Chapter 3

218 19 0
                                    

            Sesampainya kami di rumah, mama dan papa meninggalkanku berdua dengan Dion di ruang tamu. Aku berganti baju sebentar lalu menghampiri Dion di ruang tamu. Ia duduk di sofa sambil tersenyum melihatku yang baru saja keluar dari kamar. Akupun duduk di sebelahnya sambil menyalakan TV agar suasana tidak terlalu hening.

"Kok make up-nya gak diapus?"

"Sayang, mahal, hehe."

"Ya ampun, gak usah pake make up juga udah cantik kali."

"Haha. Enggak, biasa aja."

"Iya tau. BTW, Davin keliatannya anak baik-baik."

"Emang dia baik. Baik banget malah."

"Ulululu, iya iya."

"Ih, serius emang dia baik, kok."

"Jadi waktu itu kamu baper gara-gara dia baik?"

"Ya... enggak juga, sih."

"Karena dia ganteng?'

"Ah, enggak biasa aja." padahal, iya. Dia ganteng banget, On.

"Gantengan aku atau dia?"

"Ya kamu lah. Lagian ngapain sih ngomongin mantan." Ganteng itu relatif, siapa yang paling disayang, ia lah yang paling ganteng.

"Emangnya kenapa? Kita semua punya masa lalu yang gak boleh dilupain, cukup dikenang sebagai pelajaran. Kamu kalo mau ngomongin mantan aku juga silakan, aku gak akan tersinggung atau marah. Itu kan udah jadi masa lalu."

"Emang kamu punya mantan?" ledekku.

"Loh? Kamu yakin seganteng ini gak punya mantan? Banyak lah!" ledek Dion balik.

Hahahaha, benar juga ya. Mana mungkin orang setampan dan seromantis Dion gak punya mantan.

"Ah, kebanyakan. Gak spesial jadinya. Kamu di LA gak ada yang ditaksir gitu?"

"Haha, ya enggaklah."

"Bohong. Jujur aja, dong. Aku kan mau tau."

"Ya, ada sih. Dulu pernah beberapa kali kalo ketemu tuh gimana gitu. Tapi cuma sebentar, gak sampe sebulan. Eh akhir-akhir ini temen-temen aku tuh ngasih tau kalo dia yang suka sama aku. Tapi dia aneh, An. Terkadang baik banget, terkadang posesif banget."

"Terus terus? Cantik gak? Kamu bilang apa?" tanyaku penuh kecemburuan.

"Biasa aja kali, haha. Mayan sih, cuma ya udah."

Yakin biasa aja? Perasaanku ke Davin saat itu sangat lebih dari biasa aja, loh.

"Uhh, jangan cemburu gitu dong. Kamu di sini ada prom night, gak?"

"Ada kayaknya. Tapi belom tau kapan. Dan aku juga gak peduli, sih. Males ikut."

"Ih! Harus ikut! Gak boleh gak ikut, ah! Itu kan perpisahan terakhir sama temen-temen SMA. Kamu juga pasti cantik banget. Enggak, pokoknya kamu harus ikut!"

"Gak mau, On. Pulangnya malem, bayar 500 ribu, dandannya perlu biaya lagi, belum lagi beli bajunya. Terus biasanya juga ada pasangan-pasangan gitu, kan. Ya aku gak tau sama siapa, pacar aku aja di mana."

"Kalo biaya prom, MUA sama dress-nya aku bayarin mau gak? Terus nanti kamu sama Davin aja. He's nice. Aku percaya sama dia."

The Difference 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang