"Jadi, apa yang kalian inginkan di rumahku?" aku bertanya dengan tingkat kekesalan yang tidak dapat kubendung lagi.
"Tidak apa-apa, 'kan? Lagi pula kita ini sahabat, 'kan? Jadi tidak masalah jika kami bermain ke rumahmu." Ujar John tanpa rasa bersalah.
"TENTU SAJA ITU MASALAH!!" teriakku marah. "Bisa-bisanya kau masuk ke apartemenku saat aku di luar, hah?!"
--flashback—
Aku dan Reika baru saja tiba di apartemen saat hari semakin sore. Hal itu dikarenakan Marilyn yang sangat antusias untuk menunjukkan beberapa tempat faforitnya pada Reika yang kini telah berteman dengannya.
Dan aku hanya bisa pasrah mengikuti mereka—sebenarnya aku bisa saja pergi dan meninggalkan mereka. Tapi, belum saja aku sempat melancarkan aksiku, Marilyn sudah lebih dulu menarik tanganku dan memaksaku ikut bersamanya. Sungguh menyebalkan.
Namun, ketika aku membuka pintu apartemenku, kekesalanku semakin meningkat karena kehadiran dua sosok menyebalkan di ruang tamuku.
--flashback off--
"Ayolah, kau terlalu berlebihan. Bukannya kau sendiri yang memberikan kodemu pada kami?" John berujar tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"TAPI BUKAN BERARTI KALIAN BISA SEENAKNYA MASUK KE SINI!!" teriakku sekali lagi. Kali ini, aku benar-benar lelah dan kesal. "Dengar, ya. Hari ini aku benar-benar lelah. Dan aku ingin beristirahat lebih cepat hari ini. Jadi—"
Perkataanku terpaksa terhenti karena sebuah kaleng minuman dingin tiba-tiba melayang ke arahku.
"Sudahlah, lebih baik kau tenangkan pikiranmu dan minum itu." Eldrick, yang merupakan orang yang telah melemparkan minuman itu padaku berujar dengan wajah datarnya yang khas.
Aku menghela napas panjang. "Dasar kalian ini..." ujarku pelan lalu membuka kaleng minuman itu sebelum meminumnya.
"Oh, Reika. Apa kau mau minum juga?" John menyapa Reika yang sedari tadi berdiri di belakangku.
"...?" aku melirik ke arahnya dengan penasaran. Dan segera mendapatinya tengah menatap John dengan was-was.
"Ada apa?" John bertanya dengan bingung. Eldrick pun turut menoleh ke arahnya.
Tapi, Reika justru menanggapinya dengan semakin menyembunyikan tubuhnya ke belakang punggungku.
"Sepertinya dia takut pada tampang premanmu itu." Ucap Eldrick menyalahkan John.
"'Tampang preman' apanya? Wajahmu bahkan lebih menakutkan dibandingkan diriku!" sergah John.
Aku mengabaikan perdebatan mereka dan terus menatap Reika. Entahlah, tapi aku merasa ada yang tidak beres dengan tingkahnya.
"Reika?" aku mencoba memanggilnya.
Lalu, tiba-tiba saja Reika berlari meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.
"E-Eh?" John tercengan. "Apa yang terjadi?"
"Sepertinya kau sudah menakut-nakutinya dengan wajahmu itu." Terka Eldrick asal.
"JANGAN ASAL BICARA!!" sergah John kesal.
Aku menghela napas berat menanggapi perdebatan mereka. Lalu menatap kosong ke arah pintu yang sebelumnya dilalui Reika tadi.
Entah mengapa, ada sebuah perasaan cemas ketika aku melihatnya berlari tadi.
Aku harap, itu bukanlah pertanda buruk.
***
--Tbc--
Maaf karena hanya sedikit. Habis, saya lagi kehabisan ide, nih... (^_^")
Belum lagi kesibukan yang tiba-tiba melanda. #Ohmygod
Tapi tenang saja, saya akan mengusahakan untuk tetap up meskipun lama. Jadi, mohon ditunggu, ya?
Sekian, dan sampai jumpa di chapter berikutnyaaa~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Soul
Teen FictionKehidupan seorang Kennan Alexander berubah seketika saat ia dimintai tolong untuk mengurusi seorang gadis remaja oleh ibunya. Dan yang lebih parahnya lagi, gadis tersebut bukanlah manusia 'normal' pada umumnya. Akibat masa lalunya, gadis itu mengala...