Bab 9. Takut?

14 4 0
                                    

Author's POV

Brrrrm.

Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalan yang cukup ramai itu.

Ah, mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah dia tidak akan menabrak karena hal itu? Atau mungkin terguling?

Dan jawabannya adalah, itu tidak terjadi—atau mungkin, belum.

Entah karena pengemudinya adalah orang yang sangat handal. Atau karena orang itu memiliki konsentrasi yang sangat bagus. Yang pasti, dia dapat mengemudikan mobil itu dengan baik, tanpa harus menabrak mobil lain.

Hal itu terbukti ketika dia berhasil menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah hotel mewah dengan sangat tepat.

Kemudian, tepat setelah mobil itu terparkir, seorang pemuda beranjak turun dari dalamnya. Mengakibatkan semua wanita yang melihatnya memekik tertahan karena pesonanya.

Wajah tampannya, nyaris dapat menyamai ketampanan dewa yunani. Dengan rahang kokoh, hidung yang mancung, dan tatapan tajamnya yang tertutupi kacamata hitam—yang secara tak langsung menambah ketampanan pemuda tersebut.

"Parkirkan itu." Ujarnya dingin sambil melempar kunci mobilnya kepada salah satu petugas hotel. Kemudian berlalu begitu saja memasuki hotel.

Tak ada yang menegur kelakuannya. Mengapa? Karena mereka tak punya nyali untuk melakukannya.

Semua yang ada dalam hotel itu adalah miliknya. Termasuk juga nasib dari orang-orang yang bekerja di sana. Jika ada satu saja yang menentangnya, maka dia tak akan segan-segan mengubahnya menjadi gelandangan.

Tanpa suara, pemuda itu berjalan menuju restoran yang ada di sana.

Kemudian, seolah-olah tengan mencari sesuatu, pemuda itu memutar matanya menyusuri segala sudut restoran. Hingga akhirnya pandangannya terkunci ke arah sebuah bangku yang berada di dekat jendela. Atau lebih tepatnya, pada pria yang tengah duduk di sana.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, dia segera melangkahkan kakinya kembali dan menghampiri pria itu. Dan dia pun tampak menyadari kedatangannya.

"Kau sudah tiba." Ujar Pria itu datar.

"Ya." Pemuda itu mengiyakan tanpa ekspresi.

Jika dilihat dari sudut pandang orang lain, mereka tampak seperti dua orang yang saling membenci satu sama lain. Meski pada kenyataannya tidak begitu.

"Bisa kau jelaskan kenapa kau ingin menemuiku?" tanya pemuda itu tanpa basa-basi.

Pria itu menyesap kopinya. Lalu menghela napas. "Seperti biasa, aku tidak sabaran."

Pemuda itu terdiam dan menatap dingin pria di hadapannya.

"Ini." Pria itu tiba-tiba menyodorkan sebuah amplop kepadanya.

"Apa ini?" tanya pemuda itu bingung.

"Lihatlah, dan kau akan mengetahuinya."

Pemuda itu mengernyit bingung menanggapi perkataan pria tersebut. Namun, ia tetap membua amplop tersebut. Dan mendapati isi amplop itu adalah beberapa foto seorang gadis dan lembaran kertas yang berisikan data-data tentangnya.

"Ini..." gumamnya lirih.

"Itu adalah data-data yang baru saja diambil sejak dua hari yang lalu." Jelas pria itu seolah mengerti kebingungan pemuda di depannya.

Pemuda itu tersenyum miring. "Hm, nampaknya wanita itu bersungguh-sungguh dalam melindunginya." Gumamnya sambil terus mengamati foto-foto itu. Hingga ia akhirnya melihat selembar foto seorang pemuda berseragam SMA. "Siapa laki-laki ini?"

Broken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang