8 - Teror

344 30 0
                                    

Ketika pulang ke rumah, Eliza merasa ingin tidur dan mengistirahatkan tubuhnya. Dia merasa kepalanya berat karena terlalu banyak memikirkan kejadian yang dia alami.

Saat masuk ke dalam rumah. Eliza melihat dua perempuan yang sedang membersihkan lantai dan mengelap jendela.

"Oh nona Eliza sudah pulang," kata salah satu perempuan itu.

"Hm, kalian siapa ya?" kata Eliza binggung.

"Perkenalkan, saya Merry sebagai asisten rumah tangga di rumah ini," jawab perempuan itu.

"Saya Nina non," sambung perempuan satunya.

Eliza mengingat sesuatu. Mrs Annie sekarang sedang sibuk-sibuknya dengan perancangan gaun-gaun baru untuk acara fashion show di LA.

Mrs Annie pernah bilang, kalau dia akan mencarikan asisten rumah tangga, agar ada orang yang mengurus rumah sekaligus menjaga Eliza ketika Mrs Annie sibuk bahkan tidak bisa pulang ke rumah.

"Oh. Salam kenal.. hm.. Bu Merry dan Bu Nina,"

"Panggil saja kami bibik non, sudah seharusnya begitu," kata Bik Merry.

"Baiklah. Bik Merry," jawab Eliza.

"Non mau makan apa? biar saya siapkan buat non Eliz," kata Bik Nina.

"Oh gak usah bik. Eliz udah makan di kantin. Eliza mau mandi terus tidur aja di kamar," jelas Eliza.

"Baik non," jawab Bik Nina.

Eliza pun menaiki tangga menuju kamarnya. Belum sempat sampai di atas, terlihat sesosok bayangan melesat di depan mata Eliza.

Eliza mengusap usap matanya dan melihat lagi. Tidak ada siapa-siapa. Namun, dia yakin tadi ada sosok bayangan hitam lewat di depan matanya.

Eliz melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul tiga sore. Dia mulai berpikir mungkin tadi ia berhalusinasi.

Dia pun masuk ke kamar dan memutuskan untuk mandi.

Setelah mengeringkan rambut. Eliza berbaring di ranjang. Dia menatap langit-langit kamarnya, dan memikirkan kembali kejadian tadi.

Kasus kematian Satya yang dibunuh oleh Bryan. Walaupun baru mengenal Bryan selama dua hari sebagai ketua OSIS disekolahnya. Eliza yakin kalau Bryan bukanlah orang yang telah menghilangkan nyawa Satya.

Tampang ramah, sopan dan suka berbaur dengan anak-anak lain tidak mencerminkan Bryan sebagai seorang pembunuh.

Berbeda dengan Alexa, cewek brutal dan suka membully setiap anak-anak yang tidak dia sukai. Sudah tidak disalahkan lagi kalau dia benar-benar bisa melakukan hal nekat kepada setiap orang yang mencari urusan dengannya.

Seketika Eliza teringat, bahwa dia salah satu orang yang telah berurusan dengan Alexa di kantin.

Dia harus mulai berhati-hati dan menjaga jarak dengan Alexa serta gengnya. Alexa bisa balas dendam kapan saja kalau dia mau.

Eliza membalikan badannya menghadap ke arah jam yang menunjukkan pukul 15.56 WIB.

Dia pun mulai tertidur.

Tiba-tiba Eliza membuka matanya. Lagi-lagi dia mendengar suara orang yang sedang mencakar-cakar pintu kamarnya.

Jantung Eliza berdegub kencang. Dia berpikir kalau hantu mata bolong itu datang lagi untuk menghantuinya. Dia menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

Seketika suara tersebut tidak terdengar lagi.

Namun Eliza tersentak. Dia mendengar suara langkah kaki mendekati tempat tidurnya.

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang