Chapter 13

144 16 0
                                    

            Keesokan paginya, aku sudah bersiap-siap semenjak jam 5 pagi. Semua barang sudah aku packing, tinggal berangkat. Sebelum berangkat, Tante Pollie mengucapkan selamat tinggal padaku karena ia tak bisa ikut ke bandara. Lagi-lagi, aku hanya berdua dengan Dion. Di bandara, kami kira-kira menunggu 2 jam lagi setelah check-in dan mengurus dokumen. Manusia itu masih belum datang juga. Memang dia tak tau diri. Sudah ditunggu malah belum datang juga.

"Manusia itu kemana, sih? Gak dateng-dateng juga! Gak tau diri banget udah ditungguin!" eluhku kesal.

"Siapa? Mas Bobby? Dia ganti tiket pesawat. Kan katanya kamu gak mau bareng dia."

Wow... semudah itu ya. Ternyata dia benar-benar serius atas omonganku.

"Oh, baguslah kalo gitu." Meskipun ada sedikit rasa bersalah, tetapi memang itu yang aku mau!

"Oh iya, Diana. Aku harap, kamu jangan ngejauh sama Davin ya. Selama aku masih di sini, aku mau Davin yang jagain kamu. Aku cuma percaya dia."

Davin lagi....

"Ini kan urusan kita, On. Kenapa harus ada dia?"

"Aku gak tau kenapa. Tapi aku mau itu."

"Kamu gak akan ninggalin kan?"

"InsyaAllah, enggak bakal, Dianaku." senyumnya berusaha meyakinkanku bahwa everything is fine.

Bibirku ikut tersenyum karenanya.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya aku sudah diperbolehkan masuk ke ruang tunggu penumpang. Entah mengapa, tiba-tiba firasatku juga tak enak. Semoga ini bukanlah suatu hal yang penting.

"Bye, Diana!"

"Bye, Dion!" aku berjalan perlahan menjauhi Dion.

"Diana! You left something!" Dion berlari mengejarku.

Tiba-tiba Dion memelukku sangat erat.

"Aku gak peduli Mas Bobby ngelarang ini. Aku meluk kamu bukan karena nafsu, tapi karena cinta. Aku gak mau lepasin ini."

Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali membalas pelukannya sambil menangis di pundaknya. Aku percaya, suatu saat nanti kami akan berpelukan selama apapun yang kami inginkan! I will be your legal mine, Dion!

Dengan deraian air mata, aku terpaksa melepas pelukannya dan menuju ruang tunggu sambil melambaikan tangan padanya. Tugas kami sekarang tinggal menunggu. Tinggal sebulan setengah lagi Dion kembali ke Indonesia dan mungkin setahun kemudian kami akan melangsungkan pernikahan, semoga.

Tak ada yang dapatku ingat lagi selain pelukan dan pesan Dion. Perpisahan selalu diselingi air mata, tak pernah tidak. Meskipun aku tau, di setiap pertemuan selalu ada perpisahan, tetap saja sedih. Aku selalu berharap yang terbaik untuk kami berdua. Ternyata, meskipun sebentar lagi Dion kembali ke Indonesia, aku merasa sangat lama. Waktu berjalan begitu pelan, mungkin kesabaran ini yang menahan. Sehingga penungguan terasa sangat lamban.

23 Juli 2017. Tepat pada hari ini, Dion sedang prom night. Dan pada tanggal ini pula, kami resmi menjalani hubungan selama 3 tahun. Sekarang, giliran aku yang tidak tidur semenjak jam 4 pagi. Entahlah, perasaanku sekarang malah sedikit tak enak.

· "An, aku merasa firasat aku makin gak enak deh. Apa aku gak usah ikut ya?"

R "Eh, yakali gak ikut. Ikut dong. Udah bayar dan udah siap-siap, masa gak jadi. Udah, bismillah aja."

The Difference 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang