuk dulu yah, mari nak L." lanjut Ratna permisi dari ruang tamu, untuk memberikan sedikit privasi sama anaknya.

Raina duduk di sofa yang tadi Bundanya dudukki. Hening di antara mereka tidak ada yang membuka obrollan.

"kak?" panggil Raina ragu. Ia mendongkakan kepalanya, melihat ke arah Raina, sorot matanya yang tajam langsung menusuk pandangan Raina. Tapi ada yang berbeda, wajahnya..
Ini kenapa lagi mukanya tuh kayak ada masalah gitu. Batin Raina.

"Rain" panggilnya. "saya mau minta maaf sama kamu. " lanjutnya.

"untuk? " tanya Raina bingung.

"untuk gosip yang menjamur di sekolah" jawabnya, wajahnya semakin menunjukkan penyesalan. Jadi kak L ke sini cuma mau minta maaf dan itu bukan kesalahan dia, itu kan karna mulut-mulut gosip itu. Fikirku, berkecamuk.

"kak, dengerin aku." kata Raina mulai serius "itu bukan salah kakak kok, itu cuma gosip paling satu dua hari lagi juga ilang." lanjut Raina, mencoba menenangkan.

" Tetep aja, ini salah saya. Kamu jadi bahan gosip, dan sampe ada yang ngomong get in room sama kamukan?" Katanya dengan tenang tapi nada suaranya terdengar menahan emosi.

Raina hanya menunduk, Ia takut melihat matanya karna semua ucapannya benar, dan Raina mulai takut saat L, Mulai mengeluarkan tatapan elang dan mengintrogasinya itu. Dan lagi, nada suaranya yang menahan amarah.

"maaf." Ia meminta maaf lagi, meminta maaf untuk hak yang bukan salah dia.

"Kak, dengerin aku, kakak gak salah.
Tapi kalo kakak kekeh minta maaf, kakak udah aku maafin kok." jawab Raina, ia memberanikan diri mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah L.

Hening, kembali terjadi.
Tidak ada yang memulai membuka suara lagi.
Mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing. Tanpa sadar sebuah ulasan seyuman tipis, bahkan hampir tak terlihat, tercipta di bibir L. Dalam hati L bersyukur, bisa bertemu dengan perempuan seperti Raina Fathi.

"saya pulang dulu, udah malem gak enak sama orang rumah." katanya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"sebentar aku panggil Bunda dulu." kata Raina beranjak dari sofa rumahnya. Setelah pamit, Raina mengantar L sampai gerbang depan rumah Raina.

L sudah pulang lima belas menit yang lalu, dan Raina masih tidak menyangka kalau L bisa datang ke rumahnya, hanya untuk meminta maaf, dan itu bukan kesalahan dia.
Dan yang ku ketahui lagi, selain otoriter L juga Keras kepala.

Ahh kenapa aku selalu memikirkan tindakan yang selalu kak L perbuat. Tindakannya yang tak pernah ku sangka itu, dan pola fikirnya sangat sulit di tebak. Gerutu Raina sebal, dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal yang hangat.

Karena lelah bergulat dengan fikirannya sendiri, tanpa sadar Raina terlelap masuk ke alam mimpi yang indah, yang diinginkan banyak orang. Mempunyai kehidupan yang indah seperti mimpi, tapi manusia harus menerima, kalau mimpi hanya sebuah bunga tidur, dan hanya sebagai tambahan manis dari tidur.

Berharap kehidupannya indah seperti dongeng, namun sayang. Manusia harus menerima lagi, kalau itu hanyalah dongeng, sebuah karangan dari imajinasi dunia, dan skenario yang sudah ditentukan. Tidak seperti kehidupan yang skenarionya dibuat oleh tuhan, dan tidak ada siapapun yang tau jalan ceritanya seperti apa, dan tidak ada yang tahu, siapa saja pemainnya.

"Berharap boleh saja, itu manusiawi,
namun kita harus tahu. Batasan dari harapan kita seperti apa, dan jangan sampai kita terlena dengan harapan itu. Yang akhirnya hanya akan membuat kita, kecewa. - My Senior. "
.
.
.

Hello am back.. Wkwkwk. Sip ini partnya gak panjang wkkwkw, maafkan typo's guys.
.
.
Vote comment and follow.

  My Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang