Bab. 3. Dia tidak bisa melakukan apapun

26 4 0
                                    

"Ehem!" Kennan berdehem sebelum memulai perkataannya.

Sementara itu, di hadapannya telah berkumpul beberapa orang yang ber-notabene sahabat-sahabatnya. Walaupun ada juga beberapa orang yang hanya iseng mendengarkan penjelasan darinya.

Sementara Reika hanya duduk di sampingnya dengan meminum sekotak susu vanilla-nya tanpa suara.

"Baiklah, pertama, biar kuperkenalkan pada kalian." Kennan mulai angkat bicara.

Semua orang mengangguk dengan ekspresi serius.

"Dia Reika Quintana Alexander, adikku. Ralat, adik angkatku." Jelas Kennan datar.

"Adik?" ulang semua orang serempak.

"Benar." Kennan menangguk mengiyakan. "Dan mulai sekarang, dia akan bersekolah di sini bersamaku."

"Pak guru! Aku ada pertanyaan!" tanya salah seorang dari mereka. Yang merupakan teman sekaligus sahabat Kennan semenjak menduduki bangku SMA. John Carvelle.

"Apa?" tanya Kennan.

"Apa kau tahu alasan dia pindah ke sini?"

"Jawabannya, aku tidak tahu. Ada pertanyaan lain?"

"Ya!" kali ini, seorang laki-laki berkacamata tebal mengangkat tangannya. Dia juga salah satu sahabat Kennan. Eldrick Simpsom. "Sejak kapan dia menjadi adikmu? Apa kau mengenalnya sebelum ini?"

"Tidak. Aku bahkan baru pertama kali bertemu dengannnya kemarin. Ada lagi?"

"Ada!" seorang gadis mengangkat tangannya.

"Apa yang ingin kau tanyakan, Marilyn?" tanya Kennan datar.

"Tidak ada. Aku hanya ingin mencoba mengangkat tanganku saja. Kupikir itu menyenangkan." Jawab gadis itu santai. Bisa dibilang, dia salah satu dari beberapa orang yang iseng mendengarkan penjelasan dari seorang Kennan Alexander. Orang yang sudah membuat kehebohan di kelas 2-3, hanya karena kedatangannya dengan menggandeng tangan seorang gadis imut.

"Kalau tidak ingin bertanya tidak perlu mengangkat tanganmu." Geram Kennan.

Menanggapi perkataan Kennan, seorang gadis lain mengangkat tangannya. "Kalau begitu, apa kau bisa menjelaskan lebih rinci lagi tentang kronologinya?"

"AAAAKHH!! BISAKAH KALIAN BERHENTI BERTANYA TENTANG GADIS INI?! DAN BIARKAN AKU ISTIRAHAT!!" teriak Kennan emosi. Dia benar-benar lelah ditanyai oleh sekumpulan manusia tak jelas yang sayang sekali adalah teman-temannya itu. Bayangkan saja, dia bahkan tidak diperbolehkan duduk karena mereka beranggapan itu akan menghambat penjelasan yang akan diberikan.

"Di pagi hari aku harus menyiapkan bajunya, termasuk memakaikannya juga, menyuapinya sarapan, menyisir rambutnya, bahkan sampai memasangkan sepatunya!" ujar Kennan cepat sambil mengacak-acak rambutnya. "Selain itu, aku juga harus menggandengnya selama perjalanan kemari! Jika tidak, dia pasti akan berhenti berjalan, ditambah lagi, dia terus-terusan berhenti karena melihat gambar atau poster di pinggir jalan, dan saat kami tiba di Sekolah, pintu sudah tertutup. Aku bahkan harus mengemis agar penjaga Sekolah membiarkan kami masuk! Dan sekarang, aku masih harus tersiksa karena makhluk kejam seperti kaliaaannn!"

"Sudahlah, tidak perlu berlebihan seperti itu. Kami, 'kan hanya minta kau menjelaskan kepada kami tentang adikmu saja." Ujar John santai.

"Itu benar, kami sama sekali tidak memiliki maksud jahat." Timpal Marylin.

Kennan terdiam dengan persimpangan besar yang muncul secara tiba-tiba di keningnya.

"Jika kalian tidak berhenti bicara, aku pastikan akan segera memotong lidah kalian sekarang juga." Ancam Kennan lirih. Namun, yang diancam malah menunjukkan cengiran lebar.

"Kakak." Panggil Reika tiba-tiba sambil menarik lengan bajunya.

"Ada apa?" Kennan memalingkan wajahnya dengan kesal. Dan langsung mendapati tumpahan susu di permukaan rok yang dikenakan Reika.

"Ck! Bagaimana kau bisa menumpahkan minumanmu di sini?" gumam Kennan sambil membersihkan noda tersebut.

Gadis yang duduk di samping Marylin tiba-tiba bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri mereka.

"Menurut apa yang kau katakan barusan, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Begitukah?" ujarnya dengan menopang dagunya.

"Siapa kau?" Kennan mengernyitkan dahinya.

Namun begitu, gadis itu tidak menanggapi kata-katanya dan memalingkan wajahnya.

"Eeh? Kau tidak mengenalnya?" Marylin berbicara.

"Kennan, kau bercanda, 'kan?" kali ini, John ikut berpendapat.

"Tidak, memang siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya." Ucap Kennan datar.

"Dia adalah Jane Rosseanne, siswi terpopuler di Sekolah kita. Sangat mengejutkan kau tidak mengenalnya." Jelas John.

"Maaf saja. Tapi aku bukan orang mesum sepertimu yang selalu tahu tentang gadis-gadis."

Jane mendengus. "Siapa aku itu tidak penting. Sekarang, jawab saja pertanyaanku."

"Eeh? Lalu, kenapa siswa populer sepertimu mau ikut-ikutan menanyaiku?"

"Hanya untuk memastikan jika yang kau bawa ke Sekolah ini bukanlah seseorang yang mampu menjelekkan nama Sekolah ini. Asal kau tahu saja, Sekolah ini didirikan oleh keluargaku, dan sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga tata tertib yang ada di dalamnya."

Kennan terdiam. Dan menatap tak suka pada penjelasan yang diberikan oleh Jane. Dan gadis itu pun balas menatap dingin Kennan.

Hanya dalam waktu sekejap saja, aura di sekitar mereka pun terasa amat tidak menyenangkan.

Ketiga orang lainnya hanya bisa menatap permusuhan itu dengan heran.

"Kakak?" Reika memiringkan kepalanya bingung melihat sikap Kennan.

***

--tbc--

Broken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang