Bab 7. Menghilang

22 5 0
                                    

Rasa cemas terus saja membanjiri hati Kennan.

Mengingat fakta bahwa Reika tiba-tiba menghilang dari kamarnya membuatnya tak habis pikir. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu?

Pertanyaan itu terus berputar di dalam benaknya, dan tak sedikit pun pernah terjawab.

Tingkah anehnya terlalu misterius.

Dan kini, malam semakin larut. Dan hawa dingin mulai menyelimuti alam sekitar. Membuat perasaan Kennan semakin tidak karuan.

Dia nyaris saja berteriak frustasi jika bukan karena ponselnya yang tiba-tiba saja berbunyi. Dengan cepat, ia mengeceknya dan mendapati itu adalah telepon dari Eldrick.

"Bagaimana?!" tanyanya tercekat.

"Menurut rekaman CCTV, sepertinya dia pergi ke tangga darurat. Hanya saja, aku tidak tahu dia menuju ke atas atau ke bawah." Jelas Eldrick singkat, padat dan jelas.

"Baiklah, aku akan mengecek ke sana!" kemudian, Kennan pun segera menutup panggilan sepihak. Dan segera bergegas menuju pintu tangga darurat. Namun, ia tidak langsung beranjak dari sana.

Lagi-lagi, perasaan ragu muncul dalam hatinya. Antara ia harus memilih naik, atau turun? Reika bisa berada di mana saja. Bahkan, dia mungkin telah berada cukup jauh sekarang.

Dan Kennan hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu padanya.

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Kennan memutuskan untuk menggunakan firasatnya untuk berpikir. Dan firasatnya mengatakan jika ia harus naik ke atas.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, dia pun langsung berlari menaiki tangga menuju lantai berikutnya. Namun, dia tak menemukan tanda-tanda keberadaan Reika di mana pun.

Hingga ia tiba di atap.

Sebelum membuka pintu, ia lebih dulu mengatur napasnya yang tidak karuan karena berlari tadi.

Lalu, dengan perlahan, dia mengulurkan tangannya untuk memutar kenop pintu. Dan begitu pintu itu telah terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah pemandangan indah dari perpaduan antara lampu-lampu kota dan langit malam yang cerah.

Namun, tak ada Reika di sana.

Merasa kurang yakin dengan apa yang dilihatnya, Kennan melangkah cepat berkeliling atap untuk mencari keberadaan adiknya. Dan lagi-lagi, hasilnya nihil.

Dia masih belum menemukan Reika di mana pun.

"Menyebalkan..." Umpatnya dengan napas yang tersengal-sengal. "Sebenarnya ke mana dia?"

Kennan terdiam. Lalu mendudukkan dirinya ke atas lantai. Dia benar-benar lelah setelah berlarian menaiki tangga tadi.

Hingga kemudian perhatiannya teralihkan oleh sebuah suara isakan lirih.

"..." Kennan memincingkan matanya, menajamkan pendengarannya.

"Hiks... hiks..." lagi-lagi, suara itu terdengar meskipun tersamarkan oleh suara angin.

Dengan cepat, ia bangkit dari tempatnya dan berlari ke arah asal suara tersebut. Dan bayangkan, betapa terkejutnya dia ketika mendapati Reika yang tengah meringkuk di sela-sela antara tangki air.

"Reika?!" serunya tercekat.

"...?!!" namun, Reika tiba-tiba tampak ketakutan karena seruannya. Bahkan, ia langsung memeluk kepalanya dan menangis semakin keras.

"Reika, tenanglah!" Kennan meraih kedua bahu Reika. "Ini aku!"

Reika mengangkat kepalanya secara perlahan. "K-Kakak..." panggilnya parau.

"Ada apa? Kenapa kau bisa ada di sini?"

Reika hanya menggeleng sebagai tanda bahwa ia tidak tahu. Dan kembali menangis.

Kennan terdiam. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Reika. Ia yakin itu. Namun, dia tidak tahu aopa itu dan bagaimana bisa terjadi.

Tapi, setidaknya Reika telah ditemukan. Dan itu sudah cukup untuk menenangkan hatinya.

Tanpa ia sadari, tubuhnya bergerak untuk memeluk tubuh mungil Reika. Berusaha menyalurkan kehangatan tubuhnya pada gadis yang tengah gemetara itu.

"Tidak apa-apa..." Ucapnya lembut.

"Kakak..." Reika kembali memanggilnya.

"Ya. Aku di sini..."

"Kakak..."

"Hm. Jangan menangis lagi."

Namun, Reika masih belum menghentikan tangisannya. Dan dengan perlahan mengulurkan tangannya untuk memeluk Kennan. Berusaha menghilangkan bayangan menakutkan tentang apa yang selama ini menghantuinya.

Sementara Kennan. Laki-laki itu hanya bisa terus menenangkan Reika dengan mengusap punggungnya naik turun.

Diam-diam, ia mulai berpikir. Apa yang sebenarnya harus ia lakukan untuk menjadi seorang Kakak bagi Reika? Jika mengingat bahwa dia sama sekali tak tahu apapun mengenai gadis yang ber-notabene adiknya tersebut, ia ragu. Apakah ia mampu menjaganya?

Bahkan, ia tidak yakin jika ia menerima kehadiran Reika atau tidak.

Di satu sisi, ia senang karena akhirnya keinginannya untuk memiliki adik terwujud. Namun, di lain sisi, ia masih merasa belum siap untuk menjaga siapa pun.

Dan itulah yang membuatnya frustasi sekarang ini. Dan hanya sang waktulah yang mampu menjawab kebingungan yang ada dalam pikirannya tersebut.

***

Okaaay, hari ini double up, yaa:):)

Terima kasih buat yang udah baca cerita ini sampai sekarang... #Hiks(nangisterharu)

Author pasti akan selalu mengusahakan untuk up lagi meskipun badai cetar membahana datang menerpa  #Fiks,alaykumatlagi

See you next time, Minna-saan, muaaach! #Readersmuntah-muntah

--tbc--


Broken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang