Bab 10. Bahaya yang Mengintai

13 3 0
                                    

Kennan's POV

"Hoi, apa kau melihat Reika?!" seruku panik pada John ketika aku tiba di atap Sekolah.

"Eh? Reika?" John mengernyit. "Apakah dia hilang lagi?"

Aku berusaha mengatur napasku yang tersengal-sengal karena berlari. "Aku tadi meninggalkannya sebentar untuk ke kamar mandi... tapi, ketika aku kembali, dia sudah tidak ada di tempatnya..." jelasku.

"Hah... adikmu itu memang hobby sekali menghilang, ya..."

Aku merengut.

"Rupanya kalian di sini." Suara Eldrick tiba-tiba menghampiri kami berdua.

"Eldrick!" panggilku tercekat. "Apa kau melihat Reika?!"

Eldrick memandangku bingung. Namun, beberapa saat kemudian, dia kembali menetralkan ekspresinya kembali. "Kupikir ada apa..." gumamnya sambil membetulkan posisi kacamatanya.

"Sebelum kemari, aku tadi melihat seseorang yang mirip dengannya di ruang seni. Cobalah cek di sana."

"Terima kasih, ya!" tanpa menunggu apa-apa lagi, aku segera berlari menuruni tangga menuju ke tempat yang dimaksud Eldrick.

Sekitar sepuluh menit kemudian, aku akhirnya tiba di ruang seni.

Namun, sebelum aku membuka pintu ruangan tersebut, aku tiba-tiba mendengar sebuah suara dari dalamnya.

"Waaah! Kerja bagus, Reika!" itu adalah suara Marylin. Aku tahu itu.

Aku menghela napas lega. Lalu meraih kenop pintu dan memutarnya perlahan.

Dan begitu pintu tersebut telah terbuka sepenuhnya, aku bisa melihat dengan jelas 'pemandangan' tak biasa yang terjadi di sana.

"Apa yang kalian lakukan?" tanyaku datar.

Kedua gadis itu pun menoleh. Dan menatapku dengan ekspresi yang berbeda—Reika dengan ekspresi datarnya. Dan Marylin dengan senyuman khasnya.

"Ah! Kebetulan sekali kau datang!" sapa Marylin riang.

"Kakak..." Reika ikut menyapaku.

Aku menghela napas sejenak. Kemudian berjalan menghampiri mereka. "Marylin, jangan sembarangan mengajak Adikku ke suatu tempat." Ujarku menasihati.

"Eh? Aku, 'kan hanya mengajaknya melukis..." rengek Marylin.

"Tapi, tetap saja. Kau harusnya meminta izinku terlebih dahulu."

"Tapi, kau tidak ada."

"Aku hanya ke kamar mandi sebentar!"

"Mau itu sebentar atau tidak. Tetap saja kau meninggalkannya." Sebuah suara lain menginterupsi percakapan—atau lebih tepat perdebatan—kami. Dan itu cukup membuatku kesal.

"Ah, Jane! Kau datang." Marylin spontan menyapa sosok itu.

"Iya." Jane mengangguk. "Lagipula aku sudah berjanji padamu kemarin."

Aku terbungkam dan menggeram lirih. Entah mengapa, kedatangan gadis es itu membuatku merasa kesal. Untuk suatu alasan, kehadirannya sangat tidak kuharapkan.

Tiba-tiba, Jane menoleh ke arahku dengan ekspresi dinginnya yang biasa. "Kenapa kau masih di sini?" tannyanya sinis.

Bagus. Setelah Reika, kini ada gadis lain yang mampu menaikkan emosiku.

"Memangnya apa masalahmu, hah?!" aku tidak bisa lagi menahan amarahku.

"Tentu saja kau." Ujarnya cuek. "Kau sekarang ada di dalam ruangan klubku. Dan itu akan berakibat buruk karena kau sudah merusak pemandangan."

Broken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang