Pict. diatas itu adalah gambaran museum tempat Radit dan Fatih meneliti.
-----------------------------------------------------------
Happy reading~
A/N : Sorry typos everywhere~
"Pelan- pelan makannya Bar, nanti kesedak loh!"ujar Radit sambil tersenyum kecil. Semalam ia telah melihat Ayahnya menikmati masakan buatannya. Sekarang, ia melihat Akbar juga menyukai masakan buatannya sama seperti Ayahnya. Melihat seseorang entah itu siapa pun menyukai masakan buatannya, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Radit.
"Hahaha... aku... yumm... makanan ini... yumm... enak banget... yumm.. yumm..."balas Akbar dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Telan dulu makanannya, baru ngomong!"ucap Radit. Akbar pun menuruti perkataan Radit.
"Hahaha... iya Dit."balas Akbar setelah menelan makanan yang ada di mulutnya. "Eh, ada air minum gak Dit? Aku haus nih."lanjut Akbar sambil tersenyum lebar hingga menampakkan giginya yang rapi dan putih.
"Tunggu sebentar!"ucap Radit, kemudian ia mulai mengambil botol air minum yang berada di saku samping tasnya. "Ni Bar."lanjut Radit sambil menyodorkan botol air minumnya.
"Makasih ya, Dit."ujar Akbar, kemudian ia tandas langsung air yang ada di dalam botol minum tersebut.
Sangking hausnya, tanpa sadar Akbar menghabiskan Air yang di botol minum tersebut.
"Waduh, jadi habis airnya nih Dit. Gimana ni? Sorry Dit."ucap Akbar merasa bersalah sambil menggaruk kepala belakangnya.
"Hahaha... gak papa, Bar. Aku bawak dua botol air minum."balas Radit yang diakhiri dengan senyuman manis di wajahnya.
Sejenak Akbar merasa bahwa Radit ini terlalu manis untuk ukuran seorang cowok. Kalau saja Radit itu perempuan, pasti akan ia pacari. Tapi tentu saja hal itu tidak akan terjadi. Lagi pula, ia sudah terlanjur cinta dengan Meghan. Tapi, jika ada perempuan yang sifatnya seperti Radit, mungkin Akbar akan mempertimbangkannya.
"bawak dua?"tanya Akbar.
"Iya, hehehe... soalnya aku orangnya suka minum sering haus juga, jadi bawak dua deh."jawab Radit sambil tertawa kecil.
"Waahh... kecil- kecil minumnya banyak, hahaha..."ujar Akbar sambil mengacak- ngacak rambut Radit.
"Waduh... ngapa ni? Jangan acak- acakin rambut aku dong, kusut ntar!"balas Radit sambil berusaha menyingkirkan tangan Akbar dari kepalanya.
"Kamu ini kayak adik aku, Dit. Gemes aku sama kamu. Teringat aku sama dia, tapi sekarang dia udah gak ada di dunia ini."ucap Akbar yang tiba- tiba murung karena mengingat almarhum adiknya.
Tiba- tiba suasana di dalam kelas menjadi canggung.
"Oh.. hm.. "ucapan Radit terputus, ia bingung ingin melanjutkan ucapan. Ia tidak tau bagaimana harus menaggapinya. Ia takut salah ngomong, yang nantinya akan membuat suasana hati Akbar menjadi lebih buruk lagi.
Kringgg... kringgg... kringgg...
Bel secara tiba- tiba berbunyi dengan nyaringnya, yang menandakan bahwa jam istirahat telah habis. Dan bunyi bel tersebut juga mengejutkan mereka berdua yang ada di dalam kelas tersebut.
"Gak nyangka udah habis aja nih jam istirahatnya, kalau gitu aku cabut dulu, Dit. Makasih ya makanannya."ujar Akbar, setelah itu ia mulai berdiri kursinya dan bersiap- siap untuk pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. CEO Or My Bestfriend?
RomanceSeorang pemuda yang pernah dijual ayahnya kepada seorang pria yang tak dikenalnya. Dan entah bagaimana ia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya yang merupakan seorang pemilik restoran terkenal. Setelah itu, pemuda itu tinggal bersama sahabatnya dan...