Setelah menyelesaikan hukumannya,
Eliza duduk di pinggir jajaran bangku penonton. Dia merasa lelah setelah memungut sampah yang ada di ruangan indoor basket.Anak-anak lain yang sudah menyelesaikan hukumannya, kembali ke barisan masing-masing untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
Sedangkan Eliza, dia masih harus menyelesaikan hukuman tambahan di toilet sekolah.
Eliza melirik para peserta lain yang sedang belajar mempraktekkan permainan basket, dibantu oleh beberapa senior lain.
Dia melirik tajam ke seorang laki-laki yang sudah membuat dia harus membuang tenaga dengan mengerjakan hukuman dua kali lipat.
"Dasar cowok reseh," gumam Eliza kesal.
Eliza pun bangkit berdiri. Ia ingin menyelesaikan tugasnya dengan cepat, supaya bisa mengikuti kegiatan PLSSB kembali. Dia berjalan keluar lapangan dan menuju ke toilet perempuan.
Eliza memperhatikan sekeliling toilet. Semua masih terlihat bersih, tidak ada lantai kotor atau pun sampah yang berserakan.
Hanya ada beberapa sampah tisu di atas wastafel dan kaca jendela yang sedikit berdebu. Eliza pun mulai memungut tisu-tisu yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah.
Selanjutnya ia mengambil beberpa lembar tisu dari sakunya lalu mulai membersihkan kaca.
"Kalau gini kan enak. Nggak perlu banyak kerja. Lagian gila kali ya, masa gue sendiri yang harus bersihin WC ini," keluh Eliza sambil mengelap kaca.
Wushh
Dari kaca, Eliza melihat ada sosok yang lewat di belakangnya. Spontan, ia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapa-siapa di sana. Keadaan toilet masih sepi karena ini belum jam istirahat.
Eliza yakin sosok yang lewat tadi adalah hantu. Dia berusaha untuk tetap tenang. Eliza tidak mau hantu itu tau kalau dia bisa melihatnya.
Brakk!
Suara salah satu pintu toilet tertutup. Eliza terkejut, namun dia sudah tahu kalau itu pasti ulah hantu itu. Ia tetap berusaha tidak peduli dan segera menyelesaikan tugasnya.
Setelah selesai, Eliza bergegas menuju pintu keluar. Dia berusaha senormal mungkin dan tetap tenang menuju pintu keluar. Saat memegang gagang pintu.
Ternyata pintu itu terkunci.
Eliza menjadi gugup, terasa hawa dingin yang menyelimuti bulu kuduknya.
Aku tahu kamu bisa melihatku.
Suara itu terdengar samar-samar di telinga Eliza. Eliza tetap mencoba tidak peduli dan mencoba mendobrak pintu, namun pecuma.
Tolongin aku Eliza..
"Stop! Hentikan! jauh-jauh dariku dasar hantu menyebalkan. Tidak cukupkah kalian menggangguku dari dulu!" teriak Eliza sambil menutup mata dan telinganya.
Saat membuka matanya, Eliza melihat sesosok perempuan cantik, berambut hitam dikuncir satu dengan memakai pita merah, sedang menatapnya.
Namun seketika tatapan tersebut berubah menjadi pucat. Rambut yang terkuncir rapi menjadi tidak beraturan. Kepalanya hancur dan mulutnya mengeluarkan darah.
Tubuhnya berubah putih pucat dan tiba-tiba jatuh ke lantai. Eliza tersentak kaget, matanya terbelalak melihat sepasang kaki yang patah berumuran darah.
"Kamu.. kenapa bisa begini?"
Entah apa yang membuat Eliza tiba-tiba mengatakan hal tersebut.
Namaku Riana. Aku anggota cheerleader basket di sekolah ini tahun lalu. Namun, aku disiksa disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo
HorrorApakah kalian tahu rasanya menjadi berbeda diantara yang lain? Apalagi perbedaan itu bukan perbedaan biasa yang bisa semua orang miliki. Hal itulah yang dirasakan Eliza. Seorang gadis keturunan Inggris yang terlahir sebagai anak yang memiliki kemamp...