Chapter 14

164 15 1
                                    

Setelah acara selesai, kami pun berencana untuk pergi ke mall. Di parkiran ketika Ka Lia sedang mencari motornya, tiba-tiba mataku tertuju pada seorang mantan, Davin. Ia juga sedang mencari motornya.

"Dek, itu bukannya temen kamu yang sering ke rumah ya, dulu?"

He's not only my friend. He's my ex.

"Iya, Ka. Dia mantan aku."

"Woah! Seriously? Kapan kamu pernah putus sama Dion?"

Tolong. Jangan mengingatkan lagi.

"Panjang dah ceritanya." jawabku malas.

Tiba-tiba, Davin lewat di depanku dan Ka Lia. Aku pura-pura tidak melihatnya.

"Eh, lo temennya Diana ya?" tanya Ka Lia sok akrab.

Why does she asks him?

"Eh, iya." sahutnya kaget lalu mematikan motornya dan membuka kaca helmnya.

Tiba-tiba, Ka Lia mengambil ponselnya lalu berbicara pada ponselnya.

"Eh? Sekarang banget? Lagi jalan sama adek gue. Aduh, jangan deh. Oke gue ke sana."

Hah? Mau kemana dia?

"Diana. Maaf banget ya, gue disuruh ke kantor sekarang, ada tamu mau ketemu. Maaf banget ya." ujarnya lalu langsung pergi ke tempat motornya parkir.

"Eh! Terus gue gimana!!" teriakku panik.

"Sama temen lo aja." teriaknya dari kejauhan lalu menyalakan motornya dan pergi tanpa berdosa.

WHAT THE HELL?!

Aku menoleh ke Davin. Ia sudah menyalakan motornya dan bersiap untuk pergi. Ah, tak ada pilihan lain!

"Davin, lo tega ninggalin gue sendiri?" sindirku.

Ia memundurkan motornya lalu membuka kaca helmnya.

"Mau gua pesenin ojek?"

Gak peka banget ya, dia.

"Gak usah. Gue cari sendiri aja!" tolakku lalu berjalan menjauh darinya.

Ia menyusulku dengan motornya dan berhenti tepat di depanku.

"Baper banget, sih. Cepet naik!" ujarnya dingin.

Hanya sekali saja, Diana. Hanya sekali.

Di perjalanan, kami benar-benar saling diam, sama seperti dulu. Apa ini firasat Dion? Apa ini alasan Dion mendekatkanku lagi kepada Davin? Apakah ternyata ia sudah mempunyai rencana untuk meninggalkanku? Tidak mungkin, Diana. Tidak mungkin.

Tiba-tiba, mama menelponku.

"Diana. Mama mau pergi ke rumah temen mama. Kuncinya lupa mama titipin."

"Lah? Terus aku pulang gimana?!"

"Aduh, nanti kalo mama udah pulang mama telpon kamu. InsyaAllah gak lama."

"Ahh!"

Aku mematikan teleponnya dengan penuh kekesalan. Mengapa semua orang menyebalkan hari ini!!!

"Kenapa, Na?"

"Mama gue pergi. Kuncinya lupa dititipin."

"Terus gimana?"

"Ya gimana."

Ia tak membalas obrolanku lagi dan kembali fokus menyetir motornya.

Tak lama kemudian, ia memberhentikan motornya pada suatu taman. Ia membawaku ke taman? Mau apa? Mengapa taman?

The Difference 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang